Sesuai dengan niat kemarin, pagi-pagi kami bertiga sudah antri untuk beli sarapan. Ternyata mereka menjual nasi lemak dengan berbagai macam lauk pauk. Lauk standar sarapan seperti telur, plus berbagai lauk berat yang digoreng, pedas dan berkuah, semua ada. Ayam, daging, paru, jeroan, perkedel dan lain-lain... Kesimpulannya kalap mata lagi, akibatnya semua pengen dibeli, makan sarapan jadinya sangat kenyang sehingga berjanji tidak akan makan siang... 😅

Jam 12 kami check out, naik grab ke KLIA 2. Sepanjang jalan, kulihat Kuala Lumpur sedang banyak membangun, baik infrastrukstur jalan maupun gedung-gedung.... Mobilnya jadi mencari jalan pintas sebelum masuk ke tol. Akhirnya setelah Korea, Vietnam, Malaysia, kali ini kami benar-benar akan pulang... *dadah dadah sama pohon*

KLIA 2 tetap sama saja tahun ke tahun, selalu ramai. Tapi satu yang kurang, masa sih.... Bumbu Desa nggak buka pada saat aku di sana... jadi aku tidak bisa beli menu bubur ayam + teh tarik kesukaanku itu... Trus kami ngapain seharian di KLIA 2, ini jawabannya mudah saja.... shopping lagi dong... Duit Ringgit masih ada, bisa beli ikat pinggang di Vincci dan baju di Padini. Sengaja tidak beli yang ukuran besar seperti sepatu atau tas, karena koper sudah tidak punya muatan lagi Sis... Setelah bosan melongo dan shopping, akhirnya kami makan.... hahaha... *tadi padahal janji tidak makan lagi* di food court area kedatangan lantai 2 sambil menikmati sunset...

Menangkap Matahari


Sampai jauh malam pun Bandara KLIA 2 tetap ramai, cuma tidur ayam di Mushola, yang sama sekali tidak nyenyak. Setelah jam 3 Shubuh, bersih-bersih dikit, akhirnya nunggu waktu check in di luar saja. Kami sudah check ini di mesinnya, juga sudah dapat tag bagasinya. Tapi kami tidak diperbolehkan ketika akan ikut antri di counternya. Counter check in untuk Indonesia ada satu khusus. Kami diarahkan ke counter yang memasukkan sendiri bagasinya. Yo wes lah... akhirnya belajar caranya... bisa juga ternyata. Lewat imigrasi, jalan kaki lumayan jauh, nunggu di ruang tunggu gatenya ngantuk tapi tidak bisa tidur... Aku sudah merindukan rumah saat ini karena saking capeknya, pengen mandi dan tidur... Tak lama sebelum waktu boarding, kru pesawat kami datang, kemudian pilot-pilotnya... Sesuai jadwal, tak lama kami boarding... Palembang.... kami datang... Sekitar sejam lebih pesawat akan mendarat, tapi baru kali ini aku melihat dari jendela kalau bandara Palembang terlewati, termasuk Jembatan Ampera, ngegas lebih kenceng lagi mas Pilotnya, kami bakal sampai ke Jakarta.... ya ampyun!!!... artinya kami kan akan belok, pergerakan pesawat yang tidak kusukai selain menembus awan kelabu... Pesawat belok tajam beberapa kali, dan tidak mau kulihat pemandangannya dari jendela... Kemudian alhamdulillah, pesawat mendarat dengan selamat...

Pesawat yang mengantar kami pulang


Kesimpulan dari semua perjalananku kali ini. Aku capek... udah itu aja. Sampe di rumah langsung tidur....

Hehe.. nggak kok, kesimpulannya buanyak, khusus Korea dan Vietnam saja, karena baru pertama kali didatangi:
1. Aku suka di Korea, makanan halalnya banyak, orang-orangnya lumayan ramah, tempat-tempat wisatanya unik-unik dan keren, tapi yang paling kusuka adalah produk skin care dan kosmetiknya... murah-murah dan banyak pilihan....Lain kali  jika aku akan ke ke Korea lagi... aku akan menjajal Busan dan Jeju Island
2. Aku suka juga di Ho Chi Minh, kukira bakal serem, tapi ternyata aman-aman saja. Orang-orangnya juga ramah dan mau membantu kalau kita kesulitan, tapi tetap harus waspada ya mau di mana saja ... Kalau ke Vietnam lagi, aku pengen lanjut ke Hanoi dan mengunjungi Ha Long Bay.
3. Aku suka juga naik Vietnam Airlines, walau pesawat jarak dekat sekalipun, tetap ada makanan standar yang cukup lengkap...
4. Yang tidak aku suka dalam perjalanan ini tentu saja cuaca dingin yang ekstrim di Seoul dan toilet umumnya yang jarang ada semprotan. Sementara kalau di Vietnam, ada satu yang bikin aku pusing, yaitu seringnya klakson yang dibunyikan orang-orang, saat sedang berada di jalan rayanya ...


Pagi-pagi dari jendela Hotel Alor Boutique, kami melihat ada yang jualan sarapan di pinggir jalan dengan antrian pembeli yang panjang. Kami jadi penasaran dengan makanan apa yang dijual, tapi karena semalam sudah membeli makan sekalian untuk sarapan, jadi rencananya besok saja baru kami akan investigasi ke sana....

Dilla pengennya ke Batu Caves, tapi aku bilang.... kalau aku malas ke sana. Kalau yang dekat-dekat misal Petronas aku ikut, kalau ke dataran merdeka aku oke karena juga belum pernah ke sana. Tapi kalau ke Batu Caves, aku silahkan mereka saja sementara aku mau tidur... haha... Akhirnya karena si guide males ikut, mereka tidak jadi ke Batu Caves. Hari ini kami akan explore Bukit Bintang dulu, Dataran Merdeka sekalian Mr. E akan Sholat Jum'at, kemudian baru Petronas.

