Hari kelima jadwal jalan di Seoul adalah favorit saya. Latar foto-fotonya didominasi oleh warna putih. Sebab kenapa.... sebab hari ini salju turun seharian di Seoul. Tanggal 30 Desember 2023, Desi sudah bilang kalau prakiraan cuacanya akan turun salju. Pagi-pagi saat buka tirai jendela hotel, salju turun perlahan, semakin lama semakin lebat. Saat kami datang ke Seoul, selama bulan Desember ini, salju sudah pernah turun. Saat kami baru datang, yang terlihat adalah sisa-sisanya, nah hari ini salju turun lagi. Kami sudah bawa payung lipat, jadi hari ini si payung akan berguna. Kostum hari ini akan semakin heboh. Jika biasanya selain coat, long john saya pakai tidak lengkap. Maksudnya atasan atau bawahan saja. Kalau bajunya kaos tidak pakai, tapi kalau bahan tipis baru pakai atasan long john. Untuk bawahan, kalau celana panjang tidak pakai long john, tapi kalau rok... baru pakai bawahannya. Hari ini, pakai formasi lengkap. Coat, ditambah long john atas dan bawah selain outfit, walau sebenarnya sudah pakai celana panjang.


Jadi hari ini adalah pertama kalinya saya ketemu langsung dengan salju tebal. Perjalanan ke Jepang dan Korea yang lalu cuma ketemu sedikit saja. Lewat tempat bersalju tebal cuma lihat dari Shinkansen. Trus bagaimana rasanya kehujanan dan menginjak salju. Kalau menginjak salju sudah dari kemarin-kemarin, tapi yang ketumpahan di kepala baru kali ini. Salju itu teksturnya lembut seperti es diserut. Kalau baru turun seperti kapas. Setelah sampai di tanah akan menumpuk.  Jika turun di jalan pasti akan tergilas kendaraan dan tidak menumpuk, tapi jadinya berwarna coklat bercampur tanah. Untuk yang tidak di jalan, pasti akan menumpuk. Di atas pohon, tanaman, atap rumah, mobil yang diparkir... semuanya putih. Ngambil foto dan video hari ini usahanya harus lebih karena sambil pakai payung. Salju yang turun pertama tidak langsung membuat basah, seperti saat kena tas. Tapi kan takut juga kalau merembes ke dalam basahnya. Hal yang paling saya takutkan kalau kena paspor. Desi membungkus paspornya dengan plastik. Saya juga langsung mindahin paspor ke posisi paling belakang di tas dan ditutup dengan plastik juga. Handphone kalau dipegang sudah dingin, saat ngambil foto atau video juga hati-hati takut basah kena salju. Payung lama kelamaan semakin berat, karena tertumpuk salju, jadi sering-sering dikibas supaya saljunya jatuh dari payung.

Jadwal hari ini cuma tinggal satu, yaitu ke Jembatan Banpo. Sebenarnya ini memenuhi keinginan Desi yang pengen piknik di Sungai Han. Berhubung cuaca tidak mendukung, jadi mohon maaf, pikniknya diganti syuting ala Oshin... Yang nggak tahu Oshin, googling deh... ini saking tuanya yang nulis jadi ingatnya Oshin ngeliat salju yang banyak. Oshin itu drama Jepang yang settingnya di musim dingin. Balik lagi ke rencana hari ini, kami hanya ke Banpo karena hari ini hari terakhir kami dan punya rencana belanja oleh-oleh di Myeongdong siangnya. Jembatan Banpo dipilih sebagai jembatan yang akan didatangi karena saya banyak melihat vlog orang-orang yang ke sana. Kalau malam ada air mancur dari jembatannya dan lampu warna-warni dengan musik, menjadi seperti dancing fountain. Jembatannya ada dua tingkat, dan di pinggir sebelah kirinya ada dua gedung dengan arsitektur khas namanya Some Sevit yang muncul di film Avenger Age of Ultron saat adegan Kapten Amerika mau mengejar Ultron di jembatan. Jadi cita-citanya mau sekalian ke sana juga sekalian untuk melihat-lihat.

