Sambil menunggu boarding sudah tentu yang bisa dilakukan adalah tidur, tepatnya tidur ayam. Tidak bisa nyenyak, dan tidak pewe sama sekali. Kursi di bandara ada lengan jadi tidak bisa kalau mau tidur melintang di kursi. Pinggang rasanya sudah sakit, tapi harus bertahan malam ini. Siang bisa juga tidur di pesawat, tidur yang agak benar besok di hotel sesampainya di Jakarta. Tidur yang benar, nyenyak dan puas tentu saja nanti di Palembang setelah sampai di rumah. 😴

Bandara King Abdul Aziz


Pesawat kami ke Jakarta lagi parkir

Penumpang ramenya minta ampun, sepertinya ada lebih dari 3 tur umroh. Selain jemaah umroh juga ada beberapa bule yang juga akan ke Jakarta. Kalau kata Ustad Pak Haji, selain Mekah dan Madinah yang ada tanah haramnya, tempat lain semua orang boleh datang seperti di Jeddah ini. Bawaan jemaah umroh jangan ditanya, pokoknya super heboh. Memang koper khusus tur sudah masuk bagasi semua, tapi kan masih ada tas-tas lain dan lebih kecil yang isinya entah apa saja, kalau tidak salah, saya sempat terlihat ada goodie bag jemaah lain yang isinya ceret minum... 😁 ini bukan saya yang kepo ya, tapi tidak sengaja terlihat.

Desi sama adiknya ada ide mau beli starbucks, tapi saya ngantuk berat dan sudah malas mau ngopi. Saya pengennya malah tidur, kalau ngopi nanti malah tidak bisa tidur. Sebagai info untuk yang mau cari tumbler yang ada tulisan negara Arab Saudi, di bandara cuma ada yang di luar dekat konter check in, kalau sudah di dalam starbucksnya tidak ada tumbler nama negara lagi. Kemudian kalau di Mekah dekat Masjidil Haram ada tumbler negaranya, sementara di Madinah Masjid Nabawi tidak ada tumbler negaranya. Saya tidak jadi beli tadi di dekat konter check in, karena sudah keburu rombongan ngajak masuk imigrasi dan pamitan ke Ustad Muthawif tadi.

Menjelang subuh pesawat berangkat. Saya duduk di dekat jendela, melihat tanah suci yang saya tinggalkan saya nangis lagi, πŸ˜… Lagi-lagi ingat orang tua, dan pengen bisa ke sana lagi suatu saat, kalau bisa sudah dengan pendamping dan saya berjanji akan gantian mengumrohkan ibu saya... aminnn

Oh ya apa kabar obat periodik saya, setelah selesai dari Madinah, obatnya tidak saya makan lagi karena rangkaian ibadahnya sudah selesai. Kemudian mengenai obat, untunglah kami bersiap obat-obatan dan vitamin. Sebagian anggota tur kami pada batuk-batuk dan ada yang demam. Saya rajin minum vitamin selama di tanah suci ketika merasa badan tidak fit. Obat sakit tenggorakan saya minum ketika merasa tenggorokan sudah kering, Desi malah lebih parah batuknya. Tapi secara umum, Alhamdulillah tidak ada yang sampai sakit berat. 

Di Pesawat Saudi Airlines, jika rute perginya menunya nasi dulu baru kemudian roti, maka di perjalanan pulang menunya di balik. Rotinya duluan sebagai sarapan, sementara nasinya baru dikasih siang hari sebagai makan siang. Solat subuh di pesawat dengan tayamum, solat Zuhur dan Ashar jamak juga di pesawat dengan perkiraan jam solat sesuai lokasi yang dilewati oleh pesawat. Jadi kalau dikira-kira mungkin saya solat Zuhur dan Asharnya di atas negara India... *sok tau*... display layar di depan kursi awalnya tidak bisa melihat peta yang dilewati pesawat, mendekati Indonesia baru kemudian bisa dilihat.

Sarapan roti dan snack


Makan siang


Karena sudah terlalu capek, walau siang tapi sepanjang jalan saya tidur. Semua jendela pesawat ditutup, karena semua juga tidur. Mau nonton tidak banyak pilihan film, saya cuma sempat buka satu film Jurrasic Park Dominion, tapi tidak habis juga ditonton. 

Pesawat sampai di Jakarta sekitar jam 7 malam. Memang koper semua sudah di bagasi, tapi bawaan saya tetap berat karena ada tas oleh-oleh, sepertinya sesampainya di hotel Jakarta, saya harus ganti isinya dengan yang enteng saja, yang berat biar masuk koper. Yang saya suka kalau masuk imigrasi hanyalah masuk imigrasi negara sendiri, aman dan tentram. Jemaah umroh di Jakarta juga tidak repot harus ngurus bea cukai dan lain-lain karena ada line khusus tanpa pemeriksaan. Koper-koper juga sudah diurus pihak tur, jadi kami tinggal duduk manis menunggu bis datang menjemput ke hotel. Di bis saya tetap duduk dengan Bu India, tapi kamar hotel tetap berempat dengan Desi, Ibunya dan Bu Ida. 

Selesai makan malam, akhirnya bisa tidur. Pesawat saya dan Desi besok ke Palembang dan adik Desi ke Batam pagi jam 10 an jadi kami harus duluan untuk berangkat pagi-pagi, sementara rombongan ke Pangkal Pinang berangkatnya siang. Untuk ke Palembang saya dan Desi sudah menambah bagasi 10 kg super air jet untuk jaga-jaga kelebihan bagasi. 

Besoknya kami pamit, saya pamit ke semua anggota tur yang saya temui di ruang makan saat sarapan, khususnya ke Ibu dan Bapak Desi, serta Bu Ida dan Bu India yang sempat dekat dengan saya selama umroh, semoga kami semua selamat sampai di rumah masing-masing. Tidak lupa juga kami pamit ke Ustad Pak Haji dan Tour Leader yang telah banyak mendampingi dan membimbing kami. 

Kami diantar ke bandara pakai mobil hotel. Bawaan bertambah jadi 4 dengan dikasihnya kami kotak air zamzam 5 liter. Memang dari Saudi Arabian Airlines tidak ada cas untuk air zamzam, tapi info dari tour leader kami, sepertinya kalau pesawat lokal akan ada casnya. Ternyata benar saudara-saudara, 10 kg yang kami tambah masing-masing ternyata masih kurang. Kemudian petugasnya melihat kotak air zamzam dan sepertinya dia sudah biasa, dia bilang kotak air zamzam harus masuk bagasi dan artinya kena lagi kelebihan bagasi. Ya okelah, demi oleh-oleh dan air zamzam kami bayar dengan ikhlas kelebihan bagasi ini. Sebenarnya adik Desi bekerja di bagian mesin Lion Grup di Batam, dia punya ide akan pakai kartunya untuk seolah-olah dinas luar supaya tidak kena cas kelebihan bagasi, tapi Desi jawab dengan enteng "Dinas luar dari Hongkong, itu air zamzam dari mana!" πŸ˜… Fix jadi kami bertiga harus bayar kelebihan bagasi masing-masing.

Air Zamzam 5 liter setelah kotaknya dibuka

Sampai di rumah saya tidur? tidak... saya tidak bisa tidur kalau koper masih berantakan, jadi setelah mandi, beres-beres dan memisahkan pakaian kotor untuk dicuci nanti, baru saya bisa tidur. Oleh-olehnya sudah direncanakan oleh saya dan Desi akan di pack dulu. Jadi kami membeli kotak-kotak plus botol kecil untuk tempat oleh-oleh, agar nanti kami kasih oleh-olehnya lebih rapi dan enak membaginya.

Sekarang Bulan Desember, dan biasanya saya sudah beli tiket untuk libur akhir tahun. Tapi karena sudah umroh bulan November, sepertinya saya harus berbesar hati di rumah saja tahun ini. Masa cuma bisa berdoa supaya S3 bisa tamat tapi tidak dikerjain juga. Jadi semoga libur ini saya ada progress disertasinya... aminnn. 

Dari sekian banyak pengalaman traveling saya, tentu saya umroh saya ini bukan traveling biasa, ini paling istimewa, ibadah dan sangat indah apa yang saya alami selama di tanah suci, dimana semua orang berebut untuk berbuat baik... Walau capek, walau kurang tidur, tapi saya rela dan ternyata bisa melewatinya... Saya ini punya penyakit narsis akut dan banci foto kalau lagi jalan ke suatu tempat, tapi percayalah, koleksi foto umroh saya setelah saya hitung dan lihat, dibandingkan dengan perjalanan Korea atau Jepang, ini tidak sampai sepertiganya.... sedikit sekali, padahal waktu perjalanannya kurang lebih sama... Luar Biasa ya... Alhamdulillah 😎 *bangga*

Perubahan setelah saya pulang umroh tentu saja ada, dan semoga ibadah saya akan terus diperbaiki dan ditingkatkan. Sekarang saya suka membuka youtube siaran langsung Mekah untuk melihat solat berjamaah di Masjidil Haram dan mendengar bacaan imam Masjidil Haram yang merdu saat solat Subuh, Magrib dan Isya. Ini karena saya rindu, saya ingin kembali lagi ke sana suatu hari nanti... Insya Allah... 

Hari terakhir di Madinah sebelum nanti ke Jeddah, seperti biasanya diawali dengan solat subuh berjamaah di Masjid Nabawi. Kali ini kami sudah sekalian pakai pakaian batik supaya tidak repot lagi bongkar koper yang sudah di packing rapi. Bawaan dari 1 koper kecil dan 1 koper besar bertambah satu lagi tas tambahan lipat yang sekarang sudah penuh oleh-oleh. Selesai solat subuh terakhir di Masjid Nabawi kami tidak langsung pergi, melainkan masih menikmati sunrise dan menunggu payung terbuka. Menjelang matahari mulai muncul, dengan suara getar pelan payung membuka sedikit-sedikit secara berkelompok. Kelompok yang di pinggir dulu, lanjut kemudian kelompok yang tengah, sampai semua terbuka. 