Setelah ngabsen di Sephora, kami lanjut ke Pavilion. Pas ngeliat Pohon Natal yang sudah tidak ada, dan digantikan Pohon Imlek, aku baru sadar, sepertinya kami sudah kelamaan liburannya. Hari itu tanggal 3 Januari 2020 dan libur akan berakhir 2 hari lagi.... 😓 Untuk menuju ke Dataran Merdeka, kami akan ke stasiun LRT Masjid Jamek, dari Bukit Bintang kami naik monorel. nanti pulangnya rencananya baru naik MRT. Di Masjid Jamek, ternyata ada semacam bazar makanan yang sangat ramai... Wow luar biasa ya.... makanannya enak-enak, mulai dari jajanan sampai makanan berat. Karena sudah berada di lingkungan dimana makanannya serba halal, kami jadi kalap seolah-olah 2 minggu nggak makan. Semua serba dicicipi, dari ujung ke ujung.... aku beli yong tau fu, martabak dan es jagung. Karena emang panas, beli thai tea juga... setelah semakin siang dan haus lagi, lanjut beli es rasa mint yang bening... Jadi total beli 3 es untuk hari itu.... Sepanjang Mr.E Sholat Jum'at kami keliling Dataran Merdeka. Sekian kali bolak balik Kuala Lumpur, aku baru kali ini ke Dataran Merdeka, jadi aku cukup excited...

Dataran Merdeka dari Depan


Juga kelihatan Namsan Tower eh... KL Tower di belakang...



Selama jalan di Dataran Merdeka, aku juga baru tahu kalau bisa tembus ke Pasar Seni. Ternyata jaraknya dekat sekali... Aku tidak beli apa-apa di Pasar Seni, Dilla yang beli, sedikit titipan dari temannya. Lanjut kemudian kami ke Petronas, karena Dilla harus punya foto wajib selama di Malaysia. Kalau nggak, nanti ditanya mana foto Petronasnya, kalau tidak ada kan jadinya tidak sah kalau belum ke Petronas...

Foto pose begini lagi


Di Taman belakang


Bukit Bintang itu selalu saja ramai, malah ada live musicnya..... heboh sampai lewat tengah malam. bermacam jualan ada di bawah hotel kami, salah satunya buah-buahan... aku sih pengen beli duren bawa ke kamar, tapi Dilla yang tidak suka, sudah mengancam duluan, nggak boleh ada duren di kamar, yo wes... jadinya beli mangga saja...

Mangga manis di Bukit Bintang


Packing-packing lagi kami malam itu, karena besok sudah akan ke bandara. Memang sih pesawat ke Palembang lusa terbangnya, tapi jadwalnya Shubuh, daripada kami telat, jadi diputuskan akan menginap di bandara saja. So.... besok malam adalah jadwalnya kami menggelandang di bandara...

Lanjut part 12

video youtube

Hotel Symphoni menyediakan sarapan, tapi tidak semua makanan tentu saja dapat kami makan. Kami makan seadanya dulu sebelum nanti akan makan lagi di rumah makan halal yang berada di sekitar hotel. Pasar Ben Thanh juga berada di dekat situ, seandainya kalau kami ingin belanja. Keluar hotel, lihat google maps sudah tahu akan ke mana arahnya. Karena kabarnya saat berjalan di Ho Chi Minh harus agak hati-hati, jadi tas aku taruh di depan selama jalan. Tujuan pertama kami adalah post office,... coba ngapain jauh-jauh di Vietnam ke kantor pos. Kantor Pos di Palembang saja sudah tidak kuingat lagi kapan terakhir kali ke sana. Tapi.... Saigon Central Post Office ini adalah heritage, banyak turis yang ke sana selama di Ho Chi Minh. Bangunannya unik dan terawat dengan baik.

Di dalamnya juga ada jualan souvenir, akhirnya kami jadi malah beli souvenir di sana, dan tidak jadi ke Pasar Ben Thanh. Aku mendapatkan benda maha penting yang akan kukoleksi di sana, bel dinnernya ketemu... yeay... Selain itu juga, kan aku koleksi uang kertas pecahan kecil dan koin logam, tapi ternyata di sana mereka tidak memakai koin, hanya kertas, dengan pecahan terkecil 1.000 VND, yah.... aku nggak ada koleksi koin Vietnam deh jadinya.

Di sana, mbak-mbak nya banyak yang memakai baju wanita khas Vietnam, yang kemudian kubahas bersama Dilla. Ao Dai belahan bajunya kan bisa sampai ke pinggang walau panjang, jadi kata Dilla, untuk yang kurus langsing sih oke-oke saja memakainya seperti mbak-mbak pramugari Vietnam Airlines. Trus kalau kami yang pake,.... nggak kebayang gimana bentuknya, lipatan lemak mau ditaruh di mana.... 😅.. Satu lagi yang khas dari Vietnam adalah topi caping, warganya suka sekali pakai, banyak yang kami lihat memakainya di jalan-jalan. Malah di bandara, ada juga turis yang beli untuk oleh-oleh, nah kalau untuk hal yang semacam ini, tentu saja warga +62 nggak ikut-ikutan...hahaha...

Saigon post Office


Gambar lebih luas


Bilik telepon


Bagian Luarnya


Di sebelah kantor pos juga ada Catedral yang tidak kalah ramai pengunjungnya, tapi saat kami datang, di sana sedang ada renovasi, dan beberapa area ditutup. Kemudian selanjutnya kami ke Starbuck yang juga berada tak jauh dari sana. Dan tau gak sih, lalu lintas di Ho Chi Minh itu sama parahnya seperti Indonesia, kami yang jalan di area pedestrian saja berkali-kali di klakson motor yang lewat, padahal itu adalah jalan hak pejalan kaki. Kalau kita naik mobil, mereka saling klakson itu biasa, siapkan kuping dan mental diajak balapan sama sopir taksi. Sepanjang jalan kalau kita lihat, jajanan yang dimakan di tempat akan menyediakan tempat duduk yang pendek seperti dingklik, lain halnya kalau sudah di ruangan, kursinya baru yang normal. Kemudian banyak juga grab dan gojek yang namanya goviet kalau di sana, mereka berkeliaran dengan baju kaos khusus atau jaket, dan helm batok yang menurutku tidak SNI sama sekali...

