Aero train di KLIA sama fungsinya seperti di Bandara Hong Kong, mengantarkan penumpang dari terminal utama ke lokasi gate pesawat. Setelah naik aero train, aku bingung lagi karena jumlah gate di sana banyak dan jalannya bercabang empat besar. Setelah mempelajari peta dan nanya, akhirnya ketemu juga lokasi yang kucari. Sebelum naik pesawat harus sholat subuh dulu dan ke toilet. Aku belum pernah ke toilet selama di pesawat, dan sepertinya rekor ini akan pecah karena perjalanan ke Tokyo memakan waktu 7 jam lebih.

Dilla sudah pamer foto boarding passnya saat aku duduk di ruang tunggu, beberapa menit lagi dia akan berangkat sementara aku masih menunggu waktunya. Sambil menunggu, jam di hp ku sudah disetting supaya mengikuti lokasi, dan aku juga sudah download jadwal sholat untuk 3 negara, Malaysia, Jepang dan Brunei.

Di ruang tunggu, kebanyakan yang akan naik pesawat sepertinya orang Jepang yang bakal pulang kampung. Muka mereka kurang lebih sama lah seperti film dan drama Jepang yang kutonton. Aku meyakinkan diri lagi bahwa aku cukup pede ke Jepang dengan modal Bahasa Inggris seadanya dan Bahasa Jepang cuma Arigato dan Sumimasen. Semoga saja Bahasa Jepang Dilla bisa membantu atau siapa tahu nanti kami ketemu cowok Jepang yang terpaksa ikhlas bantu kami selama di sana.... hahaha *ngarep*...

Pesawat yang akan mengantarku ke Negara Doraemon


Kursi pesawat ANA memiliki komposisi 3 3 3, kursiku pas berada di dekat jendela, lokasinya paling belakang. Karena posisi di belakang sudah menyempit, maka kursinya khusus berjumlah 2, dan aku bersebelahan dengannn... cowok Jepang yang berpakaian rapi dengan jas... *benerin jilbab*

Kata-kata pertama yang kuucapkan kepada teman sebelahku adalah kata-kata permisi, saya duduk di situ. Dia sudah melepas jasnya dan sepertinya memang berdiri menunggu orang yang disebelahnya. Setelah aku duduk baru dia ikut duduk. Orangnya seperti siapa ya kalau kusamakan dengan tokoh di film atau drama yang kutonton... nggak tau deh, pokoknya muka Jepang dan super cool... emang typical orang Jepang diam seperti itu atau bagaimana, nggak ngerti... Yang jelas sepertinya orangnya workaholic, karena ternyata terus sibuk sama laptopnya kalau tidak sedang membuka layar di depannya.

Bagaimana dengan adaptasiku di pesawat selain kegiatan mengamati cowok di sebelahku. Kalau dinilai pertama adaptasiku sepertinya okelah, tapi lama kelamaan keluar juga kenorakanku... hahaha.. Untuk layar di depan kursi, bisalah ku operasikan... karena layar sentuh biasa... tapi untuk melepas remotenya atau main game, aku belum bisa... Yang keliatan bener noraknya adalah saat pesawat sudah naik dan matahari bersinar terang di sebelahku, aku sibuk mencari penutup jendela yang tidak ada, tanganku menggapai tempat kosong... ternyata saudara-saudara, pengganti penutup jendela adalah semacam tombol dengan warna gelap dan terang yang bisa disentuh agar jendela meredup atau sebaliknya... cape deh... semoga cowok sebelah tidak ngeliat kelakuan udikku... *pengen loncat dari pesawat*...

Dalam dua hari ini aku dua kali naik pesawat, kemarin dapat teman sebelah yang suka cerita sampai waktu tidak terasa tahu-tahu sudah sampai tujuan, eh hari ini kebalikannya sangat pendiam... 7 jam lebih saudara-saudara, harus dijalani dalam kediaman ini... ya udah kalau nggak mau ngobrol aku nonton film sampai bosan, Jurrasic World, Mission Impossible, Ant Man, Crazy Rich Asian, dan Ocean 8. Nggak ada yang habis ditonton karena sebenarnya aku sudah menonton semuanya. Di pesawat ada petunjuk GPS dimana lokasi pesawat saat itu, lewat atas Kalimantan, Fiilipina, laut dan seterusnya... jauh sekali.... rumahku di mana!!!!