Sunrise di Masjid Nabawi


Agenda hari ini sesuai janji Ustad Muthawif, kami akan ke percetakan Al Quran dan Jabal Magnet. Kali ini berbeda seperti kemarin, jalannya agak keluar kota, jadi pemandangan dari bis bukan gedung-gedung dan bukit batu, tapi kebanyakan seperti padang pasir. Mobilnya berhenti karena ada rombongan unta lewat sepertinya sudah biasa, banyak unta-unta yang kami temui sedang healing sepanjang jalan. 

Percetakan Al Quran dan Jabal Magnet ini sepertinya juga mulai banyak dimasukkan ke dalam itinerary jemaah umroh. Sudah ada tur lain di Percetakan Al Quran ketika kami datang. Kami berkeliling melihat mesin pencetak Al Quran dan beberapa lemari yang berisi berbagai Mushaf Al Quran, termasuk Al Quran khusus braille. Ketika pulang kami masing-masing mendapat satu mushaf asli Al Quran untuk dibawa pulang. Al Quran ini tidak bisa sembarangan dimasukkan ke tas, harus hati-hati jangan sampai dibawa ke toilet atau dilangkahi.

Pemandangan dari bis


Oleh-oleh Al Quran


Lanjut ke Jabal Magnet, di sini kami akan melihat unta terlatih yang bisa ditunggang atau sekedar diajak berfoto. Jalan menuju ke Jabal Magnet sangat unik, sesuai namanya. Saat kendaraan menuju ke sana, berdasarkan informasi dari Pak Ustad Muthawif, sopir ngegasnya harus agak kencang pada satu lokasi, pulangnya malah sebaliknya, pada lokasi tertentu tadi, sopir tidak perlu ngegas karena mobil seolah-olah ditarik oleh magnet, unik ya... 

Sesampainya di lokasi yang banyak unta, banyak sekali jemaah dari tur lain yang juga sudah ada di sana. Bis bis besar berjejer dan seperti biasa, dimana banyak orang, terutama orang Indonesia, maka para penjual oleh-oleh juga banyak. Lengkap sekali, mulai dari abaya, kopiah, rumput fatimah, pensil alis, dan sebagainya. Pemandangannya jangan ditanya lagi, luar biasa indah... tanaman ada, tapi sepertinya jenis yang bisa bertahan dicuaca panas, dan tumbuhnya satu-satu. Selayaknya hewan di sana seperti unta yang juga tahan dengan cuaca panas.

Foto latar belakang seperti lukisan, model gaya standar


Untuk yang mau naik unta bisa, bayar tentu saja. Untuk foto juga bayar, tapi tidak sebesar kalau mau naik. Saya jangan ditanya apakah naik unta atau tidak, pasti tidak naik... 😎 Soalnya untanya tinggi, kalau jatuh bagaimana, walaupun ada pelatihnya, tapi kan tetap takut saya... πŸ˜„ Satu informasi yang bisa saya share mengenai unta, karena saya sudah pernah berdekatan adalah... bahwa unta baunya seperti kambing... 😁 Emang tidak sebau kambing sih, tapi ya mirip-mirip begitu... πŸ˜…

Unta di Jabal Magnet

Pulang ke hotel sudah siang, dan koper sudah dikumpul. Selesai makan siang dan solat jamak Zuhur dan Ashar di Masjid Nabawi, kami berangkat ke Jeddah. Perjalanan ke Jeddah dari Madinah waktunya kurang lebih sama seperti ke Mekah, sekitar 6 sampai 7 jam. Kami akan sampai di Jeddah pada malam hari. Kali ini saya sebis duduk dengan Bu India, Bu India sama seperti saya ikut tur sendiri, beliau berangkat umroh diberangkatkan oleh anaknya, suaminya sudah meninggal. Ibu India ini, ibu yang pernah ikut saya pada saat sa'i dan tawaf sunat.

Seperti biasa saat di jalan, kami mendapat snack lusine dan 7 days buatan arab. Bis berhenti sekali di tempat yang berbeda seperti waktu perjalanan pergi ke Madinah dari Mekah. Perhentian ini standarnya sama, ada minimarket, toilet, pop mi seduh dan beberapa jajanan seperti kebab. Kami bertemu banyak bis dengan rombongan jemaah umroh dari berbagai negara yang sudah berpakaian ihram. Sepertinya mereka baru akan umroh dari perjalanan Madinah ke Mekah. Untuk mengambil miqat kalau dari Madinah lokasinya di Bir Ali.

Kami sampai di Jeddah sekitar jam 9 malam. Saat saya menulis ini, kabarnya seminggu setelah kami pulang, Jeddah dilanda banjir akibat hujan yang sangat lebat, semoga tidak ada korban akibat banjir tersebut, kasihan untuk jemaah yang baru atau akan pulang menuju bandara. Kemudian saat saya menulis ini juga sedang berlangsung world cup di Qatar, sudah mau memasuki final dengan finalisnya Argentina dan Perancis. Arab Saudi bisa mengalahkan Argentina di babak grup, dan kabarnya sehari setelah itu Arab Saudi libur merayakan kemenangan atas Argentina. Sayang saat itu saya sudah di Indonesia, kalau tidak, maka mungkin saya bisa merasakan euforianya juga...

Di Jeddah, bis berhenti di satu tempat untuk jemaah solat jamak Magrib dan Isya, makan malamnya nasi kotak di bis. Setelah beres makan dan solat, bis lanjut ke bandara. Memang sudah ada pihak tur yang akan membantu proses check in kami secara kolektif, tapi info dari Pak Ustad Muthawif kami harus bantu dorong troli berpasang-pasangan 1 troli 2 orang. Tidak perlu lihat koper siapa, pokoknya dorong saja. Kemudian kami juga mendapat kotak berisi galon air zamzam 5 liter, kotaknya ditempel stiker tur dan dicoret spidol sedikit untuk tanda. Saya mendorong troli dengan Bu India, setelah sampai di konter check in, sudah ada beberapa orang yang bantu dan troli sudah bisa kami tinggal. Ada tur lain yang jemaahnya cuma duduk-duduk sementara trolinya berbaris tidak dijaga, ditegur sama petugasnya agar jemaahnya juga ikut ngurus koper, seperti tur kami tadi...

Setelah mendapat boarding pass, kami akan masuk ke imigrasi dan ke ruang tunggu. Pesawat akan berangkat dini hari, dan saat itu sudah mendekati tengah malam. Kami berpamitan dengan Ustad Muthawif, karena memang dia tinggal di sana, yang ikut rombongan kembali ke Indonesia tentu saja Ustad Pak Haji dan Tour Leader. Banyak yang merasa berat berpisah dengan Ustad Muthawif, para bapak-bapak banyak yang memeluknya. Kami pamit dan bilang "Sampai bertemu lagi Tad, kalau ada nasib ketemu lagi di Arab Saudi, atau mungkin di Indonesia"... "Terima kasih untuk bimbingannya selama ini"... 

Bersambung Part 9...

Untuk postingan kali ini mohon bersabar ya melihat muka saya, karena foto-fotonya banyak, sebab jadwal hari ini adalah jalan-jalan, haha... alias city tour kali ini Madinah... Selain itu, hari ini saya juga harus menghabiskan list oleh-oleh saya karena besok sudah akan pulang. Solat subuhnya kali ini datang ke Masjid saat mendekati azan, dapat tempat di luar tentu saja. Selesai solat kami masuk ke Masjid karena mau mengambil air zamzam, soalnya kan air minum yang di luar bukan air zamzam. Kalau saya lihat, interior di dalam Masjid Nabawi mirip dengan gaya Mesir dengan warna selang seling antara putih dan abu-abu. Saya sempatkan berfoto setelah mengambil air zamzam.


Solat di luar, masuk untuk mengambil air zamzam


City tour dimulai pagi-pagi setelah sarapan. Agendanya ke Masjid Quba, Jabal Uhud dan Kebun Kurma. Ustad Muthawif ada ide mengajak kami besok pagi sebelum ke Jeddah, untuk mengunjungi percetakan Al Quran dan Jabal Magnet untuk melihat unta, tapi kami harus bayar 25 riyal (SAR) karena ini bukan bagian dari agenda asli dari pihak tur. Menurut saya 25 riyal okelah ya karena kami juga akan mendapatkan mushaf Al Quran asli juga dari percetakan Al Quran. Ustad Muthawif kami ini ya super semangat mengajak kami kemana-mana termasuk belanja, dia nanti akan mengajak ke tempat belanja yang murah, kemudian dia juga baik, dia tahu keinginan para jemaah termasuk obsesi akan ayam Al Baik, semalam dia buka order kalau ada yang mau titip, akan dibelikan di gerai Al Baik di dekat Masjid Nabawi. Mau pesan Al Baik itu kabarnya susah kan ya, perempuan dan laki-laki dipisah, mana kabarnya juga ramai saat memesannya, saya dan Desi rencananya akan memberdayakan adik Desi untuk beli Al Baik lagi, tapi ternyata Ustad sudah duluan ngasih tawaran, jelas kami terima kan ya rezeki ini. Luar biasa emang nafsu belanja para ibu-ibu dari tur kami, semalam sudah belanja diajak Ustad Pak Haji, hari ini sore belanja lagi rencananya, saat tur nanti juga pasti belanja, besok sebelum pulang dipastikan belanja juga. Sepertinya acara shopping ini baru selesai kalau kami sudah naik ke pesawat... πŸ˜… Berhubung saya semalam tidak ikut belanja lagi karena sudah capek dan mengibarkan bendera putih, maka hari ini tenaga saya sudah full di cas dan siap untuk belanja juga... 😎

Memang ternyata tepat sekali keputusan pihak tur menyusun jadwal ke Mekah dulu. Karena sekarang kami sudah santai, ibadah tetap jalan, tapi shopping juga jalan. Kelihatan sekali para jemaah yang baru datang di Madinah dan belum melaksanakan umroh, selalu berombongan dan properti mereka masih dipakai lengkap seperti syal untuk tanda khas tur masing-masing. Kalau saya syalnya sudah jadi hiasan tas selama di Madinah, hanya tinggal pakai lanyard ID Card saja... 

Perjalanan dimulai, tempat yang kami kunjungi pertama sama seperti standar tur travel umroh, yaitu Masjid Quba. Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad. Solat di dalam Masjid Quba, pahalanya sama dengan berumroh. Seperti biasa di segala tempat pasti ramai, saya masih mendapat tempat yang lumayan enak di dalam masjid untuk solat tahiyatul masjid dan dilanjutkan dengan solat dhuha.