Sopir mobil letaknya di kiri, sama seperti Korea, tapi karena kami jarang naik mobil di Korea, kami tidak terlalu merasakan perbedaan, nah di Vietnam ini baru terasa. Dilla nanya bisa nggak kalau aku bawa mobil di Vietnam, yahhh... bisa sih sepertinya kataku, tapi kasih aku waktu sejam dulu untuk penyesuaian space kanan kiri, belok kanan kirinya, setelah biasa, baru berani ke jalan besar. Unik deh, belok kanan yang langsung, belok kiri malah menunggu...

Lalu lintas di Ho Chi Minh


Salah satu driver goviet


Karena kami sudah mendapatkan semua yang mau dibeli dan dikunjungi, kemudian diputuskan akan makan kemudian kembali ke hotel istirahat dan menunggu sampai jam 12. Rencananya check out, kemudian naik taksi yang sudah kami pesan lewat resepsionis. Sebenarnya kami akan makan di The Daun Restaurant, tapi karena kami saat pulang ke hotel sudah lewat Rumah makan Kampung Pandan, jadi akhirnya diputuskan akan makan di sana saja, karena dua makanan yang wajib kami coba ada di sana. Dua makanan itu adalah tentu saja Pho dan ditambah spring roll khas Vietnam yang aku pernah lihat dibuat Chef Martin Yan di Asian Food Channel.

Di Kampung Pandan


Pho porsi besar


Spring Roll


Pho nya aku suka, cuma karena porsinya besar, jadi aku dan Dilla berbagi makannya. Sementara spring roll, aku cuma makan 1 karena ternyata isinya sayur mentah semua... ada sih yang versi goreng, tapi lagi kosong hari itu. Selesai makan kami kembali ke hotel, jam 12 setelah sholat, menuju bandara. Taksinya tidak bisa parkir lama-lama di depan hotel, karena posisi Symphoni Hotel di dekat lampu merah yang ramai, jadi kami harus langsung siap begitu taksi datang. Pegawai hotelnya ramah dan baik, dia ikut nungguin taksinya di depan dan membantu angkat tas-tas pakaian kami. Kurang dari setengah jam, kami sampai di airport. Tidak perlu check in lagi, karena sudah sekalian waktu dari Seoul, hanya saja kami lapor ke petugas di dekat sana untuk mengetahui gate pesawat kami.

Pemandangan dari ruang tunggu


Selesai sudah liburan babak kedua, lanjut babak ketiga *kucing beranak mode on* ke Malaysia. Yang ini sebenarnya tidak kuhitung, karena aku sudah terlalu sering ke Kuala Lumpur, tapi karena Dilla baru pertama kali, yo wes... artinya besok masih harus jalan lagi.

Pesawatnya juga boarding ontime. Walaupun jarak dekat, tapi kami tetap mendapat makan sesuai standar Vietnam Airlines. Mendarat di KLIA dalam keadaan cuaca yang super mendung itu menakutkan sekali loh, Saat pesawat menembus awan kelabu yang lumayan padat rasanya deg degan... Untunglah kami kemudian Alhamdulillah, mendarat dengan selamat... nggak ada cerita naik kereta dari bandara ke hotel, karena ini sudah malam dan badan sudah gak karuan kalau masih mau naik turun stasiun MRT atau monorel. Jadi kami pesan taksi bandara saja menuju hotel di Bukit Bintang.

Lanjut part 11

video youtube

Hujan salju yang tidak terlalu tebal mewarnai kepulangan kami hari ini. Sedih ya, saat keluar dari hotel tahu-tahu melihat salju turun. Sedih karena akan pulang, antara senang juga akhirnya bisa melihat salju di Seoul. Tapi kalau saljunya turun dari kemarin, repot juga ya... pasti tambah mengeluh... *masih salah juga*...  So jadi kalau ditanya sudah berapa kali lihat hujan salju, aku bisa jawab 2 kali, sekali di Kyoto dan sekali di Seoul.

Salju di parkir mobil Cheese Hotel


Sambil membawa barang bawaan, kami menuju ke stasiun Seoul. Alhamdulillah ya, di stasiun Chungmuro, kami sudah hapal di mana posisi benda favorit selama kami jalan, yaitu eskalator, sehingga jalan sambil bawa barang terasa lebih ringan... Di stasiun Seoul pindah lagi ke jalur kereta bandara Arex, jalannya lumayan jauh dan naik turun lantai, tapi nggak apa-apa karena banyak lift dan eskalator. Petunjuknya juga cukup jelas, jika tidak jelas, bisa bertanya kepada petugas. Siapkan kartu T money untuk naik subway, saldoku tinggal 5.000 KRW, jika dipakai naik metro sekali, akan berkurang 1.250 KRW, sisanya rencananya tidak akan aku ambil plus deposit kartunya, sebagai kenang-kenangan. Untuk naik kereta Arex, kami gunakan lagi voucher dari Klook, kartunya beda lagi dari yang saat pergi, deposit kartunya 500 KRW dan berwarna kuning.