Pramugari ngasih 1 kali makanan berat dan 2 kali makanan ringan serta beberapa kali menawarkan minuman. Pramugarinya ramah-ramah dan tidak bosan-bosannya menawarkan sesuatu. Aku sudah memesan makanan halal, maka tidak perlu takut untuk makan selama di pesawat. Selain itu juga dibagi form embarkasi masuk Jepang dan form bea cukai. Semuanya harus diisi dengan benar dan kuhapalkan isinya untuk berjaga-jaga kalau ditanya, karena kabarnya imigrasi Jepang lumayan ketat.

Cowok Jepang saat makan mie nya bunyi, ah walau aku sudah tahu kalau orang Jepang makan pasti bunyi, tapi aku kok tetap ilfil ya... habis makan dia tidur sementara aku masih menikmati film-film di depanku nggak bisa tidur.

Untuk menghindari ke toilet aku minum sedikit, tapi lama-lama haus juga, minum banyak dan ujung-ujungnya kebelet. Tapi si cowok Jepang tidur, mau dibangunin nggak enak, ya udah terpaksa ditahan. Begitu dia bangun dan mau buka laptop aku buru-buru permisi ke belakang. Yeaa... akhirnya sudah dua kalimat yang kusampaikan ke dia setelah permisi awal tadi, sekarang permisi ke toilet... sedih ya... Di Toilet pesawat sepertinya nggak ada semprotan, terpaksa bersih-bersih hanya pakai tissue. Dasar aku tidak teliti pas pulangnya nanti masih di pesawat ANA, aku baru ngeliat ada bidetnya.

Hiburan selama di pesawat


Sisa perjalanan dijalani sambil manyun, rasanya lama sekali baru sampai ke Tokyo. Begitu ada info kalau sudah mau mendarat, baru aku punya pemandangan dari jendela. Sudah kelihatan di bawah sana rumah-rumah khas Jepang, yang aku tidak tahu adalah cuacanya di luar seperti apa, dugaannya pasti dingin. Ternyata setelah ketemu Dilla, pemandangan yang dilihat Dilla di pesawat dari jakarta lebih keren. Dia ngeliat Gunung Fuji dan berhasil mengabadikannya... uh iriiii... pengen lihat juga, tapi nanti pulangnya naik pesawat malam, pasti tidak akan kelihatan. Coba deh mas pilot kasih tau kita pemandangan di luar kalau ada pemandangan Gunung Fuji seperti pilot Air Asia saat ke Bali yang jadi guide ngasih tau pemandangan apa saja yang ada di luar jendela kiri dan kanan... hehehe...

Gunung Fuji dari pesawat Dilla


Turun dari pesawat, si cowok Jepang langsung menghilang, gone with the wind... yah terserahlah ya... Sekarang saatnya mencari Dilla dan menghidupkan hp. WA yang masuk dari Dilla 5 menit yang lalu adalah.... "Mbak aku sudah mendarat", ok... terus setelah kubalas dan dijawabnya lagi "Aku di toilet, lagi nyari tombol flush dimana"... gubrak... Aku jadi jalan balik lagi mencari toilet tempat Dilla terjebak, padahal aku barusan turun dari eskalator dan menikmati saat-saat mendarat di Jepang saat melihat tulisan selamat datang di Jepang... hehe. Setelah ketemu ternyata Dilla juga sudah menemukan tombol flushnya. Senangnya... akhirnya aku ketemu teman jalanku di sana.

Selamat datang di Jepang


Urusan selanjutnya adalah melewati imigrasi, siapkan paspor, form masuk dan bea cukai. Kami tiga kali melewati pemeriksaan. Pertama scan sidik jari, kemudian menyerahkan form masuk ke petugas imigrasi yang sepertinya aman-aman saja ngeliat visaku dan tidak nanya berapa lama di Jepang, dan terakhir setelah mengambil bagasi yang sudah dibantuin sama petugasnya diambil dari conveyor belt, melewati pemeriksaan bea cukai yang juga sangat lancar. Alhamdulillah ya Allah, nggak ada cerita kena cegat dan ditanyai macam-macam, sepertinya pendapatku mengenai orang Jepang jadi berubah, tidak semua orang Jepang cuek seperti cowok yang kutemui di pesawat, buktinya setelah sampai, banyak orang-orang yang ramah... yang kami temui dan mau membantu saat kami bertanya atau butuh sesuatu.