Pemandangan di jalan


Perjalanan berikutnya kembali mengunjungi perbukitan. Jabal Uhud adalah salah satu tempat Rasulullah dulu berperang, perangnya juga sangat terkenal. Cuma sayang saya di sini tidak bisa fokus melihat-lihat tempatnya karena diganggu para penjual yang banyak menjual barang-barang murah sepanjang pinggir jalan menuju Jabal Uhud. Saya kali ini tidak bisa mengabaikan apa yang saya lihat, akhirnya lebih banyak belanjanya daripada melihat Jabal Uhudnya. Di sini murah-murah sekali barang-barangnya, uang riyal saya langsung menipis, uang Jokowi memang tidak ada lagi di dompet, sepertinya nanti di sekitar Masjid Nabawi harus mencari ATM, Desi juga mau ambil uang, jadi nanti dia akan transfer dulu, supaya saya ambilnya bisa sekaligus agar kena cas cuma sekali. Satu lagi tips selama di Jabal Uhud, jangan lupa bawa kacamata hitam dan payung kalau perlu, karena panas dan sangat silau sekali. November ternyata tidak dingin sama sekali, saya hanya merasakan satu kali hujan di Mekah, dan jaket saya cuma jadi pemberat di koper. Saya jadi menghitam walau sudah pakai sunblock, tapi tidak apa-apa... ini sebagai bukti bagi orang-orang kalau saya memang dari pantai, eh baru pulang umroh... 😁

Di Jabal Uhud

Perhentian selanjutnya ke kebun kelapa sawit eh kebun kurma. Selama ini saya kira kebun kurma yang selalu dikunjungi jemaah umroh itu cuma satu tempat, ternyata banyak pilihannya saudara-saudara. Satu tur bisa beda-beda kebun kurma yang didatangi. Kebun kurma yang dimaksud adalah toko yang menjual banyak sekali pilihan kurma, sementara dibelakangnya ada tempat khusus untuk sekedar duduk-duduk makan atau jajan karena banyak juga yang jualan makanan atau bahkan pakaian di sana. Di sana ada yang jual bakso, Desi beli tapi saya tidak mau karena harganya 20 riyal alias 80 ribu rupiah. Saya rasanya tidak rela mengeluarkan uang segitu untuk bakso. Di sana ada yang jual pacar untuk kuku, dan yang menarik cara dia menawarkan dagangannya dalam Bahasa Indonesia, "Ayo ayo yang tidak punya pacar, beli pacar... " loh... kok jadi begitu tawarannya... intinya yang jomblo jangan sedih, pakai saja pewarna kuku mungkin itu kali ya maksudnya... πŸ˜… Tidak perlu bisa Bahasa Inggris selama di sana, karena semua dalam Bahasa Indonesia, tulisan tempatnya saja Berbahasa Indonesia, mungkin yang punya memang orang Indonesia. Kalau memang perlu penerjemah Bahasa Arab, tenang Ustad Muthawif sangat jago berbahasa arab. Saya pernah sok sok an nawar pakai Bahasa Inggris, dijawab Bahasa Indonesia sama penjualnya, kan saya jadi kecele atau cugak dalam Bahasa Palembang... πŸ˜‚

Pohon Kurma


Saya dan teman baru saya


Siangnya kembali ke hotel dan solat di Masjid Nabawi lagi sebelum lanjut belanja di seputaran Masjid Nabawi. List oleh-oleh saya belum tercoret semua, baik yang emang dititip oleh orang-orang maupun benda-benda yang memang ingin saya cari. Sebenarnya saya ingin beli mukena, tapi tidak ada yang jual mukena di sana. Kemudian rencananya saya ingin cari abaya, pengen punya baju yang emang dibeli langsung di Arab Saudi, dan sampai H-1 sebelum pulang masih belum saya dapatkan, jadi hari ini harus dapat. Solatnya tidak kami sengaja tunggu per waktu solat seperti di Masjidil Haram yang menunggu dari Ashar sampai Isya karena takut tidak bisa masuk ke Masjidil Haram. Di sini kami bisa solat dulu, kemudian makan, solat lagi kemudian belanja dan solat lagi di Masjid Nawabi, karena itu tadi hotel, pertokoan dan masjid itu sangat berdekatan.

Foto habis solat


Saya lagi dan payung raksasa


Di pintu 328 saat saya menunggu Desi sedang masuk di sebuah toko, ada Bapak-bapak Malaysia yang manggil saya, ternyata dia sedang membantu seorang bapak-bapak dari Indonesia yang sudah tua tersesat terpisah dari rombongannya. Karena saya juga dari Indonesia, Bapak Malaysia mengira saya bisa membantu bapak yang tersesat itu. Bapak baik sudah mengecek dari bapak yang tersesat lokasi hotelnya tapi kok katanya jauh sekali. Saya kemudian melihat lanyard ID cardnya, namanya Bapak Selekun, ada info nomor tour leadernya selain nama hotel di Mekah dan Madinah. Akhirnya saya telpon wa tour leadernya setelah saya kirim pesan wa terlebih dahulu kalau menemukan Pak Salekun di depan pintu 328. Alhamdulillah teleponnya diangkat, Bapak tour leadernya minta tunggu 3 menit dia akan langsung datang menjemput. Si bapak baik dari Malaysia sepertinya buru-buru, setelah memastikan akan ada yang menjemput dia pergi setelah ngasih Pak Salekun sebotol air minum dan sebungkus kebab, dia bilang agar Pak Salekun tunggu di situ jangan pergi sampai ada yang datang menjemput. Setelah saling mengucapkan terima kasih bapaknya pergi, luar biasa baik ya orang-orang di sana. Saya menunggu untuk memastikan Pak Salekun jangan pindah tempat sampai penjemputnya datang. Tak lama saya ditelpon tour leadernya, katanya sudah di pintu 328, saya bilang di luar pintu bukan di dalam, akhirnya ketemulah mereka... Alhamdulillah, senang sekali ngeliat wajah Pak Salekun yang awalnya kebingungan langsung gembira melihat tour leadernya. Ini juga jadi pelajaran bahwa identitas jemaah umroh itu sangat penting, terutama untuk orang tua dan anak-anak apalagi kalau tidak punya akses menelpon. 

Pintu 328


Lanjut nyari ATM, karena isi dompet sudah menipis. Dapat ATM nya didekat pintu dekat starbucks. Kartu ATM saya sudah saya ubah jadi visa dari GPN, saya narik uang agak banyak nanti bagi dua sama Desi. Untuk pilihan yang mana yang paling murah untuk mendapatkan uang riyal. Berdasarkan pengalaman saya yang paling mahal kalau menukar uang di Indonesia, dapatnya 4000an sekian untuk 1 SAR dari IDR. Kalau dari ATM juga 4000an tapi masih lebih murah dari menukar dari Indonesia, tapi ingat ada cas 20.000 rupiah sekali narik ATM. Kalau menukar di Arab Saudi saya tidak punya pengalaman karena tidak membawa uang tunai rupiah untuk ditukar. Yang ajaibnya kalau belanja pakai uang rupiah, kadang bisa dihargai 4000 untuk uang Jokowi, maksudnya misal 100.000 rupiah sama dengan 25 riyal. Ini juga untung-untungan, kalau Desi nanya harga barang biasanya dua versi, harga riyal berapa... kalau pakai uang Jokowi berapa... kemudian dia akan ambil yang lebih murah. Uang Jokowi ini bukan kami yang mempopulerkan sebutannya ya, ini sudah disebut para penjual di sana saat kami belanja... 😁

Sekarang, mari kita bahas cerita belanjanya. Ceritanya kami kembali lelet untuk gabung ke rombongan, dari kamar hotel setelah banyak urusan hana hini, akhirnya kami menyusul Ustad Muthawif dan rombongan belanja di tempat yang lebih murah. Ada adik Desi yang sudah ikut rombongan dan jadi informan kami untuk nanya lokasinya. Untuk Ibu-ibu seperti Ibunya Desi dan ibu Ida jangan ditanya lagi ke expert an mereka untuk urusan belanja, mereka sudah jalan sendiri dan lebih tahu toko-toko mana yang menjanjikan untuk di kunjungi mana yang tidak. Saat menuju ke tempat yang lebih murah sesuai petunjuk adik Desi, kami menemukan spot foto yang langka di Madinah. Ada bingkai besar yang terpasang untuk dijadikan properti foto. Coba kalau di Singapura, Orchard itu sepanjang jalan foto able semua, Korea, Jepang, Hong Kong semua tempat-tempat ramai turis banyak sekali spot fotonya... Nah ini kami tidak sengaja nemu satu, lumayan lah ya... agak berasa turisnya... πŸ˜€

Satu-satunya spot foto di dekat Masjid Nabawi


Untuk urusan belanja, siapkan dompet dan mental baja. Mental baja di sini perlu untuk urusan tawar menawar dan juga penangkis rayuan para penjual. Soalnya penjual di sana kebanyakan genit-genit, jadi ini serius kita yang perempuan harus hati-hati. Main-main sedikit supaya dapat harga miring sih boleh tidak apa-apa, tapi jangan sampai kelewatan... Saat mau beli abaya, saya banyak dapat pilihan abaya yang memang bahannya bagus, ada juga yang standar, setelah dapat abaya nya seolah membaca pikiran saya, penjualnya menawarkan baju untuk anak-anak, karena saya memang mencari baju untuk keponakan saya, ya akhirnya saya melihat-lihat dan tawar-menawar lagi. Setelah oke, saya minta dua jenis karena keponakan saya kembar. Saking serunya tawar menawar tidak sengaja tangan saya kesenggol, ya batal lah wudhu dari Ashar saya untuk Magrib nanti. Kalau masalah kesenggol itu okelah ya, mungkin dia juga tidak sengaja, tapi ketika saya sudah selesai beli abaya dan baju kembar keponakan saya, masa jalan saya dihalangi pakai tangan. Emang jalannya sempit sih, diantara tumpukan pakaian, jadi untuk lewat saya harus melewati penjualnya dulu. Kali ini saya sudah tidak senang, kok tidak boleh berhenti sih belanjanya "Saya sudah selesai, mau lewat!" kata saya judes, baru dia menurunkan tangannya. 