Kereta Arex menuju Incheon


Sesampainya di Incheon, kami sudah bisa ganti kostum, coat sudah bisa dilepas. Rencananya mau nyari makan dan tempat sholat dulu. Tapi keliling-keliling sambil bawa bawaan yang lumayan berat capek juga ternyata. Kami belum bisa check in karena belum berjarak 3 jam dari jadwal penerbangan. Karena tempat sholat dan makan yang kami cari semuanya harus melewati imigrasi, jadi kami harus menunggu dulu setelah lewat proses check in. Sambil menunggu, kami ketemu dengan ibu-ibu dari Jakarta yang traveling berdua saja dengan anak ceweknya yang masih SMP. Mereka juga naik Vietnam Airlines transit di Ho Chi Minh, tapi pesawat lanjutannya bukan Kuala Lumpur, tapi ke Jakarta. Enak ya jadi anaknya, tinggal ngomong saja mau liburan kemana, ditemanin sama mamanya, gaya liburannya tentu saja beda dengan kami, supaya lebih efisien mereka pakai tur, dan tempat yang dituju juga yang berbau K Pop... Sedangkan aku... liburan paling jauh saat SMP sama Mak adalah Lampung... pp naik kereta, perginya sehat, pulangnya kena cacar.... hahaha....😅😅

Okey, lanjut ke cerita di Incheon tadi, jadi kami menunggu bengong nggak bisa ngapa-ngapain sampai counter Vietnam Airlines buka. Sambil ngobrol-ngobrol sama ibu dan anaknya (mereka niat nginap di hotel setelah sampai nanti, karena Jakarta lagi banjir), kami mengamati kegiatan orang-orang di sekitar kami. Pengalamanku yang kelebihan bagasi di Brunei tahun kemarin ternyata banyak dialami orang-orang di sini. Ada yang membuang coat tebal parasut busa di tempat sampah karena kelebihan bagasi, sayang sekali ya, siapa tahu harganya mahal, Dilla niat pengen ngeliat tapi agak sungkan... eh kalah cepat sama Ahjumma  petugas kebersihan..... coat dan barang-barang lainnya sudah diangkut sama dia, tanpa sempat dipastikan mahal atau tidaknya.... Yah keputusan membuang itu mungkin sudah tepat ya bagi yang buang, daripada dia ketinggalan barang lain, mungkin dia tidak butuh, karena pulang ke negaranya yang bukan negara dengan 4 musim.

Jam 3 sore akhirnya kami sudah bisa check in. Yang masuk bagasi hanya koper berat, tag baggage nya langsung ke Kuala Lumpur. Tas tambahan berisi pakaian ganti untuk di Vietnam dibawa saja ke kabin. Urusan check in selesai, lanjut antri pemeriksaan selanjutnya dan imigrasi. Gate pesawat kami nomornya 100an, sementara prayer room ada di gate 24, jadi kami ke sana dulu. Habis sholat untuk ke gate yang nomornya 100an harus naik kereta lagi. Tempat makan halal yang kami baca sepertinya ada di dekat gate 108, tapi ternyata salah... sepertinya ada di gate 118. Ya udahlah, karena jauh, malas jalan, kami jajan saja di sekitaran ruang tunggu, lagian nanti kan makan lagi di pesawat... jadi nggak apa-apalah perut diajak sopan sedikit, jangan minta makan terus...

Sesuai jadwal kami boarding juga akhirnya, bye bye Seoul.... see you next time.... jika ada rejeki lagi, aku masih mau kembali lagi ke Seoul, atau tambah Busan, atau.... Jeju mungkin.... 😋 yang jelas tahun ini ada kemajuan bagiku soal keuangan selama di jalan, kalau tahun kemarin bokek, sebokek-bokeknya kehabisan yen saat pulang, sampai beli pin merchandise olimpiade Tokyo 2020 yang sudah ada di Bandara saja ngais receh, tapi tahun ini saat pulang aku masih punya 80.000 KRW, berkat niat dan tekad yang kuat menjaga dompet walau digoda berbagai penjuru oleh para pegawai toko di Myeongdong... 😎

Kami akan berada di Ho Chi Minh kira-kira 17 jam, cukuplah untuk keliling-keliling sedikit dan melihat-lihat. Uang untuk di Ho Chi Minh sudah disiapkan dalam bentuk USD, rencananya sisa Won akan kutukar jadi Ringgit saja, karena aku punya janji dengan Sephora untuk beli eye linernya. Nanti aku kualat ke Bukit Bintang tidak mampir ke Sephora.

Btw kalau ANA Airlines petunjuk keselamatanya menggunakan video dengan pemain bermake up kabuki, nah kalau di Vietnam Airlines ini justru video keselamatannya tidak menunjukkan lokasi di pesawatnya, pramugarinya memakai baju khas Vietnam berwarna hijau tosca. Aku mendapatkan menu halal yang terdiri atas nasi dan ayam panggang plus paprika, semacam roti tamis, buah dan pendamping satu lagi tidak ingat, difoto juga ketutup.... Sementara Dilla dan Mr. E pada saat pemesanan makanan halal ini bermasalah, jadi mereka terpaksa pilih yang reguler, tapi masih pilih-pilih lauk tentu saja, mereka juga terpaksa mendapat roti bulat yang selalu ada di penerbangan Vietnam Airlines, roti yang saat kami pergi ke Seoul tidak pernah kumakan...

Menu makanku di pesawat menuju Ho Chi Minh


Bandara Ho Chi Minh ini posisinya dekat sekali dengan kota, ngeri bingits cuy... dua kali mendarat di sini dengan pemandangan di bawah, atap-atap gedung dan rumah penduduk... *berdoa buat mas-mas pilotnya*... Transit kali ini tidak seramai saat kami pergi ke Seoul waktu itu, antrian transit tidak ada, tapi kami tetap menuju ke sana untuk bertanya apakah boleh kami keluar, yang seharusnya boleh karena transitnya masih lama sekali ke pesawat berikutnya. Petugasnya bilang, mereka memeriksa keamanan saja, jadi kami langsung menuju ke imigrasi. Kesan pertama... agak serem... Emang sih kebanyakan petugas imigrasi itu serem, tapi kali ini kok auranya beda... Tapi udahlah ya, mau bagaimana lagi, sayang sama duit yang sudah dikeluarkan buat hotel di sana. Ketika sudah di depan petugasnya aku langsung bilang kalau mau keluar dulu karena transitnya lama sambil ngasih paspor dan boarding pass termasuk yang tujuan Kuala Lumpur besok. Alhamdulillah ya tidak seseram kelihatannya.... hehe... kami lancar-lancar saja melewati imigrasi...

