Hari Kamis, tanggal 26 Januari 2012 tiba-tiba dapat tugas mendadak... what?!! lusa ikut short course di UII selama tiga hari... langsung grabak grubuk urus ini urus itu, karena besoknya berarti harus berangkat. Ngawas UAS, sambil dikejer-kejer bimbingan KP dan skripsi yang ikut panik ngeliat emaknya mau ngilang selama 5 hari. Urus tiket PP Palembang-Jakarta lanjut Jakarta-Jogja, cari hotel, trus ngurus pendaftarannya dan satu lagi, minjem laptop ke UPT gara-gara laptopku sudah mulai banyak tingkah. Hari itu nggak bisa pulang cepat karena ngawas UAS sampai malam, pulangnya masih harus instal laptop pinjaman dan packing.

Saatnya berangkat, di bandara jadi ingat kejadian sebulan yang lalu, saat aku harus berangkat ke Bali dalam keadaan tidak karuan, tapi kali ini aku dalam keadaan 100% sehat, tidak boleh sakit, karena siapa yang mau ngurus aku kalau sakit, aku sendirian selama di Jogja. "Cepat cari kawan!" perintah Mak di telepon saat aku sudah sampai diJogja, "Iya Mak" jawabku, aku pasti cari kawan disini, sekalian cari suami kalau dapat...hehehe...

Cerita perjalananku ke Jogja agak-agak kurang menyenangkan untukku. Dari Palembang ke Jakarta naik Sriwijaya Air tidak ada masalah, begitu sampe Jakarta lapor di bagian transit dan langsung masuk ruang tunggu. Pesawat yang akan ku naiki memiliki 3 tujuan yaitu Jogja, Tarakan dan Balikpapan. Ruang tunggu nya crowded, rame banget.... sampe-sampe banyak yang nggak kebagian tempat duduk dan "melantai". Aku termasuk yang nggak kebagian rempat duduk, (bisa sih mungkin kalo nanya ke orang yang duduk, barang di atas kursi dekat mereka itu ada orangnya tidak dan kalau ternyata tidak ada orangnya kan bisa diduduki), tapi karena cuma sebentar, maka aku berdiri saja di dekat pintu, aku memutuskan tidak ingin ikut "melantai" mengingat penampilanku yang akan berkurang kecantikannya kalau ikut "melantai".... hahaha... Kemudian tiba saatnya berangkat, dalam perjalanan nggak ada kejadian menarik, tapi pada saat sudah dekat landing ke Jogja, ketika dibawah pemandangannya adalah Candi Prambanan, pesawat belok dengan tajam, saking tajamnya belokannya, aku yang duduk dekat sayap pesawat merasa kayak mau jatuh, panik pastinya tapi lebih panik lagi ibu-ibu disebelahku yang langsung ngucap-ngucap (gawat deh aku yang mudah gugup duduk dekat dengan ibu-ibu yang juga mudah gugup). Alhamdulillah kemudian pesawat bisa mendarat dengan selamat. Saat turun dari pesawat langsung bersyukur, dan aku merasa beruntung turun di Jogja bukan ikut ke Tarakan dan Balikpapan.

Seperti biasa, kalau sudah keluar Palembang, kebiasaan harus disesuaikan dengan tempat yang didatangi. Aku memang selalu mengagumi orang Jawa, karena mereka selalu sopan, dan kalau ngomong pelan... Nggak kayak aku yang masih sering teriak-teriak kalau ngomong dan sering terabas sana terabas sini.

Hari pertama di Jogja, sampe di Hotel Ishiro, aku sedih sebenarnya, mau jalan nggak ada teman, sementara ke UII nya baru besok. Akhirnya aku cuma keliling-keliling seputaran hotel di depan UGM, beli makanan dan mampir ke circle k.