Cerita lain lagi saat saya mencari mukena yang tidak ada itu. Semua perempuan di sana tidak ada lagi yang memakai mukena, karena baju mereka sudah panjang. Jadi sebagai penggantinya saya melihat-lihat pashmina dan hijab. Penjualnya kali ini sudah agak tua, ketika saya nawar hijabnya agak kelewatan, masa si bapak mukul saya pakai hijab yang dipegangnya... πŸ˜“ Emang sih main-main, tapi kan kaget juga ngeliat si bapak sok akrab. Di toko lain lagi kali ini saya dan Desi mau mencari tambahan gantungan kunci dan aksesoris lain. Penjualnya masih muda dan asli genit. Dia sok sok ngerayu pakai Bahasa Indonesia, ngomong cantik dan sok asik ngajak bercanda. Trus ngomong-ngomong seolah tahu dengan nyebut soal artis Indonesia yang dulu ada masalah, Saya langsung cut, "No... " saya sebut nama artisnya "bad" kata saya. Terus dia menyebut Sulawesi seolah-olah dia dari sana, padahal mukanya asli arab, kali ini saya ngajari dia supaya jangan sok tahu, "Indonesia itu luas, pulaunya banyak, bukan cuma Sulawesi, ada Kalimantan, Jawa, Sumatera dan lain-lain" Mungkin dia dapat banyak info dari pelanggan Indonesia yang datang ke tokonya yang mau diajak ngobrol. Kemudian mungkin karena saya banyak omong sama dia sambil melihat-lihat barangnya, dia narik tas saya dari belakang, sampai saya kaget. Duh ni orang tidak bisa dikasih ramah, saya cepat-cepat ngajak Desi untuk menyudahi transaksi, takutnya nanti semakin berani jangan sampai ujung-ujungnya ke fisik. 

Belanjanya selesai dulu, karena sudah Magrib, toko-toko juga akan tutup setiap waktu solat. Karena sudah jelas saya sudah batal, Desi juga sudah batal gara-gara tos dengan salah satu penjual, kami mengambil air wudhu dulu sebelum mencari tempat solat di Masjid Nabawi. Selesai solat Magrib, karena sudah lelah kami putuskan akan menunggu sampai Isya saja daripada bolak-balik hotel. Saking capeknya saya, saya tidur-tiduran di sana. pemandangan yang saya lihat selain langit adalah gedung-gedung hotel dan payung yang tertutup. Pulang hotel harus packing lagi, karena besok sore sudah harus ke Jeddah untuk pulang. Pesawat kami take off nya lewat tengah malam, jadi besok tidurnya dipastikan di bandara Jeddah.

Foto yang diambil saat menunggu Isya sambil berbaring


Bersambung Part 8...

Kami sudah siap jam 3 pagi menuju Masjid Nabawi. Peserta hari ini hanya cewek-cewek (setengahnya masih muda-muda) kecuali Ustad Muthawif dan Ustad Pak Haji. Satu yang tidak ikut yaitu nenek karena katanya dia sakit dan kelelahan. Di perjalanan, kami ketemu dengan seorang laki-laki Arab. Dia awalnya nanya kami dari mana, setelah kami jawab dari Indonesia, dia tiba-tiba teriak kencang dengan Bahasa Indonesia "Indonesia bagus, Indonesia keren!" awalnya kami kira memang dia ramah, tapi kalimat dia belum selesai "Indonesia kecil, Arab Saudi besar!!" lah ternyata orang gila loh, pertemuan kami dengan orang itu ditutup dengan sorakan "uuuu..." Yah anggaplah hiburan subuh-subuh supaya tidak mengantuk.


Walaupun letak hotel kami dekat, tapi saya yakin kalau datangnya menjelang azan, kami tidak akan kebagian tempat di dalam, pilihannya hanya tinggal di luar. Karena datang lebih awal, kami bisa mendapatkan tempat di dalam masjid kali ini. Ustad sudah berpesan nanti berkumpul di luar pintu 10 setelah selesai solat Subuh. Suasana Masjid Nabawi tentu saja berbeda dengan Masjidil Haram. Di sini ruang solat laki-laki terpisah dengan perempuan. Tapi banyak hal hal lain yang sama. Air zamzam asli hanya yang di dalam masjid, kalau yang di luar bukan air zamzam, tapi tetap bisa diminum. Askari dan Askar wanita juga ada di sini cuma tidak sebanyak di Masjidil Haram jumlahnya, seragam mereka sama seperti di Masjidil Haram, termasuk seragam petugas air zamzam juga sama seperti di Masjidil Haram. Al Quran dengan standar khusus juga ada di Masjid Nabawi. Askar wanita di sini juga sama pusingnya mengatur jemaah yang datang. Semakin mendekati waktu azan, masjid semakin penuh... Yang tidak kebagian tempat bisa juga solat di luar di bawah payung-payung yang belum terbuka. Ada ibu dari Indonesia di dekat kami yang duduk di pinggir dan pakai kursi, namun posisinya agak maju dari susunan shaf sajadah masjid. Kemudian datang ibu berkursi roda, kursi roda ditaruh di lorong, dia duduk di belakang ibu-ibu yang pakai kursi tadi. Jadi boleh dibilang satu sajadah 2 orang. Askar wanita sibuk melarang menyuruh pindah, ibu yang duduk di depan diam saja, ibu yang tadi berkursi roda tidak mau pindah, dia dari wajahnya orang timur tengah dan sudah tua, matanya berkaca-kaca...  karena mau kemana lagi, masjid sudah penuh, dan sepertinya dia ingin solat di dalam. Akhirnya askar wanita pergi membiarkan ibu-ibu tersebut. 

Kesempatan untuk memperbanyak ibadah lanjut lagi di Madinah di Masjid Nabawi yang pahalanya 1.000 kali lipat. Sambil menunggu, ada banyak waqaf Al Quran yang bisa dibaca. Solat subuhnya juga lama sama seperti di Masjidil Haram, suara imamnya pun bagus. Selesai solat fardhu juga sama seperti di Masjidil Haram selalu ada solat jenazah, jemaah ada yang lanjut ikut, ada juga yang tidak.

Di dalam Masjid Nabawi

Selesai solat kami lanjut berkumpul sesama jemaah perempuan satu tur, jumlahnya 25. Ketemu Ustad Muthawif di depan pintu 10 terus lanjut ke arah Raudhah di bagian depan Masjid Nabawi di bagian kiri. Kalau ada Muthawif perempuan enak bisa ikut juga ke Raudhah, karena kami tidak punya, maka Ustad Muthawif hanya bisa mengantar sampai batas antrian per grup. Anggota tur kami yang paling depan memegang kertas print an nama-nama kami yang disebut sebagai tasrih. Jadi sebelum masuk, kami harus didaftarkan dulu per grup serta ada jadwalnya. 

Kami harus berdiri satu baris ke belakang, tidak boleh terpisah. Juga jangan sampai ada orang lain nyelip, karena nanti akan dihitung jumlahnya saat masuk. Lagi sibuk antri, eh payung Masjid Nabawi kebuka dong... buru-buru ambil hp dan merekamnya. Lama ya payungnya kebuka, kami sudah disuruh maju, terpaksa merekamnya stop dulu. Nanti besok-besok masih ada kesempatan. Sesampainya di antrian paling depan, sepertinya ada kesalahan pada tasrih kami, kami disuruh keluar lagi dari barisan. Kami yang dibelakang ikut saja sambil kebingungan. Ustad menghampiri kami nanya kenapa keluar lagi, ternyata kata mbak yang paling depan tasrih kami tanggalnya salah, bukan hari ini setelah di scan petugasnya. Yah... gagal bisa masuk ke Taman Surga pagi itu.... 😌 

Kasihan Ustad Mutahwif kami, dia jadi nggak enak dan berjanji akan tetap mengusahakan agar kami bisa masuk, Kami menunggu di dekat sana sambil duduk-duduk, sementara Ustad kami mengurus tasrih yang salah tanggal itu. Terus apa yang kami lakukan, hari makin siang dan belum sarapan sama sekali. Yang bisa kami lakukan ya cerita-cerita sambil foto-foto dong... Saya pakai baju putih tidak takut duduk melantai karena lantainya sangat bersih. Memang ya untuk hal yang sangat berharga, pasti berat dan usahanya harus kuat. Seperti kata Desi, ini hadiah nunggunya bukan kipas angin, tapi bisa berdoa di Raudhah, tempat yang mustajab untuk berdoa, hal yang sangat dinantikan dan luar biasa. Raudhah disebut taman surga yang merupakan tempat diantara rumah Nabi Muhammad dulu dengan mimbarnya. Sekarang rumah Nabi sudah menjadi makamnya bersama Abu Bakar Ash Siddiq dan Umar bin Khattab. Rekomendasi solat oleh Ustad Muthawif yang bisa dilakukan setelah Solat Tahiyatul Masjid di Raudhah adalah Solat Taubat dan Solat Hajat. Karena sebaiknya sebelum berdoa meminta sesuatu, kita mengingat dosa kita dulu. Tapi saya tidak yakin bisa melaksanakan ketiga solat itu jika berhasil masuk nanti, karena waktunya sangat sedikit dan belum lagi doanya. Jadi harus dipilih yang mana yang akan saya kerjakan.

Hari semakin siang, di grup wa dapat info kalau nenek akan datang bergabung, nenek diantar dari hotel untuk bergabung dengan kami yang sedang menunggu, setelah nenek datang, Ustad Muthawif juga datang dengan gembira membawa tasrih yang tanggalnya sudah diperbaiki. Alhamdulillah ya, ini memang sepertinya rejeki nenek, kami tidak boleh meninggalkan satupun anggota tur untuk ke Raudhah, ditakdirkan harus saling menunggu dan bersama-sama nampaknya. Anggota tur yang sudah batal kemudian berwudhu lagi, dan kemudian kami kembali antri untuk masuk Raudhah.