Aku sudah menyiapkan 60 USD untuk ditukar ke Dong, kalau Rupiah sekitar 850.000 IDR, ketika ditukar ke Dong membanyak jadi 1.223.000 VND... wow... yeay.... *dompet penuh lagi*. Baru kali ini aku ke negara di mana Rupiah lebih perkasa saudara-saudara. Tapi senangnya nanti dulu, karena kami belum tahu harga barang-barang di Vietnam... Keluar dari bandara, kami mencari tiang no.10 di mana petugas klook menunggu, setelah dikasih lihat voucher, dia mencarikan supir yang bisa mengantar kami ke District 1 ke Symphoni Hotel.

Kebiasaan orang udik yang baru pulang liburan mulai kami terapkan, kami sok kepanasan dan biasa di udara dingin. Coat sudah terbenam di dalam tas, long john sudah nggak tau lagi ditaruh di mana, kipas-kipas pake kertas ke arah muka sambil ngeluh "Panas ya Vietnam..." sampai mbak petugas klook ngasih pinjam kipas angin tangan baterai nya yang berwarna pink ke aku sambil menjelaskan kalau Vietnam hanya punya dua musim, kemarau dan hujan... Kami tertawa sambil menjelaskan, "It's okay our flight from Seoul, but we are Indonesian. We have same weather as Vietnam"... hehe... yah gimana coba, pergi tadi dihujani salju, datang di Vietnam disambut 30 derajat... *kipas mbak klook Vietnam pengen dibawa*

Pemandangan menuju hotel, sayang blur


Lobi Hotel Symphoni


Kamar di Hotel Symphoni


Capek nggak main-main pake banget, sudah tengah malam sampai di hotel setelah sekitar 20 menit di jalan. Walau hotelnya kecil, tapi bersih dan nyaman. Tapi liftnya sempit, kami bertiga tanpa koper saja sudah full, apalagi kalau ada koper, nggak bisa sekali angkut. Karena kamar kami beda lantai dengan Mr. E, kami menetapkan jam berapa akan turun sarapan besok, setelah sarapan rencananya kami akan ke dua atau tiga tempat saja besok, takut nggak keburu ke bandara sorenya. Good Night Vietnam....

Lanjut part 10

Tanggal 31 Desember 2019, H-1 sebelum kami pulang, seharusnya kami ke Korean Folk Village, tapi karena jauh dan kami sudah puas berkunjung ke rumah tradisional di Seoul, jadinya dibatalkan. Gantinya adalah Changdeokgung Palace dan Namdaemun. Sengaja tidak banyak-banyak, karena malam ini tahun baru, dan akan menyimpan tenaga sebelum besok pulang, eh salah pindah negara...


Trus kalau ada yang nanya berapa suhu di Seoul saat 31 Desember 2019, maka jawabannya adalah -9 derajat... Oh My God, walau tidak bersalju, tapi semakin dingin saja cuaca yang harus kami hadapi. Keluar hari ini, dandangan jadi lebih heboh karena tambah penutup telinga dan kupluk. Kurang satu benda lagi seharusnya, yaitu masker, karena anginnya membuat hidung jadi tambah tersiksa menahan dingin. Ngomong sudah lebih lagi dari berasap, kalau mau bikin es krim bisa dilakukan di luar ruangan....

Suhu -9 derajat di Seoul


Untuk ke Changdeokgung Palace, kami naik metro menuju stasiun Jongno 3(sam)-ga exit 6, atau bisa juga ke stasiun Anguk exit 3. Tiketnya 3.000 KRW berhubung kami tidak memakai hanbok. Istananya super luas, dan kalau mau masuk sampai ke secret gardennya bayar lagi. Dan tau gak sih, berkat suhu -9 derajat tadi, di Changdeokgung Palace ini tidak ada yang namanya genangan air, trus yang ada apa.... ya itu.... es di lantai... Matahari memang menyinari, tapi sama sekali tidak menghangatkan...

Suasana Changdeokgung Palace


Pintunya rendah


Ini sudah kehabisan gaya


Di jembatan tanpa air


Keren ya kompleks istananya


Another shoot on Changdeokgung Palace


Biasanya turis tidak boleh masuk ke ruangannya. Tapi di sini, ada satu ruangan yang boleh kita masuki, tentu saja dengan melepaskan sepatu pastinya. Interior dalamnya persis seperti di drama-drama. Di dalamnya ada ruangan tempat menyimpan peralatan pengobatan jaman dulu. Oennie penjaganya sangat baik, dia jadi guide menjelaskan mengenai sejarah isi ruangan yang kami kunjungi. Selain itu, ada hal lain yang bikin aku betah di sana, yaitu karena ada penghangat ruangannya... hehe... Selesai tur singkat, kami mengucapkan kamsahamnida kepada oennie baik, eh tidak disangka dia balas dengan ucapan terima kasih.... 😁

Interior Changdeokgung Palace


Setelah itu kami keluar lagi, kali ini aku tidak bisa bertahan lagi untuk foto-foto. Rasanya sudah menyerah, jadi untuk pertama kalinya, aku kehilangan nafsu foto dikarenakan udara dingin yang sangat ekstrim. Untung selanjutnya kami menemukan toko merchandise yang di dalamnya hangat sekali, di sana juga menjual kopi dan kami menghangatkan badan sambil melihat-lihat dan membeli merchandise. Saat ke toiletnya, aku dapat kejutan... toiletnya ada tombol bidetnya... seperti di Hotel Mizo, seperti toilet-toilet kebanyakan di Jepang... Alhamdulillah ya, bersih-bersihnya jadi bisa maksimal...