Malamnya sambil nonton TV, sms ponakanku Elsa yang kuliah di Malang... niatnya mau pamer... "Sa... akyu di Jogja".... yang langsung dapat balasan dari Elsa yang histeris mau ngikut.... Tiba-tiba aku jadi sadar, kenapa tidak ajak Elsa saja selama disini, dia kan libur. Cepat-cepat balas sms lagi, nyuruh dia cari travel Malang-Jogja, langsung nyuruh pesan dan transfer uang untuk ongkos... hehehe, akhirnya aku ada teman selama di sini, Elsa pun ikut senang karena dia belum pernah ke Jogja dan bisa ketemu temannya disini.

Hari kedua aku di Jogja, ke UII jam 7 pagi, sementara Elsa sms kalau travelnya berangkat jam 8 dan sampenya sore. Ke UII naik taksi, nggak bakalan tersesat karena lurusnya Jalan Kaliurang, dari KM 4,5 ke KM 14,5 ditempuh dalam waktu 20 menit dengan ongkos taksi 30 ribu. Setiba di UII ternyata kepagian, kenalan sama Mbak Lisna dari UAD, dan sedikit bertukar cerita, sebelum acara dimulai. Nara sumbernya adalah Pak Anto yang lucu dan bisa membawakan materi dengan baik serta sangat jelas.






Aku adalah satu-satunya peserta dari luar Pulau Jawa, otomatis staf dan dosen UII memperhatikan aku agak lebih. Aku benar-benar nggak enak jadinya saat harus merepotkan mereka, ceritanya taksi yang kupesan sorenya untuk balik ke hotel dari UII nggak datang-datang, so... aku akhirnya jalan kaki dengan niat mau cari taksi di luar kampus UII. Eh tau-tau Bu Nur lewat dan ngajak sama-sama, karena aku nggak mau merepotkan, takut Bu Nur rute rumahnya beda, aku mau turun di depan kampus saja, eh tau-tau aku diantar sampai hotel, bener-bener deh orang sini baik-baik. Besoknya aku berencana mau pesan taksi dari hotel pulang pergi dengan taksi yang sama, supaya tidak kejadian seperti hari ini lagi.

Malamnya Elsa sampe ke Jogja dan kami cari makan malam, tidak kemana-mana, karena Elsa masih capek. Hari ketiga di Jogja, pagi-pagi dapat telepon, kali ini dari Bu Lisda yang ngomong mau jemput aku ke hotel lanjut ke UII karena kebetulan dia lewat. Oh My God ternyata Bu Nur cerita ke Bu Lisda soal kemarin, sehingga aku hari ini jadi merepotkan mereka lagi dengan menjemput aku... Akhirnya nggak jadi pesan taksi dan berangkat bareng Bu Lisda sementara Elsa siang ini mau jalan sama temannya. Bener-bener deh orang Jogja, aku yakin kalau lama sedikit aku di sini, bisa-bisa aku naksir orang sini, dan tidak balik lagi ke Palembang, he he... Perjalanan ke UII bersama Bu Lisda sangat menyenangkan, suaminya juga ramah, pemandangan di luar cukup cerah, tapi sayang Gunung Merapi nya tidak kelihatan jelas, karena tertutup awan, kata Bu Lisda waktu Gunung Merapi meletus tahun 2010 lalu, kampus UII sempat libur karena termasuk radius daerah rawan. Baru bisa di pake lagi saat sudah aman, tapi kampusnya harus dibersihkan lebih dulu dari debu.

Setelah dari UII sorenya, ada waktu luang, dan bukan aku namanya kalau pergi ke suatu tempat tidak jalan-jalan, pulang ke hotel jam 4, langsung lanjut bareng Elsa ke Malioboro, ngubek-ngubek toko sepanjang jalan nyari batik dan oleh-oleh sekedarnya (karena judulnya bukan liburan), kemudian makan malam lesehan pesan pecel lele, dan pulangnya nyari bakpia. Soal pecel lele ini agak membingungkan sebenarnya, saat di depan UGM aku pesan pecel lele di kasih lele+pecel, sementara di Malioboro aku pesan pecel lele dikasih lele+lalapan seperti yang biasa ku makan di Palembang.