Itu ekspektasi, reality tentu saja beda yeorobun. Kembali selamat sudah untung, sudah cukup puas foto-foto di pinggir sungai... boro-boro mau ke Gedung Some Sevit. Salju semakin lama semakin tebal saat diinjak, dingin dan berangin. Saat jalan tidak tahu yang mana jalan yang mana taman, pokoknya ikuti insting saja. Kalau saat jalan kaki tidak jeblos berarti bawahnya aspal, kalau jeblos berarti tanah. Jadi kami naik subway ke rute kemarin, turun di Stasiun Express Bus Terminal exit 8-1 menuju Hangang Park. Kalau ke arah kiri menuju jembatan Banpo, kalau ke arah kanan dari stasiun kemudian belok kiri mengikuti jalan lurus sampai habis kemudian belok kanan. Pertigaan itu temboknya merupakan jalan yang tinggi yang bisa ditembus menuju Sungai Han lewat terowongan.

Belok kanan dari Exit 8-1


Setelah keluar dari terowongan kecil itu, jika cuacanya bagus pasti langsung kelihatan jelas Sungai Han, karena itu sudah termasuk area taman. Mungkin bisa sewa sepeda juga, karena di samping terowongan banyak terparkir sepeda. Desi seperti biasa nyari toilet, dan di area taman seperti ini pasti ada toiletnya. Di sana ada toilet portable yang bersih, yang bisa digunakan, posisinya di arah kanan setelah keluar dari terowongan, sementara Jembatan Banpo ada di kiri. Setelah urusan toilet selesai, kami mendekati Jembatan Banpo dan Sungai Han sebisanya saja. Cuma sedikit orang-orang yang nekat ke sana dalam cuaca seperti ini, termasuk kami. Masih ada yang merekam dengan memasang tripod untuk salju yang turun, juga ada yang membawa anjingnya yang berbulu tebal untuk jalan-jalan. Saya jadi teringat Bubu, kucing oyen medium persia milik saya yang pasti sangat senang di cuaca dingin dan bisa menginjak salju seperti saat ini. Ngambil foto dan video saat turun salju itu susah cinnn... dari 10 pengambilan foto, paling 1 atau 2 yang mukanya bersih dari salju, sisanya aneh-aneh, kena mata, hidung dan mulut. Tapi secara umum ini sebenarnya menyenangkan dan merupakan pengalaman unik yang berharga yang tidak setiap hari bisa didapatkan oleh orang-orang yang hidup di negara tropis, jadi dijalani saja ya... tidak usah mengeluh dingin. 

Akhirnya saya punya foto seperti ini


Latar belakang Jembatan Banpo dan Sungai Han


Jalan mendekati Jembatan Banpo, Gedung Some Sevit lumayan kelihatan di belakang


Kami sebenarnya juga mendekati Jembatan Banpo, tapi tidak sanggup jauh-jauh agar jalan pulangnya juga jangan terlalu jauh. Ngeliat sedikit gedung Some Sevit saya sudah cukup puas. Padahal ya di sana saya yakin, kalau cuacanya bagus pasti jadi tempat wisata yang sangat asyik, bakal banyak orang yang jualan, naik sepeda...  mungkin kalau Bulan Puasa di Indonesia, jadi tempat favorit untuk berkumpul dan ngabuburit.... 😅. Tapi karena kenyataan saat ini tidak bisa, maka udah ya kalau sudah puas pulang.... Jalan pulang kami kembali lewat terowongan, tapi Desi ke toilet lagi, jadi saya menunggu di dalam terowongan sambil ngeliati salju yang turun. 