Alhamdulillah ya, akhirnya kami bisa masuk juga ke Raudhah. Di pintu dalam, kami mendapat satu botol kecil air zamzam yang ada tulisan tidak diperjual belikan. Kemudian duduk berbaris lagi untuk menunggu giliran masuk. Jangan sampai salah ya untuk masuk ke Raudhah. Areanya tidak terlalu luas, jadi harus dipastikan kita masuk ke area yang tiangnya berbunga-bunga, kalau tidak itu bukan wilayah Raudhah. Kalau dulu sajadahnya beda warna merah dan hijau, tapi kalau sekarang sudah hijau semua seingat saya. Begitu sudah dipersilahkan masuk, semua berlari berebutan mencari tempat. Begitu saya pastikan saya masuk ke area yang tiangnya berbunga, saya membentang sejadah secukupnya asal bisa rukuk, duduk dan sujud walau sempit. Saya hanya sempat Solat Tahiyatul Masjid dan Solat Taubat, Solat Hajatnya tidak sempat saya kerjakan karena takut keburu diusir dan saya belum memanjatkan doa saya maupun doa-doa yang dititipkan ke saya. Saya putuskan saya harus taubat dulu sebelum meminta sesuatu kepada Allah. Tidak perlu saya tulis spesifik ya doa saya apa saja isinya yang saya panjatkan saat itu, yang jelas saking saya bersungguh-sungguhnya saya menangis. Ini wajar kan, karena semua orang juga menangis di sana. Selama berdoa saya tidak perduli lagi orang-orang lewat di depan saya, sampai ada yang megang kepala saya saat lewat saking sempitnya. Saat sudah selesai dari sana saya puas, semua yang saya ingin sampaikan sudah disampaikan di sana. Sebelum keluar saya sempatkan mengucapkan Assalamualaika ya Rasulullah ke arah Makam Nabi Muhammad, Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk berziarah ke Makam Nabi Muhammad saat itu...

Terdampar mau masuk Raudhah


Pulangnya baru terasa lapar, tapi sarapan hotel sepertinya sudah habis, jadi kami harus beli makan sebelum pulang ke hotel. Saking hebohnya mau masuk Raudhah, salah satu anggota tur ada yang ketinggalan tas dan ditemukan oleh anggota tur yang lain. Saat kami semua sudah selesai, mbak yang kehilangan tas belum muncul, mungkin dia masih mencari tasnya, padahal tasnya ada di kami yang menunggu. Untung tak lama, dia muncul dengan muka yang khawatir yang langsung kami sambut dan tanya apakah dia sempat ke Raudhah, dan untung dia tetap bisa ke Raudhah yang kemudian dapat sorakan lega dari kami semua. Saat sesi foto bersama di depan pintu Raudhah, mbak yang kehilangan tas kami suruh ke depan... 😁

Pulangnya jalan kaki ke hotel ternyata jauh ya saudara-saudara. Perjalanan makin lama karena baru sadar foto dengan payung Masjid Nabawi yang terbuka lebar baru sedikit. Jadi sesi foto-fotonya lanjut lagi. Selain payung, di halaman Masjid Nabawi juga banyak kipas angin yang mengeluarkan uap air untuk mendinginkan cuaca. Pasti mahal sekali ya perawatan kipas dan payung di sana. Nenek pulangnya numpang semacam mobil golf seperti di bandara dengan didampingi beberapa ibu-ibu dari tur kami, Ustad Muthawif dapat reward ikut juga di mobil itu. Saat mereka lewat kami dapat dadah-dadah lambaian tangan dari mereka... Ngeselin kan ya... πŸ˜…

Payung Masjid Nabawi terbuka lebar di siang hari


Sarapan kesiangan kami diputuskan akan dibeli di toko kebab di samping hotel. Tapi yang dibeli bukan kebab, tapi ayam dan kentang, kebabnya dibeli lain hari. Di samping hotel juga ada toko baju yang banyak abaya bagus-bagus, serta ada juga toko kurma. Sambil menunggu makanan kami masuk ke toko kurma. Saya mau beli kurma Sukari yang saya cicip di Masjidil Haram, selain itu banyak varian lainnya seperti kurma Ajwa, tapi tidak saya beli. Kurma olahan juga ada, kurma yang tidak pakai biji lagi, tapi tengahnya kacang, ada juga yang dikasih wijen. Boleh dibilang di sana surganya kurma. Selain itu saya juga beli coklat dan kacang, penjualnya super ramah dan lancar berbahasa Indonesia. Halal-halal katanya saat kami mencicipi. Kata-kata halal juga diucapkan kalau sudah sepakat mengenai harga. Tapi penjual di sana awalnya ramah lama-lama ngeselin juga karena kami diusahakan tidak stop belanjanya, ditawari yang lain terus, uang riyal oke, uang Jokowi juga oke... Akhirnya bisa stop setelah saya ngomong, hotel kami di sebelah, nanti pasti balik lagi. Sebenarnya saya tertarik beli kurma muda yang versi enak dimakan. Tapi kemasannya kotak besar 2 kilo, tidak akan muat di koper saya. Kurma muda ada versi untuk obat yang biasanya dikeringkan, ada yang versi mentah seperti yang saya temui di Masjid Ji'ronah, nah yang saya maksud adalah kurma muda yang masak, warnanya hijau seperti anggur, kalau digigit krenyes garing berair, saya sempat cicip punya Amel waktu di Mekah. Setelah makanan yang dipesan selesai di toko sebelah, kami pulang ke hotel. Makanan yang kami beli isinya ayam kentang ditambah roti pipih khas timur tengah. Sementara makan siang bisa di hotel, menunya berbeda dengan hotel di Mekah yang khas Indonesia, di Madinah hotelnya makanannya ada khas timur tengahnya seperti nasi briyani dan lauk seperti ayam yang dimasak kari. Selain ayam kami juga pernah makan ikan patin, ya sepertinya ada pemasok khusus di sana ya yang menjual ikan patin.

Makanan beli di samping hotel


Nasi Briyani di hotel


Hotel di Madinah ini juga super ramai. lift juga banyak tapi manusia juga banyak. Tapi bedanya dengan hotel di Mekah, hotel kami di Madinah ini tamunya dari berbagai negara. Ada yang dari Uzbekistan, dan bahkan saya dan Desi pernah ketemu yang dari Palestina. Mereka ramah sekali yang dari Palestina, ketika kami dari lantai ruang makan, ketemu rombongan mereka di lift saat mereka baru datang. Walau mereka Bahasa Inggrisnya tidak lancar tapi mau berkomunikasi dengan orang asing. Yang laki-laki sibuk nanya saya turun di lantai berapa, saya jawab 2 kali untuk turun di lantai 10 sampai dia mengerti. Yang perempuan buru-buru narik saya saat pintu lift mau menutup. Mereka cerita baru sampai di Madinah, saya jawab kalau saya sudah dari Mekah. Saat saya bilang saya dari Indonesia mereka langsung memberi saya jempol.... "Indonesia good..." kata mereka... Alhamdulillah ya, sepertinya Indonesia bernilai positif bagi orang-orang Palestina.

Jadwal hari itu hanyalah berkeliling di seputaran Masjid Nabawi. Waktunya dari setelah Ashar sampai Magrib. Karena hotel kami dekat, justru kami jadi telat terus datang ke Masjid saat azan. Solatnya selalu di luar.... Tapi tenang... solat di luar tidak panas karena ada payung dan kipas serta tetap masih ada sajadah hijaunya. Kalau soal tempat solat saya tidak pilih-pilih, tidak harus dekat Desi terus, karena orang di sana baik-baik. Ada ibu-ibu dari India yang langsung bantu membentangkan sejadah saya saat saya datang, jadi saya tidak mau pindah walau Desi manggil-manggil ngajak pindah ke dekat dia yang tempatnya lebih luas.

Tur sore seputar Masjid Nabawi kami keliling-keliling dari pintu 328 ke taman apa saya lupa, lanjut ke Masjid apa saya lupa juga.... 😁 kemudian masuk ke Masjid Nabawi dari pintu depan. Banyak informasi yang disampaikan oleh Ustad seputar tempat dan hal-hal lainnya seperti pernikahan Fatimah anak Nabi Muhammad dengan Ali bin Abi Thalib, sampai ke cerita bekas lubang sumur yang ada di Masjid Nabawi di dekat tempat sepatu yang dimana saya lupa lagi... πŸ˜… Duh kalau penjelasan Ustad ada ujiannya, sudah pasti saya tidak lulus ini...

Kalau yang umrohnya sudah lama, pasti bingung kalau tau nomor pagar Masjid Nabawi 300 an, karena ini baru diubah. Jadi pintu pagar Masjid Nabawi kode angka depannya 3, misalnya hotel kami dekatnya dengan pintu 328. WC kodenya 2, misal yang dekat pagar 328 adalah WC 221. WC dipisah perempuan dan laki-laki tentu saja. Cuma herannya ada WC yang ketika saya dan Desi masuk tidak ada WCnya saat turun eskalator, melainkan langsung ke parkir mobil di bawah tanah. Sepertinya tidak semua WC berfungsi. Untuk lokasi, tenang WC di Masjid Nabawi lokasinya di halaman Masjid, tidak jauh di luar seperti Masjidil Haram, jadi yang batal wudhunya tidak perlu jalan kaki jauh. Untuk pintu Masjid, angkanya mulai dari satuan, seperti kami solat subuh tadi masuk dari pintu 9. Jadi kesimpulannya penomoran ini dibedakan supaya tidak tertukar angka antara pintu Masjid, penamaan WC dan pagar Masjid.

Menjelang Magrib, kami dapat anugrah melihat payung di Masjid Nabawi menutup. Keren sekali loh, menutupnya bisa barengan dan tidak numpuk begitu, perhitungannya sangat tepat sekali antara jarak payung satu dengan yang lainnya. Solat Magribnya kami dapat tempat di luar masjid tepatnya kali ini di samping. Malas kemana-mana jadi kami lanjut menunggu Isya. Peserta tur sepertinya sudah banyak yang belanja, habis solat kemungkinan bakal belanja lagi. Toko-toko di seputaran Masjid Nabawi ini banyak sekali, orang Indonesia memang luar biasa sekali rasa pedulinya terhadap sesama. Rasa peduli ke keluarga dan teman yang ditinggalkan di Indonesia sehingga harus dikasih oleh-oleh... πŸ˜ŽπŸ˜“ Saya belum pernah nemu penjual yang tidak bisa Bahasa Indonesia, semuanya bisa.... luar biasa ya... 