Pas belanja di salah satu toko di Malioboro ketemu sama rombongan turis sekeluarga yang ribut, pas di kasir mereka mau bayar, salah satu penjaga toko yang dari tadi menemani mereka menghela napas sambil bantui temannya dikasir memasukkan belanjaan mereka ke kantong, "Darimana mereka ini mas?" tanyaku, "Dari Taiwan" jawabnya sambil senyum. Aku ikut senyum sambil mengamati proses pembayaran mereka, uangnya kurang seribu, tapi Nenek dari Taiwan itu ngasih logam 100, mbak kasirnya dengan sabar nunjuk uang lembar seribu yang dipegangnya. Bagiku ini sangat menarik, bangga rasanya, ini Indonesia loh, yang dikunjungi oleh orang-orang dari luar, begitupun saat di Bali, aku senang ngeliat bule-bule belanja, kemudian bayar dengan rupiah. Sebelum pulang sempat nonton para pemusik jalanan beraksi, kemudian foto di tiang papan Jalan Malioboro, foto di papan ini penting, soalnya sebagai bukti pernah ke Malioboro, ha ha ha... Trus kemudian lanjut pulang, sambil menyeret Elsa yang matanya melotot kalo ada bule cakep lewat.



Hari keempat aku di jemput Bu Lisda lagi, tapi karena hari itu pulangnya cepat, maka aku minta dijemput sama Elsa pake taksi dan tanpa ganti baju serta masih membawa laptop, kami langsung ke Prambanan, akhirnya aku mengunjungi Prambanan juga. Sudah lihat sebenarnya sih saat di pesawat, tapi lebih puas lagi kalau mengunjungi dari dekat. Ngomong-ngomong soal candi, aku sudah pernah mengunjungi Borobudur sekitar tahun 2001 yang lalu (saat aku masih kuliah, imut-imut, langsing dan sedikit lugu), terus jadi ingat cerita Bu Lisda bahwa saat pembangunan perpustakaan UII ditemukan candi kecil, sehingga akhirnya perpustakaan tersebut di buat melingkar dengan tetap membiarkan candi tersebut seperti aslinya,... jadi ngiri, kapan ya di Palembang, nyangkul mau nanam pohon pisang tiba-tiba ketemu candi.... hahaha ngayal... Pulangnya mau ke Keraton, tapi karena sudah malam dibatalkan, dan akhirnya jadi cari makan malam saja.




Hari kelima saatnya pulang ke rumah, beres-beres dan ternyata kaget melihat bawaanku menjadi dua kali lipat, dengan bertambahnya batik-batik, aksesoris hasil borong di Malioboro dan Bakpia beberapa kotak. Padahal aku tidak menyiapkan tas cadangan, karena kupikir awalnya judulnya tugas bukan jalan-jalan. Untunglah aku sempat beli tas, jadi bisa dimasukkan kesana dan di atur-atur supaya muat dan cukup. Oke deh lain kali sepertinya tas cadangan tetap harus dibawa kemana pun aku pergi.

Elsa naik travel ke Malang jam 8 pagi, sementara pesawatku jam 10 ke Jakarta dan selanjutnya jam 1 ke Palembang. Balik lagi ke rutinitasku, kasihan para fans sudah pada kangen mau ketemu.... :D

Duh kenapa juga harus menderita, .... itulah yang menimpaku saat menghabiskan liburanku akhir tahun 2011 kemarin. Tiket sudah dibeli, penginapan pun sudah di pesan, pas tanggal 27 Desember 2011 saat H-1 tiba-tiba aku sakit, Oh My God... serba salah, kondisi badan tidak mendukung, tapi sayang dengan duit yang sudah kepalang dikeluarkan buat tiket pesawat dan hotel.