Kesibukan selanjutnya adalah tukar segala macam voucher. Yang pertama adalah JR pass, kami memutuskan akan mengaktifkanya mulai besok selama seminggu sampai tanggal 1 Januari 2019. Petugas yang melayani kami sangat ramah, Bahasa Inggrisnya bagus dan menunjukkan penjelasan mengenai JR pass yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa Bahasa, termasuk Indonesia. Kemudian kami juga sekalian memesan kursi untuk perjalanan Shinkansen dari Tokyo ke Kyoto tanggal 28 Desember 2018 jam 8 pagi, dilanjutkan pulangnya dari Kyoto ke Tokyo tanggal 30 Desember 2018 jam 10 pagi. Karena kami cerewet banyak bertanya dan masih mau memesan kursi untuk Narita Express tanggal 1, akhirnya dia menjelaskan bahwa untuk memesan kursi bisa dilakukan di semua stasiun JR, dan dia minta maaf karena antriannya masih panjang. Hahaha dasar kami emang tidak tahu diri, karena kelamaan menyita waktu, akhirnya kami minta maaf dan segera melipir dari sana.

Penjelasan JR Pass dalam Bahasa Indonesia


Lanjut tukar voucher keisei skyliner untuk kereta dari Narita ke Ueno, prosesnya sangat mudah dan cepat. Di tiket juga tertera nomor tempat duduk. Satu lagi urusan di Narita adalah beli kartu Suica yang digunakan untuk ke stasiun yang tidak tercover JR Pass seperti Asakusa, yang kudapatkan seharga 1000 JPY. Saldonya sepertinya tidak akan cukup, tapi nanti akan ku top up kalau saldonya sudah mau habis.

Tiket Keisei Skyliner


Saking sibuknya banyak urusan, kami lupa mau foto-foto di Narita, sadarnya setelah berada di kereta menuju ke Ueno. Dan bodohnya lagi, kami duduk sembarangan, sementara di tiket tertera nomor gerbong dan tempat duduknya, untung ada mbak-mbak Jepang baik hati yang ngasih tau kami, sehingga kami buru-buru pindah.

Selama di kereta ekspektasinya bakal melihat pemandangan kota Tokyo, tapi ternyata kecele... pemandangan dari kereta ternyata Kota Tokyo sudah gelap, padahal baru jam setengah 5. Ternyata saudara-saudara, musim dingin di Jepang siangnya dimulai dari jam 7 pagi, dan jam setengah 5 sudah gelap. Perbedaan waktu dengan Indonesia bagian barat, Jepang lebih cepat 2 jam. Jadi saat itu kami sudah mengalami kegelapan dan kedinginan, orang-orang di rumah masih jemur baju, karena baru jam setengah 3 dan masih panas...

Sampai di stasiun Keisei Ueno kami bertanya jalan keluar stasiun pada petugas, dan setelah dapat jalan keluarnya, kami ternyata tidak siap menghadapi udara dingin di Jepang. Udah tau winter in Tokyo... tapi aku saat itu belum pakai coat, hanya jaket biasa dan sarung tangan masih di koper. Begitu keluar stasiun kami kaget menghadapi betapa dinginnya udara Tokyo. Sambil menyeret koper menyeberang jalan mengikuti GPS mencari hotel, aku menggigil menahan dingin. Di tengah jalan ketemu beberapa orang Indonesia dan mereka tersenyum melihat kami baru datang dilihat dari koper yang kami bawa.

Balik lagi ke pencarian hotel tadi, kami melewati daerah Ueno, pasar di Ameyoko, toko-toko, dan tempat-tempat makan yang sepertinya didalamnya hangat. Nggak sempat lama-lama lihat pemandangan kanan kiri, pokoknya fokus mencari Hotel New Tohoku. rasanya ini jauh lebih berat dari beberapa tahun lalu saat mencari hotel di Singapura magrib-magrib sambil menahan pipis.

GPS sudah menunjukkan bahwa kami sudah sampai, tapi mana hotelnya, nggak kelihatan. Lagi cari-cari orang buat nanya sambil menahan dinginnya tangan yang serasa ditusuk-tusuk jarum es, aku melihat papan nama hotel yang kami cari. Ternyata GPS menunjukkan titik di belakang hotelnya, tidak tepat di hotelnya.

Leganya setelah check in dan masuk ke kamar kami di lantai 2. Walau berat bawa koper ke lantai 2 tanpa lift, yang penting sudah di ruangan dan bisa istirahat. Untuk keluar lagi cari makan, kami tidak sanggup lagi, untung di kamar ada pemasak air, sehingga akhirnya kami cuma makan malam pop mie yang kami bawa.

video youtube

Lanjut Part 3

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...