Lanjut kemudian ke Namdaemun, tapi sebelumnya kami membeli egg bun di samping istana dekat parkir bus tur. Harganya hanya 2.000 KRW dan enak sekali dimakan panas-panas. Menuju ke Namdaemun kami naik metro tentu saja ke stasiun Namdaemun exit 6. Tak jauh dari pintu exitnya sudah banyak terlihat jualan di sepanjang jalan. Di sana juga ada kebab turki yang halal. Untuk nasi ayam harganya 7.000 KRW.  Karena nasinya kehabisan dan masih dimasak, kami diminta menunggu di musholla tak jauh dari sana, sambil sholat juga, sekalian menghangatkan badan lagi, karena mushollanya pun memakai penghangat ruangan. Saat akan mengambil pesanan kami, ketemu dengan serombongan turis dari Malaysia, si Bapak bertanya berapa rombongan kami, aku jawab 3... trus aku tanya balik berapa jumlah rombongan mereka, dan si Bapak jawab 3 juga, tapi.... 3 bus.... *gubrak* aku langsung terbayang alangkah capeknya menjadi tour guide mereka. Salah satu ibu-ibu nanya di mana beli oleh-oleh murah, kami jawablah di Insadong dekat Anguk, tapi mereka sama sekali tidak tahu di mana itu... yah itulah ya kekurangan kalau ikut tur, kita ikut saja sesuai arahan orang lain, lain kalau kita pergi sendiri, kita sangat paham akan ke mana saja tujuan kita.

Kebab beli di Namdaemun


Sedih ya besok sudah mau meninggalkan Korea, seperti setahun lalu, aku juga sedih akan meninggalkan Jepang. Bagiku Jepang memang masih tetap favoritku nomor satu negara yang pernah kukunjungi, tapi sekarang sudah hampir ada saingannya. Korea Selatan adalah negara favoritku nomor dua, yang beda tipis sekali poinnya.... hehehe..

Lanjut part 9


video youtube

Ihwa Mural Village adalah kawasan pemukiman penduduk yang sering sekali dijadikan sebagai lokasi syuting. Tempatnya memang unik, banyak mural yang di gambar di dinding dan mengundang turis untuk datang, satu yang tidak kusuka di Ihwa Mural Village ini adalah jalannya yang luar biasa menanjak... Satu lagi tempat harus didatangi dengan tenaga ekstra. Sudah nafas ngos-ngosan karena dingin, kemudian ditambah lagi karena mendaki. Udara yang dingin memang membuat asap keluar dari mulut kita, selain itu, hidung juga jadi meler sendiri, yang paling parah muka jadi kering, terutama bibir jadi pecah-pecah. Berdasarkan pengalaman di Jepang saat musim dingin tahun kemarin, sebenarnya aku sudah pakai pelembab bibir, tapi ternyata masih saja pecah-pecah, walau tidak separah tahun lalu. Jadi ritual tiap pagi sebelum berangkat itu adalah pakai pelembab muka dan bibir, kemudian pakai counterpain. Malamnya tetap pakai pelembab muka yang malam dan gantian betis dipakein koyo hansaplast. Kalau kata Dilla, penampilan malam sudah kaya nenek-nenek dari bau dan penampilan koyo yang dipakai.... 😅

So... hari ini saia pakai baju merah.... melipir ke Ihwa Mural Village. Naik metro turun di stasiun Hyehwa exit 2, seperti biasa mengeluarkan jurus selanjutnya yaitu jalan kaki. Melewati jalan raya Seoul yang khas, juga taman yang asri.

Entah apa saja isi tulisan di foto ini


Seperti di Ueno Park


Pura-puranya lagi nungguin jemputan


Sudah ditulis kan jalannya menanjak menuju ke Ihwa Mural Village, dan sekarang ditulis lagi kalau jalannya superrr menanjak... tinggi sekali saudara-saudara, jadi harus istirahat dulu karena umur saia sudah tidak muda lagi. Mau mengajar di lantai 4 saja sudah ngos-ngosan kalau tidak pakai lift, apalagi kalau disuruh manjat gunung, sepertinya aku bakal mengibarkan bendera putih....

Akhirnya setelah dengan penuh perjuangan kami sampai juga. Tidak terlalu ramai, memang ada juga pengunjung selain kami, tapi tidak banyak. Yah kalau ada pilihan lain buat apa sih liburan dengan cuaca 0 derajat seperti sekarang. Tapi karena kami anaknya emang anti mainstream, maka pergi liburan di musim dingin,... koper berat karena bawa coat!, siapa takut.... *nangis, nasib cuti cuma bisa di Desember*

Aku ingin terbang


Tangga ini dulunya ada mural bunga-bunga


Nah kalau ini dulunya mural ikan koi


Dari tangga yang dulunya ikan koi itu, naik saja jika ingin ke rumah yang beberapa kali dipakai syuting drama, seperti drama doctors Park Shin Hye dan drama Strong Girl Do Bong Soon. Niatnya jalan naik tangga sambil nge vlog juga, cuma karena takut keserimpet dan jatuh dari tangga yang lumayan tinggi kan rempong.. masak datang ke Korea wisata ke rumah sakit... So, nge vlog nya stop dulu, konsentrasi meniti titian tangga sampai ke puncaknya... dan hore.... akhirnya ketemu juga dengan rumah yang dimaksud. Lumayan rame juga ternyata, jadi fotonya harus gantian..