Aku pada setiap akhir tahun pasti mendapat libur lumayan panjang, sejak tahun 2007, aku keranjingan jalan-jalan kemana-mana. Akhir tahun 2007 aku ke Malaysia dan Singapura, setahun kemudian ke Malaysia dan Singapura lagi, soalnya belum puas dan masih berburu tempat-tempat lain disana yang belum dikunjungi. Kemudian tahun 2009 lanjut ke Bangkok dengan lebih dulu transit di Kuala Lumpur, selanjutnya akhir tahun 2010 jadi anak baik dulu tidak jalan kemana-mana, sibuk mau namatin S2, dan sekarang kembali gila, kali ini yang lokal saja. Tempat Wisata nomor satu di Indonesia, Bali yang belum pernah kukunjungi sama sekali. Soalnya dikompori gara-garanya sudah ke Bangkok, de el el, tapi wisata negara sendiri belum pernah, so panaslah aku, dan sekarang aku ke Bali. Sebenarnya satu lagi hal yang memanasi aku, yaitu umroh, tapi untuk urusan yang satu ini tidak bisa main-main, harus serius dan sepertinya tidak bisa dalam waktu dekat direncanakan.

Kembali soal penderitaan tadi, malam sebelum keberangkatan, packing dalam keadaan setengah sadar, walau sudah minum obat tapi masih merasa panas dingin dan pusing, alhasil ternyata banyak barang-barang yang ketinggalan.

Saat berangkat tanggal 28 Desember 2011, sampai di bandara pusingnya sudah hilang, tapi perasaan mau muntah terus, langsung gosok-gosok minyak angin dan beli minum yang manis-manis, sampe akhirnya bawaan mau ke wc terus gara-gara kebanyakan minum. Sampe di Jakarta ketemu my sister, dan akhirnya lumayan sehat setelah sholat, makan siang yang banyak di Soekarno Hatta, dan sempat olahraga ringan gara-gara gotong koper naik turun shuttle bus dari terminal 2 ke terminal 3 karena pindah maskapai dari Garuda ke Air Asia.

Perjalanan ke Bali ditempuh kurang lebih 1,5 jam. Pas sampai di Bali akhirnya aku benar-benar sehat, hehehe.... di bandara langsung kalap ngambilin brosur dan foto sana foto sini. Saat pesan taxi bersaing dengan para bule yang juga ikut pesan taxi, dan aku langsung mengeluarkan keahlian Bahasa Inggris ku yang parah saat diajak ngomong sama si Bule,.... hahaha whatever lah dirimu ngerti atau tidak, salah sendiri nanya ke aku, orang lain banyak di situ.

Setelah kulihat-lihat sebenarnya Bandara Ngurah Rai kurang bagus di banding bandara di Palembang, Bali pun sebenarnya tidak besar, tapi yang istimewa adalah pemandangan pantainya dan karena banyaknya bule yang berkeliaran, apalagi sepanjang daerah Kuta, kita serasa tidak berada di Indonesia, hehehe.... Dan juga kalau kuamati, tujuan wisata para bule dengan orang Indonesia agak berbeda selama di sana, orang bule senang petualangan seperti selancar dan pergi ke tempat-tempat unik seperti nonton Kecak di Uluwatu, sedang orang Indonesia lebih banyak wisata poto seperti di GWK (yang kubuktikan dari diriku sendiri), dan belanja (Krisna dan Joger).

Selama di Bali aku menginap di Matahari Guest House, kamarnya bersih, tv kabel, AC, shower air panas dan dingin tersedia, yang istimewanya ada dapur kecil, kompor, peralatan makan dan kulkas didalam kamar. Memang tidak ada sarapan, tapi tidak apa-apa dengan adanya dapur itu, kami bisa masak sarapan ringan sendiri seperti teh, kopi, sereal juga mie. Juga bisa beli roti tanpa takut basi dan es krim. Sambal teri dan tempe buatan my sister yang dibawa dari rumah juga bisa di simpan, tinggal beli nasi kalau malas makan keluar, tapi karena asin jadi tidak habis juga sampai pulangnya. Yah habisnya juga sih alternatif ini disiapkan kalau nantinya takut susah nyari makanan halalnya.







