Baru kusadari hobi jalan-jalanku akhir-akhir ini lebih berat ke arah utara dibanding ke selatan.... hahaha... apa sih maksudnya!!!... Maksudnya ternyata aku lebih sering ke dan transit di Kuala Lumpur dibanding Jakarta. So... akhir Februari aku dapat kesempatan kembali ke Jakarta setelah sekian lama tidak ke sana, (kalau tidak salah, terakhir 6 tahun lalu... tahun 2013), demi urusan ikut seminar bersama beberapa rekan-rekan sekampus. Perginya hari Sabtu subuh dan pulangnya mestinya sore dihari yang sama. Tapiiii pulangnya akhirnya berubah jadi besoknya dihari Minggu dan dapat tumpangan menginap di apartemen saudaranya salah satu teman.

Subuh-subuh sudah sampai dibandara, tapi kali ini diantar mobil karena kalau naik LRT nggak pas jamnya. Kalau pesawatnya jam 7, masih sempat naik LRT, tapi karena pesawat kami jam 6 maka tidak bisa naik LRT. Pesawat perginya menggunakan Batik Air dan aku ternyata baru pertama kali naik Batik. Karena kepagian, kami beli sarapan burger dan hot chocolate untuk dimakan di pesawat. Saat naik pesawat, aku dapat pengalaman horor bagi diriku sendiri, entah apa penyebabnya, apakah karena terlalu capek, kurang tidur, atau salah pada makanan yang kumakan, ditengah perjalanan di pesawat, penyakit tekanan darahku kumat. Kalau darah rendahku lagi kumat, dunia terasa berputar-putar. Kalau aku berada di rumah aku bisa berbaring istirahat memejamkan mata sambil berpegangan saat merasa dunia berputar-putar, tapi ini di pesawat.... Rasanya sangat menakutkan menyadari sedang berada di udara dan merasa berputar-putar. Iya kalau berputarnya horizontal, tapi ini berputarnya vertikal, serasa mau jatuh seperti naik space shot di Genting, muka sudah pucat, rasanya mau muntah, tapi aku berusaha berpikir dengan akal sehat kalau yang salah adalah aku, bukan pesawatnya... karena aku meyakinkan diri pesawatnya terbang normal dengan melihat ke arah jendela.... pemandangan awannya baik-baik saja. Butuh waktu cukup lama bagiku untuk menenangkan diri sambil memejamkan mata dan berpegangan di kursi. Temanku tentu saja cemas melihat keadaanku, tapi untunglah akhirnya keadaanku membaik, walau tetap masih berusaha menahan diri agar tidak muntah di pesawat yang kalau iya terjadi... bakal jadi pengalaman memalukan bagiku. Untungnya lagi perjalanan hanya 45 menit, begitu turun dari pesawat, tempat pertama yang kucari tentu saja toilet untuk mencuci muka dan menenangkan diri, kemudian selanjutnya membeli minuman manis supaya lidah tidak pahit lagi.

Setelah keadaanku normal, baru aku bisa mengamati sekitarku. Bandara Soekarno Hatta, khususnya terminal 2 telah berubah drastis dari terakhir kali aku ke sana. Ini juga sepertinya efek dari pembangunan karena Asian Games. Setelah mendapatkan taksi, kami segera meluncur ke lokasi seminar di Trisakti dan sampai di tempat kira-kira sejam kemudian. Saat seminar, makan siangnya kami mendapatkan Hokben, cukup senang, sebab jarang-jarang makannya Hokben. Karena nggak ada di Palembang juga, jadinya si Elsa dari awal sudah ribut minta dibelikan saat pulang nanti.