Perjalanan selanjutnya adalah hal yang menyenangkan yaitu belanja di Myeongdong, skin care, make up, skin care lagi, make up lagi... dst sampai dompet kering.... Dari stasiun subway exitnya di pintu nomor 6, kalau mau ke Kampungku di pintu exit 3 di seberang jalan. Penjaga toko di sana luar biasa ramah dan sangat senang menjelaskan produk yang mereka jual. Dengan alasan produknya bebas pajak dengan scan paspor, maka semakin banyaklah kami belanja, untuk diri sendiri dan juga oleh-oleh tentu saja. Di Etude, saya membelikan krim titipan teman saat saya merasa eonni kasir meletakkan paspor saya, mau saya ambil, eh dia sambil senyum bilang "Scan..." 😅 ternyata dia sedang scan paspor saya, saya kira dia meletakkan di ujung meja untuk ngasih ke saya... Saya jadi malu 😁.

Di Myeongdong semakin sore semakin rame. Karena banyak orang berjualan, tumpukan salju mereka bersihkan dan jalan ditaburi garam. Makan di Busan Jib Myeongdong kali ini kami ke tempat yang ada menu Korea. Pesan Bulgogi yang dikasih dari mentah dan dimasak di atas meja. Selain daging ada bawang bombay, jamur, daun bawang, wortel, air tentu saja dan bumbu rahasia di bawah daging. Side dish masih sama seperti yang dulu, ada kimchi, ikan kecil, dan rumput laut. Desi pengen Pajeon, tapi karena pajeonnya sea food... saya tidak bisa ikut makan, Kalau Desi mau bungkus sih boleh juga sebenarnya, tapi dia melihat gambar di menu sepertinya ada yang Pajeon sayur, maka pesanlah kami... eh ternyata salah yeorobun, gambarnya ternyata adalah Japchae. Sounnya sebenarnya enak juga, tapi porsinya banyak dan agak manis. Makannya tunggu Bulgoginya matang, enak sekali... nasinya seperti biasa dikasih hangat dalam wadah mangkok stainless steel tertutup. Sendok garpu dan tisu ada di laci samping meja. Harga makanan di Busan Jib lebih mahal dibanding Kampungku, tapi nggak apa ya... kan sekali-sekali dan enak juga... 

Hidangan di Busan Jib


Habis belanja balik lagi ke hotel, malamnya lanjut keluar makan di Kampungku lagi. Kami dapat meja di lantai 2. Kali ini saya memesan menu paling harus dicoba selama di Korea yaitu ramyeon... hahaha... Di Indonesia juga bisa kan, tapi kepalang di Korea jadi pesan itu. Menunya ditaruh di panci kecil. Selain itu juga beli ayam goreng dan teh hangat, ini sekaligus sebagai menu perpisahan di Korea untuk perjalanan kami kali ini.

Ramen di Korea

Menu lengkap kami malam itu

Pulang ke hotel, packing beres-beres... Semua benda yang tidak digunakan lagi, pakaian kotor dan semua barang belanjaan masuk ke koper besar. Keperluan di Taipei nanti saat transit, seperti pakaian ganti dan alat-alat mandi dimasukkan ke tas kecil yang rencanyanya dibawa saja ke kabin, sama seperti rumus saat transit di Ho Chi Minh. Untuk pesawat ke Palembang dari Jakarta tanggal 1 Januari, kami sebenarnya memesan tiket Batik Air dari Soeta, tapi... dapat pesan perubahan jadwal. Kalau pesawat Vietnam Airlines yang kami tumpangi saat datang ke Korea perubahan jadwalnya dimajukan 20 menit, nah kalau pesawat Batik ini perubahannya adalah pindah Bandara jadi ke Halim. Malas banget kan nanti dari Taipei mendarat ke Soeta, mau pindah ke Halim bawa koper berat dalam waktu hanya beberapa jam dalam sehari. Jadi akhirnya diputuskan ganti pesawat apa saja yang penting tetap di Soeta. Karena perubahan ini bukan salah kami, jadi perpindahan ini tidak kena cas. Kami jadi ganti pesawat tetap jadwal malam ke Palembang dengan menggunakan Super Air Jet lagi jadinya. Pulang ke Palembang nanti sudah dipastikan bagasi menjadi lebih banyak dan kami harus beli bagasi jadinya. 

Hari kelima : 11.921 langkah

Lanjut part 7

Video Youtube

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...