Karena menginapnya di daerah Kuta jadi otomatis Pantai Kuta lah yang pertama kali ku kunjungi (sempat di pijat dengan ongkos pijat yang mahal), kemudian ke Legian, Tanjung Benoa, Garuda Wisnu Kencana, Pantai Dreamland, Uluwatu, Tanah Lot dan belanja di Krisna serta Joger. Sayang aku nggak sempat ke Bedugul dan tidak makan di Jimbaran, aku juga tidak sempat olahraga air di Tanjung Benoa.

Karena menginap di Kuta juga, maka jadinya lebih dari sekali ke Pantai Kuta, pertama waktu hari pertama pas siangnya, terus sorenya balik lagi niatnya mau lihat sunset walau akhirnya kecele.... penonton kecewa saudara-saudara.... sunsetnya tidak muncul gara-gara langit sangat berawan, trus yang ketiga ikut berjubel saat malam tahun baru (bayangkan..... di pantai seluas itu berjubel..... kalau di bis berjubel kan sudah biasa....)



Sempat juga ke Legian saat malam hari pertama, setelah maksa nyari pecel lele.... (judulnya gila pecel lele, di Bali pun masih nyari pece lele), walaupun pesimis, dan rencana cadangannya makan apapun pokoknya halal, ternyata Tuhan mengabulkan doaku, kami berhasil menemukan pecel lele... haha.... trus habis itu jalan ke Legian, mau cari monumen Bom Bali. Awalnya sempat tidak yakin dimana posisi monumen tersebut, pokoknya kemana kaki melangkah lah. Sepanjang jalan Legian, seperti kata Yulis suara-suara musik dari cafe-cafe terdengar sangat keras dan banyak bule berlalu lalang. Kemudian kira-kira dua hari kemudian (pura-puranya), setelah mendaki gunung lewati lembah (Ninja Hatori mode on)... perjalanan kami sampai ke tujuan, yaitu monumen bom Bali. Pada Monumen tersebut tertulis nama-nama korban dari peristiwa Bom Bali, sejumlah 22 negara. Nggak bisa komen pokoknya, karena membayangkan peristiwa itu saja sudah nggak sanggup.





Hari kedua rencana ke Selatan.... mau nyewa mobil seharian dapat yang 4oo ribu sopirnya Pak Gede, yah karena momen tahun baru jadinya semua menjadi mahal. Sebelumnya sudah pesan sama orang yang lain tapi ternyata kami di tipu, begitu uang terkirim, orang yang mau kami sewa mobilnya itu tidak muncul, kurang ajar.... yah tapi apa boleh buat sudah nasib, padahal sebelumnya sepertinya kami sudah dihalangi untuk ngirim uang itu, saat nyari mesin ATM yang tidak dapat-dapat dan ketika dapat malah macet, eh kami rela nyari ATM lagi berjalan kaki sepanjang daerah Kuta untuk mengirim uang ke penipu itu.

Balik lagi ke rencana ke Selatan tadi, kami bersama Pak gede mengunjungi Tanjung Benoa, tapi nggak mau main apapun karena takut basah... (kayak kucing gitu), trus ke Garuda Wisnu Kencana, lihat Patung Wisnu, dan Garuda (Kencana nya mana). Karena patungnya terpisah-pisah, jadi rela keliling-keling untuk demi objek foto, (narsis kumat), dengan motto kalau di foto... "Kalau kelihatan jelek di ulang fotonya". Trus lanjut ke Pantai Dreamland, tapi kecewa karena pantainya kecil tidak sesuai bayangan sementara pengunjungnya banyak.