Oh ya ada satu cerita hari ini. Saking banyaknya pintu Masjid Nabawi, kali ini Bapak Desi yang tersesat. Mungkin karena kebaikan Desi menemukan anak-anak di Masjidil Haram waktu itu, maka sekarang dibalas ada orang baik yang membantu Bapak Desi. Bapak Desi lupa patokan pintu yang mana untuk ke hotel kami, hp nya tidak mengaktifkan roaming jadi tidak bisa dihubungi dan menghubungi siapapun. Sebenarnya ada kan informasi nomor tour leader dan info hotel di name tag kami, tapi name tag Bapak Desi hilang. Untung beliau ingat nomor Ibunya Desi, sehingga bapak yang baik tadi bisa wa ngasih info kalau Bapak Desi ada di depan hotel apa di pintu 330. Jadi, ibunya Desi segera menghubungi tour leader kami untuk menjemput Bapak Desi. Emang sih jaraknya cuma 2 pintu, tapi kan kalau lupa dan baru sehari di sini ya pasti bingung juga ya.

Tidak perlu takut jalan-jalan malam atau subuh di seputar Masjid Nabawi, karena suasana selalu ramai, tapi tetap harus hati-hati juga, kalau bisa tetap ada laki-lakinya, itulah sebabnya adik Desi sering ikut kami kalau lagi jalan. Gedung-gedung di sekitar Masjid Nabawi tingginya sama, kebanyakan toko dan hotel. Kalau mau belanja murah bisa ke BinDawood. Saya koleksi uang kertas pecahan kecil dan koin-koin riyal. Agar mendapatkan uang sennya, saya jadi sengaja beli barang yang harganya ada komanya agar dapat koin sen. Malam ini akhirnya saya bisa tidur agak lama. Nanti solat Subuh selanjutnya tidak perlu bangun jam setengah 2 atau jam 3, menjelang azan juga bisa, tidak perlu mandi, siap-siap sebentar dan melipir sedikit sudah sampai.

Bersambung Part 7...

Untuk pelaksanaan tawaf wada, kami tidak telat dan berhasil melaksanakannya bersama rombongan satu tur. Suasananya sama saja mau tawaf sore atau subuh, pasti rame. Kami tetap solat subuh di Masjidil Haram setelah tawaf, namun Zuhur dan seterusnya tidak dapat kami lakukan lagi di Masjidil Haram karena sudah tawaf perpisahan, nanti akan dijamak saja zuhur dan ashar di hotel sebelum berangkat ke Madinah. Untuk solat subuh, kami menghadap rukun iraqi sekaligus bisa melihat tower zamzam dengan jelas. Solat subuh ini adalah solat terakhir kami dalam perjalanan umroh kali ini, semoga lain waktu saya bisa ke sini lagi. Saya pasti akan menjadi kangen dengan suasananya, bebas minum air zamzam sepuasnya, pemandangan jemaah dari berbagai suku bangsa, suara burung yang berterbangan, suara imam yang merdu sekaligus panjang membawakan ayat saat solat, suara askari yang ngelarang sana sini, bahkan juga pasti kangen dengan suara tangis anak-anak dan batuk yang bersahut-sahutan saat sedang solat... πŸ˜…

 
Saya pinjam kursinya setelah solat untuk properti foto


Sebelum berangkat kami sempat melihat-lihat sekeliling Masjidil Haram dulu. Kali ini bertiga, saya, Desi dan adiknya. Kami berniat mencari Al Baik versi nuget yang katanya dekat dengan Masjidil Haram, ternyata lokasinya memang tidak jauh. Setelah dapat Al Baiknya kami sempat mutar-mutar dulu di sana. Saat saya mencari WC saya iseng merekam burung-burung yang bebas di sana dan sedang dikasih makan. Tapi entah ya askari ini emang rese atau mungkin naksir saya, dia teriak-teriak gak boleh saya merekam... heran deh, sepertinya dia sudah kehabisan alasan buat marah... Bete, akhirnya saya ngeloyor pergi kembali nyari WC. Toilet di sekitar Masjdil Haram ini ada banyak. Kalau untuk wudhu ada juga sebenarnya yang posisinya di dalam Masjidil Haram. WC dinamakan dengan angka, 1,2,3 dan seterusnya. Sepertinya nomor ganjil untuk laki-laki, nomor genap untuk perempuan. Masuk ke WC kita harus turun lagi ke bawah tanah dengan eskalator. WC nya banyak, tempat wudhunya juga banyak. Pilihan WCnya ada yang jongkok ada yang duduk, cuma herannya banyak yang tidak mau mengunci pintu kalau lagi memakai wc nya. Ketika saya kira kosong dan saya dorong eh yang di dalam mendorong balik. Jadi saya beraninya pakai wc yang emang kelihatan kosong. 

Di Al Baik yang cuma ada nugetnya


Al Baik versi nuget


Kami jajan terus ya, soalnya mulai bosan dengan makanan hotel, mana ruangan makan ramai lagi. Orang-orang silih berganti datang. Kebanyakan mereka dari Madinah dulu baru ke Mekah. Jadi saat pelaksanaan umroh tenaga sudah terkuras. Beda dengan kami yang umroh dulu baru ke Madinah, yang wajib sudah tinggal shoppingnya nanti... Akibat malas makan karena ramai, kami pernah minta piring plastik untuk dibawa ke kamar. Mas petugasnya emang ngasih piringnya, tapi sambil berkata pelan dan pasrah kalau yang pakai piring plastik hanya untuk yang sakit. Hari terakhir di Mekah, ternyata masnya mungkin sudah bosan negur orang yang bandel sehat masih makan di kamar, jadi ketika saya minta piring plastik, dia nanya siapa yang sakit, terpaksalah saya tunjuk ibunya Desi. Saya tidak bohong kok, ibunya Desi kakinya emang sakit kan luka akibat kejadian kemarin. Piring plastik emang dikasih, tapi cuma 1 bukan 4... πŸ˜… Jadi Desi cuma ngambil lauk pauk tanpa nasi agak banyak, kemudian kami makan di kamar tambah Al Baik nuget.

Di grup wa, Ustad Muthawif meminta koper-koper sudah disiapkan di depan kamar masing-masing. Di foto dan sebutkan jumlah koper besar kecil per kamar kemudian posting di grup. Solat zuhur dan ashar di jamak, jam 2 an kami diminta naik ke bus, dan tak lama kemudian berangkatlah kami ke Madinah. Perjalanan dari Mekah ke Madinah kira-kira 6 sampai 7 jam. Seperti biasa di jalan Ustad Muthawif berbagi informasi, kali ini mengenai kenapa jemaah umroh harus ke Madinah. Di Arab Saudi ada dua tempat yang memiliki tanah haram, selain Mekah tentu saja Madinah, tidak semua orang bisa masuk ke tanah haram. Di Madinah tepatnya di Masjid Nabawi ada makam Nabi Muhammad SAW. Tempat diantara makam Nabi dan mimbar namanya Raudah atau taman surga, ini juga salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Tapi untuk masuk ke sana tidak mudah, karena peminat yang mau ke sana sangat banyak. Ustad Pak Haji juga berkesempatan berbicara di bis, katanya untuk umat muslim, sebenarnya ada 3 tempat yang sebaiknya dikunjungi, yaitu Masjidil Haram di Mekah, Masjid Nabawi di Madinah dan Masjidil Aqsa di Palestina. Beliau bilang dia sudah pernah ke Masjidil Aqsa dan di sana aman. Katanya tahun depan akan ke sana lagi. Masjidil Aqsa dulu pernah menjadi kiblatnya umat muslim sebelum pindah ke Masjidil Haram. Saya baru tahu informasi ini, Insya Allah suatu saat nanti jika ada rejeki, jadinya saya juga ingin ke Masjidil Aqsa di Palestina.

Ustad Muthawib membagikan snack dan minum selama di jalan. Snack nya buatan Arab yaitu lusine dan 7 days croisant. Nah snack ini juga ngangeni... saat sudah di Indonesia snack ini tidak ada, adanya di shopee, kalaupun ada Desi pernah nemu kurang 2 harinya, alias 5 days, bukan 7 days... πŸ˜… Bis hanya satu kali berhenti. Para penumpang bisa jajan makanan ringan dan ke toilet, untuk solat magrib dan isya akan kami laksanakan di Masjid Nabawi secara berjamaah jamak takhir. Kami sempat beli minum di sana, dan Masya Allah harganya mahal sekali, Desi sempat protes karena kasirnya tidak men scan botol minumannya tapi langsung menyebutkan harganya. Saya berusaha berbesar hati dan menghibur kami dengan mengatakan, biarlah anggap saja sedekah, mungkin dam kami kemarin saat umroh kurang... 😌

Snack yang selalu di kasih selama di jalan


Pemandangan menuju Madinah


Kami sampai di Madinah sudah malam. Hotel kami ke Masjid Nabawi dekat sekali, hanya 2 blok menuju pintu 328. Selesai pembagian kamar dan makan, kami lanjut ke Masjid Nabawi untuk solat. Payung Masjid Nabawi sudah tertutup. Payungnya baru akan membuka kembali besok pagi setelah solat subuh, dan akan menutup kembali menjelang magrib. 

Akhirnya ke Masjid Nabawi dan payungnya sudah menutup


Saya kira malam ini adalah kesempatan saya tidur puas-puas karena tidak lagi tawaf... ternyata saya salah saudara-saudara, Ustad Muthawif ngasih info untuk grup tur kami jemaah perempuannya bisa ke Raudah besok setelah subuh. Jadi kami harus ke Masjid Nabawi jam 3 agar tidak telat solat di dalam kemudian berkumpul untuk menuju Raudah. Sementara jemaah laki-laki dapat jadwal siang, jadi tidak harus kumpul pagi-pagi dulu... Baiklah kalau begitu, cita-cita tidur agak lama saya sepertinya ditunda dulu... Di kamar hotel kali ini juga ada bathub, jadi mungkin besok saya bisa "me time an" mandi dan cuci rambut sebelum tidur puas-puas... 😎

Bersambung Part 6...