Rumah Do Bong Soon


Lucu ya, dalam sangkar pun ada kursi yang sama dengan manusia


Turun setelah dari rumah Do Bong Soon, belok kanan ketemu secara tidak sengaja lokasi drama lain. Malah ada foto-foto terpampang, menjelaskan adegan drama apa saja yang berlokasi di sana. Cuma sayang tidak bisa dijelaskan dalam peta, karena jalannya kecil dan harus naik tangga. Ada semacam kafe dengan foto dan patung-patung kucing, ada properti balon di pinggir jalan, satu cafe malah dengan jelas menunjukkan 3 foto adegan Ecounter yang bisa direka ulang oleh turis yang datang. Turun dari tangga bekas ikan koi tadi, kalau belok kanan akan ditemui taman yang lumayan luas. Aku yakin kalau bukan musim dingin pasti rame sekali...

Ini juga lokasi drama, tapi nggak tau judulnya, btw patung kucing-kucingnya lucu


Salah satu lokasi drama Ecounter


Salah dua lokasi Ecounter, dan itu foto-foto adegannya


Taman di Ihwa Mural Village


Saat akan kembali ke stasiun Hyehwa, turun hujan yang lumayan deras. Jadi kami berteduh dulu di perhentian bis yang tertutup. Setelah agak reda, nekat kami terobos, karena aku juga sudah kebelet pipis dan tadi melihat ada toilet umum yang bisa digunakan di area taman. Toiletnya bersih, tapi seperti biasa, nggak ada semprotan, cuma tissu buat bersih-bersihnya... Payung yang tidak sengaja kebeli dari rental hanbok ketinggalan di hotel, jadi hari itu ceritanya basah-basahan manjah di Ihwa Mural Village...

Lanjut kemudian ke Dongdaemun Design Plaza DDP, naik metro line 4 sebanyak 2 stasiun dari Hyehwa ke Dongdaemun History & Culture Park, pintu exitnya nomor 1. Bangunannya keren, unik dan modern, meliuk-liuk dengan warna putih perak kotak-kotak. Ada semacam pameran ketika kami ke sana, turun dari DDP kami tidak mencari pasarnya karena rencananya mau makan dan numpang sholat di Kampungku restoran yang berada di area Myeongdong juga. Ini adalah restoran Malaysia, di dekatnya juga ada beberapa restoran halal, malah ada minimarket yang menjual produk-produk halal. Kami banyak membeli oleh-oleh di sana. Ada kacang almond rasa honey, strawberry dan pedas yang halal dan bisa dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Lokasinya bisa ditemui dengan metro stasiun Myeongdong exit 3, sama seperti saat menuju Cable Car Namsan Tower, hanya saja saat ketemu Pacific hotel, bukan belok kanan, tapi belok kiri pasti akan ketemu tak jauh dari sana. Malamnya, masih saja nggak mau jauh-jauh dari Myeongdong, masih kurang belanjaannya dan jajan street food egg bun serta berfoto dengan Brown raksasa di line store.

Dongdaemun Design Plaza


Akhirnya berfoto di Myeongdong.


Sama Brown dan Sally


Berikut harga-harga skin care dan make up yang kubeli di Meyongdong, seingatku ya saat itu:

Nature Republic:
Mask Sheet isi 60 (1+1) = 30.000 KRW (sudah bagi dua dengan Dilla)

Etude House:
Eye shadow = 3.500 KRW
Lip Liner = 6.500 KRW
Moistfull Collagen = 15.000 KRW (kalau beli 1 jadi 20.000)
eye liner = ? (tidak ingat 😅)

Tony Moly:
Hand Cream isi 18 = 18.000 KRW

Saem:
Hand Cream isi 20 (1+1) = 51.000 KRW

Berikut juga, peta jalan kami hari ini di Ihwa Murral Village, kalau yang DDP dan Kampungku sepertinya sudah jelas:

Panah merah tangga bekas ikan koi menuju rumah Do Bong Soon


Kalau harga-harga magnet kulkas dan gantungan kunci, aku tidak ingat lagi, yang jelas lebih murah kalau beli oleh-oleh di Insadong daripada Myeongdong. Di Insadong tempatnya juga lebih enak untuk memilih-milih barang, karena tidak seheboh Myeongdong pengunjungnya.

Lanjut part 8

video youtube

Dilla dan Mr. E ini tipe turis yang super semangat mau mulai keluar dari hotel sepagi mungkin, sedangkan aku sih lihat keadaan dulu ya. Kalau capek maunya agak siang, seperti hari ini, pengen istirahat agak lama mengingat kemarin dan hari ini bakal jalan menguras tenaga lagi. Sudah oles counterpain dan tempel koyo hangat di kaki, tapi masih terasa pegal-pegal. Tapi untung ada mereka, karena alasan keluar pagi-pagi itu tepat. Biasanya kawasan wisata masih sepi, dan lebih bebas kalau mau foto-foto....😄

Namsangol Hanok Village adalah tempat wisata yang isinya rumah-rumah khas Korea lagi. Tapi ini seperti perkampungan, bukan istana dan tidak seperti Bukchong gayanya. Lokasinya ada di seberang jalan hotel kami, kalau dari stasiun Chungmuro, Hotel Cheese dari exit 7, maka lokasi Namsangol Hanok Village di seberangnya di exit 3. Ada lampu merah, jadi kami bisa menyeberang lewat atas saja. Yang lebih menyenangkan adalah, karena ke sana masuknya gratis.... hore...

Rumah-rumah di sana dirawat dengan baik, ada juga isi dalamnya, lengkap dengan propertinya, kursi, lemari dan lain-lain, tapi turis tidak boleh masuk. Properti di luar ruangan juga tidak kalah menarik, ada semacam tempat masak, jemuran, kendi-kendi dan lain-lain, pokoknya instagrammable sangat... Dilihat saja ya, foto-foto narsis saia di bawah ini...😎😅😁

Pondok-pondokan


Captured by Dilla


Ruang-ruang lengkap dengan properti di dalamnya


Serasa di dalam drama Saeguk


Nunggui jemuran kering sambil masak, di kejauhan ada Namsan Tower


Salah satu foto favorit saia...