Makan siang Hokben


Selesai urusan seminar jam 1 siang, karena pulangnya masih besok dan aku sudah pernah ke Taman Anggrek maka kami jalan-jalan di Central Park. Di sana aku baru merasa seperti katak di bawah tempurung, karena tahu nggak sih.... Sephora juga ada di Jakarta, cape deh,... karena kebodohanku, aku jadi susah payah ke Kuala Lumpur demi eye liner. Memang sepertinya aku harus sering-sering main ke Jakarta dan lebih memperluas wawasan. Yah mau bagaimana lagi sih, sebenarnya aku lebih sering main ke Kuala Lumpur karena tiket dari sana ke mana-mana lebih terjangkau. Di Central Park juga sedang ada travel fair, dan pemandangan paling depan yang kelihatan adalah promo dari maskapai ANA.... duh kannn... jadi baper pengen ke Jepang lagi jadinya... *kalap ngambilin brosur*

Sephora di Central Park


Nggak mau rugi, beli lagi eye liner


Di Central Park kami juga sempat main ke tamannya. Karena masih siang suasana masih sepi, kalau sudah sore makin rame dan banyak juga yang membawa peliharaannya jalan-jalan di sana. Dari area taman di Central Park, bisa dilihat kalau mall juga terhubung ke Neo Soho dengan melewati sky bridge dengan desain yang keren.

Taman di Central Park


Jembatan penghubung ke Neo Soho


Kami menginap di apartemen tepat di belakang Central Park. Kamarnya di lantai 16 dengan pemandangan kota Jakarta dari ketinggian. Di sana aku merasa tidak akan sanggup kalau seandainya mau tinggal menetap, biaya hidupnya muahal... kalau pemasukanku tidak membesar dibanding sekarang, sepertinya aku sudah cukup puas tinggal di Palembang.

Pemandangan dari lantai 16


Pagi Hari Minggu masih ngetem juga di Central Park, shopping dan beli titipan orang-orang di Hokben. Gila ya, demi chicken teriyaki dan egg chicken roll jadinya kami rela ikut antrian panjang di sana. Setelah puas kemarin makan siang dan makan malam, serta hari ini sarapan dan makan siang di Central Park, kami pulang ke Palembang kali ini naik Garuda dari terminal 3. Lagi-lagi aku kagum dengan pembangunan di Soeta, terminal 3 yang kuingat jaman beberapa tahun lalu telah berubah drastis, jadi mirip dengan bandara KLIA, menjadi lebih luas dan megah. Gate pesawatnya sangat banyak, dan kami beruntung untuk ke Palembang dapat di gate nomor 15 yang tidak terlalu jauh jalannya.

Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta


Luas dan megah dibanding dulu


Satu lagi tanda kalau aku memang seperti katak dibawah tempurung adalah, aku baru tahu kalau di Garuda pun ada layar di depan kursi penumpang untuk menonton film, lengkap dengan headsetnya. Tuh kan... norak... Aku beberapa kali dulu naik Garuda, belum pernah ketemu yang punya  layar seperti ini. Ngeliat layar itu aku jadi ingat pesawat ANA, emang sih filmnya nggak terlalu banyak, tapi lumayanlah ngisi waktu sejaman selama di perjalanan pulang nonton film Fantastic Beasts and Where to Find Them, walaupun tidak selesai.

Sampai di Palembang sudah sore, karena LRT masih beroperasi, jadi aku bisa pulang naik LRT. Dua bulan yang lalu aku capek luar biasa habis travelling, tapi itu sudah kusiapkan mentalnya. Sekarang walau perjalanan ke Jakarta singkat, cuma dua hari satu malam, tapi ternyata karena mental tidak siap, aku jadinya tepar juga.

Setelah perjalanan ini aku jadi terpikir untuk transit dari Jakarta saja untuk perjalananku selanjutnya. Kan sekali-kali nggak apa-apa kalau aku misalnya berangkat dari Jakarta. Sekali-kali juga menginap di Soeta kalau harus, ya nggak apa-apa juga kali ya, seperti pengalaman Dilla. Jadi tiket murah yang manakah yang akan kupilih untuk perjalananku selanjutnya.... semoga Korea saudara-saudara...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...