Hari ini jadwal kami keliling Mekah sekaligus umroh kedua. Tempat yang akan dikunjungi Jabal Tsur, Jabal Rahmah, seputar padang Arafah dan Mina kemudian mengambil Miqat di Masjid Ji'ronah. Umroh yang kedua ini saya badal untuk Bapak saya. Seandainya ada umroh ketiga saya maunya juga untuk ibu saya, tapi besok kami ke Madinah jadi umrohnya cuma 2 kali. Nanti jika saya ditakdirkan untuk umroh lagi, saya inginnya juga membadalkan ibu saya. Kenapa saya pilih Bapak bukan Ibu untuk kali ini, karena kedua kakak perempuan saya yang sudah umroh duluan telah mengumrohkan ibu total 2 kali, sementara bapak baru 1 kali. Kakak saya yang pertama datang, umroh 2 kali satunya untuk ibu, kakak yang kedua datang umroh bisa 3 kali, sehingga bisa untuk bapak dan ibu. Jadi setelah ditambah saya hitungan umroh badal untuk bapak dan ibu kami pas 2 sama.


Kemudian karena jadwal hari ini masuk kategori jalan-jalan eh mengunjungi tempat bersejarah umat Islam, maka foto-foto saya pasti bisa banyak kan ya. Selama dua hari pertama kan fokus ibadah, jadi fotonya jarang-jarang. Saking semangatnya ibadah, tidur juga waktunya kurang 😁... Kakak saya menyombong katanya foto-foto saat dia umroh banyak sekali, rasanya pengen saya jawab tidak kalah ngeselinnya, kalau foto saya selama saya umroh memang dikit karena sibuk ibadah, yang banyak itu foto Korea sama Jepang... soalnya dia belum pernah ke Korea dan Jepang... tuh kan sombong lagi... Astaghfirullah... 

Hari diawali sama seperti kemarin, bangun sebelum subuh untuk tawaf sunat. Namun kali ini saya bangunnya agak susah karena capek. Kemudian Desi ini bawaannya serba ribet, banyak sekali hana hini ritual yang harus dilakukan. Dia yang duluan mandi, tapi akhirnya yang duluan siap selalu saya, itulah sebabnya kami selalu telat. Maka untuk kali ini, para orang tua, ibunya Desi dan Ibu Ida duluan berangkat sama rombongan, saya dan Desi menyusul. Kalau ada pemilihan anggota kamar terlelet dan tertelat pasti kami pemenangnya. Kali ini kami tawafnya cuma berdua... dan harus berhasil memegang Ka'bah. Rombongan kami entah di mana dan sudah putaran ke berapa. Pada putaran ke sekian, saya melihat celah sepi untuk mendekati Ka'bah, Desi juga melihat. Maka dengan bersemangat kami mencoba menyentuh Ka'bah, dan berhasil saudara-saudara... 😁 Posisinya diantara rukun Yamani dan Hajar Aswad. Saya tidak tahu kalau di bagian bawah Ka'bah ada semacam plint untuk dinding bawah,  ini sepertinya keramik dan lumayan tinggi sebetis. Jadi ceritanya saking semangatnya saya mau menyentuh Ka'bah, betis saya terantuk tepat di tulang kering, tapi tidak saya pedulikan, pokoknya saya langsung mengutarakan keinginan saya sambil menangis, tanpa sadar top of mind yang saya sebut bukan minta jodoh, tapi minta segera tamat S3... Jadi sepertinya jauh di dalam diri saya, sebenarnya beban paling berat saat ini adalah kuliahπŸ˜…... Setelah selesai dan sadar... baru mikir lagi, kenapa bukan minta jodoh dan kemudian baru terasa sakitnya betis yang terantuk tadi... Sekarang saya boleh agak sombong ya kalau saya betisnya pernah terantuk di Ka'bah...

Solat subuhnya tetap di Masjidil Haram. jam 5.30 jadwal saya makan obat, dan saya selalu bawa obatnya serta air minum sedikit. Kenapa sedikit, sengaja soalnya botolnya mau diiisi air zamzam. Saking serunya saya taat makan obat, alarm saya pernah nyala di tas saat sedang solat subuh berjamaah. Untung suaranya kecil, tapi masih terdengar juga di kiri dan kanan. Jamaah dari berbagai negara ada di sana, dengan adat pakaian dan kebiasaan masing-masing. Kami dipesan saat manasik oleh Pak Haji agar tidak kepo urusan orang. Ada yang solat tanpa kaos kaki untuk perempuan, ada yang bergerak terus sepanjang solat, biarlah urusan mereka. Bacaan solat ayatnya seperti biasa kalau subuh, pasti panjang. Ada satu suara imam Masjidil Haram yang menjadi favorit saya, sayang orangnya tidak terlihat dimana. Sekarang setelah kembali ke Indonesia, saya suka menonton siarang langsung sholat di Masjidil Haram di youtube. Saya baru tahu kalau menjelang waktu sholat, area antara rukun Yamani dan Hajar Aswad dikosongkan dan diberi tali oleh askari. Kalau berada langsung di sana tidak terlihat, tapi kalau menonton di layar, jelas kelihatan. Sepertinya itu area di depan imam, makanya harus dikosongkan.

Setelah solat Subuh


Balik ke hotel langsung sarapan dan siap-siap untuk city tour. Bisnya sudah menunggu pagi-pagi di terowongan dekat hotel. Kenapa di terowongan, karena jalan di depan hotel sempit dan menanjak. Selama di perjalanan, yang dapat saya lihat pemandangan dari jendela bis bahwa tanah Arab Saudi memang tandus tidak seperti Indonesia. Kalau di Indonesia, di perjalanan yang kita lihat biasanya hutan dan bukit yang hijau penuh dengan tanaman. Sementara di sini, pemandangannya berwarna coklat, bukit-bukit sangat banyak namun semuanya adalah bukit batu dan pasir, tanaman hanya sedikit yang bisa dilihat. Di beberapa tempat hewan yang terlihat bukan sapi atau kambing, melainkan unta. Mereka sepertinya ada yang dipelihara, namun ada juga yang liar. Perhentian pertama adalah Jabal Tsur, Ustad Muthawif sepanjang perjalanan bercerita mengenai sejarah Kota Mekah dan kisah-kisah perjuangan Nabi Muhammad sesuai dengan tempat yang kami datangi. Saya jadi teringat kembali pelajaran Agama di masa sekolah dulu, ceritanya ada yang sama dan ada juga yang baru didengar. Saya tidak menyangka pelajaran teorinya saya dapat saat di SD, tapi pelajaran prakteknya baru sekarang saya lakukan.. πŸ˜…πŸ˜Ž Jabal Tsur adalah tempat di mana Nabi Muhammad berperang dan bersembunyi dari kejaran musuh, kisahnya Nabi sengaja memilih ke selatan, karena sesuai dugaan musuh mengejarnya ke arah utara Mekah. Kami hanya sebentar mampir ke Jabal Tsur, para jemaah umroh yang berkunjung jumlahnya luar biasa banyak. Bis bis besar terparkir rapi menunggu para jamaah mendengar penjelasan Muthawif masing-masing dan juga foto-foto tentu saja. 

Perhentian kedua adalah Jabal Rahmah. Informasi dari Tad (Ustad Muthawif) ada 2 peristiwa bersejarah yang terjadi di Jabal Rahmah. Yaitu tempat terakhir Nabi Muhammad mendapat wahyu dan tempat pertama kalinya Nabi Adam dan Siti Hawa bertemu di dunia. Nabi Adam diturunkan di India, sementara Siti Hawa di Jeddah, ketemunya di Jabal Rahmah, nah saya bilang sama Desi mungkin saya juga bakal ketemu jodoh di Jabal Rahmah...😁 Kalau kata kakak saya, dia sudah menulis di batu mengenai doa jodoh untuk saya dulu, kalau kata vlog Putra Setia tidak ada gunanya nulis di batu, doa tetap lebih mustajab di depan Ka'bah, kalau kata ibunya Desi kami harus naik sendiri untuk berdoa minta jodoh menghadap ke Ka'bah,... Jadi yang semulanya saya malas mau naik, akhirnya jadi naik. Naiknya lumayan tinggi, ada tangga yang bisa digunakan... Tapi Masya Allah prakteknya sangat berat, saya naik tangga ke lantai 4 kalau mau ngajar saja sudah ngos-ngosan, ditambah pernah kena Covid semakin cepat capek, sekarang harus naik tangga berbatu yang tinggi dan banyak orang... Saya memang selalu punya kisah tidak baik kalau soal naik tangga, saya pernah muntah akibat naik tangga di Batu Caves Malaysia, saya juga masih ingat ngerinya naik tangga tinggi di Seoul saat ke Ihwa Murral Village. 

Sampai di atas boro boro mau doa, sibuk ngatur napas dulu. Setelah tenang baru bisa doa dengan menghadap Ka'bah. Selesai doa sempat juga foto-foto sedikit. Desi dan adiknya jangan ditanya, foto-fotonya lama, jadi akhirnya saya putuskan saya turun duluan karena sudah capek dan haus. Cuaca luar biasa panas, air minum habis dan harus pakai kacamata hitam supaya tidak silau. Saat sudah turun saya iseng mengambil satu batu kerikil yang ada di sana, tidak punya niat apa-apa sih, cuma mau koleksi seperti saya mengambil keong di pantai Lampung atau daun di pohon di Jepang. Tapi ada bapak-bapak yang ngeliat dan dia orang Indonesia menegur "Buang saja Bu, nanti takutnya musrik" Duh saya bukan mau minta sesuatu sama batu itu, juga bukan mau dijadikan jimat, tapi akhirnya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan batunya saya buang. Balik lagi ke soal haus tadi, saya abaikan semua tawaran penjual yang menawarkan dagangannya. Saya fokus mencari mobil yang tadi saya lihat jual air minum dingin. Saya sudah membayangkan alangkah leganya minum air dingin saat panas-panas seperti itu, pasti sangat nikmat seperti berbuka puasa. Lagi sibuk jalan sambil nyempil melewati orang-orang, tiba-tiba ada Bapak-bapak yang mengulurkan tangan ngasih botol minuman dingin, baru mau saya ambil eh diambil orang lain, si bapak kemudian ngambil botol lain dan saya ambil. Alhamdulillah ya Allah, selama di sana yang namanya rejeki tidak bisa disangka-sangka datangnya. Banyak sekali orang baik yang bersedekah membagikan makanan dan minuman. Saya sudah pernah dikasih kurma di Masjidil Haram, air jeruk kotak di samping hotel dekat jalan Masjidil Haram dan sekarang air dingin di Jabal Rahmah. Tidak terbayang bagaimana suasana berbuka puasa di tanah suci ini pasti lebih ramai lagi orang-orang yang berbagi makanan dan minuman. 