Isi dalamnya yang tidak boleh dimasuki


Another of my favorite photos


Bersih dan terawat di sana


Puas pake banget selama di Namsangol Hanok Village, rasaya sudah sah benar-benar berada di Korea, hahaha... Sebenarnya aku juga menjadwalkan hari terakhir ke Korean Folk Village, namun setelah pengalaman kemarin ke Nami Island yang jauh dari Seoul, aku jadi mikir lagi kalau mau ke Korean Folk Village yang letaknya juga di luar Seoul dan butuh waktu seharian ke sana, toh kami juga sudah puas dari Bukchong, Istana-istana di Seoul dan sekarang Namsangol Hanok Village. Jadi sepertinya rencana ke Korean Folk Village bakal dibatalkan. Sebagai gantinya nantilah dipikirkan mau kemananya. Sekarang lanjut dulu ke kawasan yang juga rame dan bisa belanja-belanja yaitu Hongdae. Di Hongdae juga ada semacam cafe yang temanya Harry Potter. Bisa beli minum khas Harry Potter dan foto-foto dengan properti berbau Harry Potter. Dari stasiun Chungmuro line 3 ke stasiun Eujiro 3(sam)-ga, pindah ke line 2 sebanyak 7 stasiun berhenti di stasiun Hongik university. Exit yang terdekat di exit no. 9 untuk ke cafe Harry Potter. Di salah satu stasiun metro, ketemu gambar para artis-artis Korea, tapi sayang sekali, nggak semuanya saia kenal, haha... Sepertinya drama Korea yang saia tonton kurang banyak... 😌

Dari 16, tau cuma 7


Pura-puranya di Diagon Alley


9 3/4 apa 943 ya


Di cafe Harry Potter kami memutuskan untuk tidak masuk, cukup foto-foto di luarnya saja. Lanjut jalan lagi mengelilingi Hongdae, Dilla sudah tidak bisa dipegangi lagi karena sudah masuk keluar toko sendiri, ya udah daripada bengong, aku ikut milih-milih aksesories, kebetulan bros jilbab patah, jadi bisa beli di sana, harganya satu 5.000 KRW, wihhh lumayan muahal ya.. di Palembang bisa beli 3. Karena nanti takut Elsa ribut ngeliat bros Koreaku ya udah jadi beli 2 lagi... *lohh...* untuk Elsa dan maknya, supaya dunia aman...

Puas ngelayap di Hongdae, kami lanjut rencana mau ke Boa house, katanya di sana ada makanan halal dan bisa sekalian sholat, di tengah jalan ngeliat waffle yang sepertinya enak. Seperti biasa makanan hangat itu enak banget dimakan dalam udara yang super dingin seperti hari itu. Setelah makan waffle, lanjut jalan lagi dan kemudian kecewa. Tempat makan Boa house nya tidak ada lagi, jadi kami nggak bisa makan dan sholat di sana... yo wes.. ganti rencana, harus pulang sebelum gelap supaya terkejar sholat jamak Ashar dan Zuhur, makannya sepertinya bakal main lagi ke Myeongdong di Busan Jib.

Waffle isi pisang


Setelah dari Hongdae, ngebut ke satu tempat lagi yaitu area Shincon. Ada Ewha Woman's University dan terowongan goblin. Kenapa sih jadwalku banyak lokasi drama Goblin, karena ini drama yang lokasinya banyak informasi lokasinya dan memungkinkan untuk dikunjungi. Dari Hongdae, naik metro stasiun Hongik University line 2 hijau lewat 2 stasiun menuju ke stasiun Ewha Woman's University exit 3. Ewha University ini keren sekali, gedung perpustakaan dan gedung di bagian depannya. Yang keren juga taman di bagian depan, tapi sayang karena musim dingin, daun-daunnya tidak hijau. Yang datang ke sana super ramai, jadi pengen kuliah lagi di sana... hehe... kalau lagi nganggur bisa shopping di toko-toko yang emang menantang minta dikunjungi di sekitaran kampusnya.. haha...

Saia yang mana ya


Keren sekali ini kampus...


Dengan kaki yang lelah kami lanjut ke terowongan goblin di dekat sana. Jika kaki ada ukuran tenaganya seperti batere HP, mungkin sekarang powernya sudah 10%, tapi tetap semangat.... 💪 masak jauh-jauh ke Korea cuma numpang tidur... Dari Ewha Woman's University tinggal belok kanan dan berjalan lurus. Sampailah kami ke lokasinya. Nanti akan di share di bawah. Terowongannya penuh dengan coretan graffiti, baunya pun ada masih baru. Ada juga bule yang lagi ngambil foto di sini, jadi bukan cuma kami yang jauh-jauh datang ke sini untuk kepentingan dokumentasi...

Foto minus daun bawang


Berikut peta perjalanan hari ini:
1. Cheese Hotel, stasiun chungmuro exit 7
2. Pintu Masuk Namsangol Hanok Village, stasiun chungmuro exit 3 (di seberang exit 7)
3. Hongdae Harry Potter, stasiun Hongik university exit 9
4. Ewha Woman's university, stasiun Ewha Woman's University exit 3
5. Terowongan Goblin, jalan dari Ewha Woman's University

Peta Chungmuro


Peta Hongdae dan Shincon


Walau menginap di Chungmuro, kami tetap betah ke Myeongdong, makan di Busan JIb sekalian sholat di sana. Habis makan dan sholat, biasa... nyari tambahan belanjaan, beli street food (fish cake lagi) dan main ke line store. Pulang ke hotel, belum mau tidur setelah beres-beres karena mau nonton lanjutan Crash Landing on You episode 6.

Lanjut part 7

video youtube

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...