Sore hari ke Uluwatu, dengan pengalaman Welda yang sempat di ambil sendalnya sama monyet, aku sudah siap sedia dengan senjata kayu di tangan, walaupun sebenarnya nggak yakin juga tuh kayu ku gunakan, soalnya kalau monyetnya mendekat aku pasti lari ketakutan dulu. Sepertinya banyak sekali tempat-tempat wisata keagamaan yang memiliki monyet-monyet, seperti di Batu Caves Malaysia misalnya. Tapi untunglah monyetnya hari itu tidak berminat kepada kami he he.... Setelah sampai di ujung Uluwatu kami nonton Kecak, sambil menikmati Sunset dan suara deburan ombak menerjang dinding tebing. Saat bayar uangnya dikasih fotokopian berisi resensi ceritanya nanti dalam bahasa masing-masing, pengen minta yang Bahasa Perancis tapi pasti bakal ditolak mentah-mentah karena penampilan So Indonesia.... hahaha.... Nggak nyesel deh nonton Kecaknya, Hanoman dan Arwananya lucu, walaupun duduk sempit-sempitan diantara para penonton lain yang ramenya minta ampun.... samping, depan dan belakang bahasanya gado-gado. Malamnya mau ke Jimbaran nyari makan, tapi.... mood langsung hilang gara-gara macet yang luar biasa. Akhirnya memutuskan langsung pulang saja dan makan malam dikamar.





Tanggal 31 Desember saatnya cari oleh-oleh, bersama Pak Gede lagi, ke Krisna, borong kaos, makanan dan aksesoris (sementara kain sudah ku beli di Kuta), trus lanjut ke Joger nyari sendal Jepit dan Kaos lagi. Di sini lah tragedinya... antriannya superrrr panjang, se jam an aku berdiri, walaupun ruangannya ada pendingin dan dikasih air minum tapi tetap capek dan kesal, apalagi saat ada ibu-ibu mau nyerobot antrian di depanku, dia bilang ke anaknya bisa siang kalau ikut antrian, hampir saja tuh ibu-ibu ku semprot, emangnya cuma dia yang takut kesiangan, kami juga kesiangan padahal masih berencana ke Tanah Lot dan Bedugul, untungnya kasirnya dengan tegas menolak dan mengatakan antriannya masih panjang.... ya okelah aku tidak jadi marah-marah kalau begitu.

Habis belanja jadi bokek berat, capek dan lapar kami melanjutkan perjalanan ke Tanah Lot, jalannya melewati Denpasar, tapi sayang pas kami ke sana, air lautnya lagi pasang, jadi tidak bisa jalan ke Pulau yang ada Puranya itu, jadi kami cuma lihat-lihat dari atas saja dan sempat beli dogan sambil istirahat. Di sinipun lagi-lagi aku harus kesal, karena pesanan dogan kami di kasih kelapa tua (Orang Palembang mulai keluar taringnya), kami minta ganti, dia cuma mau ganti satu, jelas saja aku marah-marah, heran deh sudah mahal kok di kasih pesanan yang nggak bener, coba gimana caranya makan kelapa tua, memangnya kami tupai atau mau bikin santan buat rendang, yah tapi akhirnya tuh kelapa di ganti semuanya dengan kelapa muda.



Sorenya mau ke Bedugul, tapi demi alasan takut macet kembali ke Kuta karena malam tahun baru pasti jalan di tutup, maka kami tidak jadi ke sana, akhirnya balik lagi ke Kuta. Kecewa, kecewa, yah tapi daripada tidak bisa balik ke Kuta sedang Pesawat kami berangkat besok pagi-pagi sekali, akhirnya aku rela. Pulang sampe di hotel, istirahat sebentar sebelum malamnya ke Pantai Kuta lagi.

Secara keseluruhan sebenarnya aku kurang puas, selain kondisi badan yang tidak fit, pada hari kedua aku sempat alergi sunblock dan sakit mata, tapi untungnya aku bawa obat tetes mata. Sekarang sih nulis ceritanya enak, tapi aslinya benar-benar liburan paling menderita yang pernah kurasakan

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...