Balik ke bis kaki sudah lumayan sakit. Hari ini adalah hari yang paling berat. Subuh tadi sudah tawaf 7 kali, sekarang mendaki jabal Rahmah, tapi tenaga tetap harus disiapkan untuk umroh siang ini tawaf lagi ditambah sa'i. Sekarang setelah saya cek pakai aplikasi Fit, hitungan langkah kaki saya tanggal 12 November 2022 ini adalah 33.633 langkah, sementara dua hari yang lalu saat umroh pertama adalah 22.678 langkah. Jika dibandingkan saat perjalanan saya ke Korea, rekornya hanya 19.062 langkah di tanggal 26 Desember 2019, ini adalah saat saya mengunjungi Gyeongbokgung palace, lanjut ke Gwanghamun Square dan Bukchong Hanok Village. Kalau hari-hari normal, biasanya catatan langkah saya paling 500an langkah... luar biasa ya 

Tempat-tempat berikutnya kami tidak turun dari Bis, hanya dilewati diiringi penjelasan oleh Ustad Muthawib. Kebanyakan tempatnya yang digunakan untuk haji. Padang Arafah, tenda-tenda di Mina beserta terowongannya. Bedanya umroh dan haji terletak pada rukun wukuf di Arafah untuk haji, karena hanya dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, sementara umroh bisa dilakukan setiap waktu. Informasi Ustad Muthawib, kalau sedang wukuf di Arafah akan banyak mobil ambulan yang datang, bukan untuk bersiap kalau ada yang sakit, justru datang karena mengantar orang yang sakit untuk wukuf di Arafah, karena tidak sah hajinya jika tidak wukuf di Arafah. Kemudian kami melewati Jabal Nur, ini bukitnya lebih tinggi dari Jabal Rahmah yang bisa didaki hanya beberapa menit. Saat kami lewat, terlihat titik-titik putih orang-orang yang sedang mendaki. Lanjut berikutnya melewati satu monumen kecil yang terletak di satu bukit juga tapi tidak terlalu tinggi, kata Ustad Muthawif itu adalah monumen untuk peringatan Nabi Ibrahim saat menyembelih Nabi Ismail. Monumennya sederhana saja, padahal peristiwanya sangat terkenal bagi seluruh umat Islam.

Di Jabal Rahmah


Pemandangan dari bis, monumen Nabi Ismailnya tidak kelihatan


Kami berhenti di satu tempat istirahat untuk mengambil air wudhu dan jemaah laki-laki berganti baju ihram. kemudian untuk mengambil miqat, bis menuju Masjid Ji'ronah... Niat umroh badal berbeda sedikit seperti niat umroh untuk diri sendiri. Nama yang dibadalkan harus disebutkan bin atau binti siapa. Setelah berniat, larangan-larangan selama umroh kembali berlaku, tidak boleh memakai wewangian, bertengkar dan lain-lain. Selesai miqat, kami kembali ke hotel dulu untuk makan siang. Solat Zuhurnya di Masjidil Haram secara berjamaah rombongan kami saja, karena azan sudah lama berkumandang. Selesai solat Zuhur tawaf dimulai dilanjutkan dengan sa'i. Baru setengah jalan sa'i rute Marwah ke Safa, azan Ashar berkumandang, jadi sa'inya dihentikan dulu. Begitu mulai solat Ashar berjamaah, Ustad Muthawif langsung mengatur jemaah laki-laki di dinding bagian depan, dan yang perempuan di belakang, Ka'bahnya di mana arahnya, tidak perlu buka kompas, lihat saja ubinnya, sudah mengarah ke Ka'bah. Selesai Ashar, sa'i lanjut lagi kemudian tahalul. Selesai sudah umroh kedua saya untuk bapak saya, semoga umroh kami bisa diterima... aminnn

Karena sudah capek luar biasa, kami memutuskan akan ke hotel. Tapi saya dan Desi masih nyari makan dulu, pengennya nasi briyani dan sekalian nyari starbucks. Nasi briyaninya dapat, starbucksnya tidak jadi beli, cuma melihat-lihat tumbler untuk dibandingkan nanti dengan yang di Madinah. Sudah terlalu capek dan mepet waktunya, akhirnya solat Magrib di hotel saja. Solat Isya bisa kembali ke Masjidil Haram, cuma datangnya sudah telat jadi dapat tempatnya di lantai 2. Ibunya Desi hampir jatuh saat solat karena cape dan sudah mengantuk, untung bisa dipegang sama Desi. 

Hotel dan pertokoan di depan Masjidil Haram


Sebelum istirahat, di grup wa dapat chat dari ustad Pak Haji bahwa subuh nanti kami akan tawaf wada. Tawaf wada adalah tawaf yang dilakukan sebagai tawaf perpisahan, karena kami besok akan pindah ke Madinah. Sebelum tidur harus beres-beres dulu supaya besok tidak banyak lagi yang harus dipacking. Selama di Mekah saya cuma beli sedikit oleh-oleh karena tidak mau repot bawa banyak barang ke Madinah. Belinya juga cuma di toko yang ada di hotel. Untuk makanan, saya sepertinya sudah puas makan makanan di Mekah. Kalau makanan di hotel masakan Indonesia, kalau jajannya sudah pernah beli Al Baik dan Nasi Briyani. Sudah beli juga es krim yang enak sekali di jalan antara hotel dan Masjidil Haram. Untuk Al Baik, besok kami akan coba beli yang versi nuget, dan nanti di Madinah sepertinya akan beli lagi.

Saya sebenarnya tidak bisa tidur kalau belum mandi habis berpergian. Tapi karena antri kamar mandi saya malah tertidur saking lelahnya. Tidurnya di lantai, karena saya tidak mau baju yang dipakai pergi dipakai tidur di kasur. Desi membangunkan saya setelah kamar mandi kosong, saya mandi sambil nyuci-nyuci sedikit. Saat saya selesai mandi dan packing, ketiga teman sekamar saya sudah tidur semua. Saking capeknya saya lupa minum obat malam itu, sudah keburu tertidur ketika baru ingat kalau belum makan obat. Akibat lupa ini, jam makan obat saya terpaksa diubah, disesuaikan lagi sesuai dengan terakhir kali makan obatnya, jaraknya tetap 8 jam, karena saya masih berharap tetap suci untuk bisa beribadah juga di Madinah.

Bersambung Part 5...


Jam 1.30 Pak Haji sudah keliling kamar mengetuk pintu membangunkan kami. Saya sangat yakin, kalau saya sekarang niatnya bukan ibadah, dengan keadaan seperti ini kalau hanya jalan-jalan pasti saya tidak sanggup. Tapi herannya, karena niatnya ibadah, semua jadi bisa. Dengan mata masih mengantuk karena baru tidur beberapa jam, saya bersiap-siap. Tidak mandi, nanti saja mandinya setelah pulang dari Masjidil Haram. Tidak dandan juga karena tidak sempat lagi, setelah semua siap kami berangkat, bye bye kasur....

Jalanan menuju Masjidil Haram pagi jam 1.30 sama saja ramainya seperti siang. Sampai di Masjidil Haram juga ramai oleh orang-orang tawaf dan sholat. Para jemaah laki-laki memakai ihram agar bisa masuk ke area Ka'bah, tawaf dimulai seperti biasa dari Hajar Aswad. Kali ini saya bersama Bu India lagi, Ibunya saya pegang kuat-kuat karena tawaf lebih ramai dan berdesak-desakan dibanding sa'i kemarin. Kira-kira pada putaran kedua di arah mendekati rukun Yamani, Ustad Pak Haji mengajak mendekati Ka'bah untuk memegang Ka'bah. Luar biasa berdekatan dengan orang-orang lain, saya malah jadi tambah ngeri dan malah menarik Bu India supaya tidak terjepit... beberapa anggota tur kami sudah berhasil memegang Ka'bah, Bu Ida teman sekamar saya nangis setelah berhasil memegang Ka'bah. Ternyata nyali saya ciut, masih takut untuk berjuang, saya juga ingin memegang Ka'bah tapi  takut. Saya pikir mungkin lain kali saya akan mencoba, karena sepertinya tawaf sunat ini akan terus kami lakukan tiap subuh selama kami di Mekah. 

Selesai tawaf kami sholat sunat masing-masing. Saya sempat solat tahajud sebelum azan pertama solat subuh. Azan kedua nanti akan berkumandang sesuai jadwal solat subuh. Waktu bisa dilihat dengan jelas dari jam pada tower zamzam yang menjulang tinggi. Di atas Masjidil Haram kalau subuh, terdengar dan terlihat dengan jelas burung-burung yang berterbangan. Jika kemarin malam kami solat isya di depan Ka'bah di depan rukun Yamani, maka kali ini kami akan solat subuh di depan Ka'bah di depan Hajar Aswad. Saya jarang solat pakai mukena di sana, karena baju sudah menutup semua, tinggal pakai sarung tangan khusus. Solat subuh itu hanya 2 rakaat, tapi dengan bacaan ayat yang panjang imam Masjidil Haram yang sangat merdu itu, waktu pelaksanaannya jadi sekitar 15 menit ketika dilihat dari jam di tower zamzam... pinggang saya sudah sakit berdiri lama, tapi saya rela demi solat subuh berjamaah di Masjidil Haram. Banyak orang tua lain yang bisa, masa saya yang lebih muda tidak bisa... πŸ’ͺ

Pulang solat setelah sarapan, saya menyambung tidur saya sampai dibangunkan ibunya Desi karena kami akan solat jum'at. Tidak mau ketinggalan dan solat di luar, kami pergi sekitar jam 10. Kami akan ketemu dengan Amel dulu sebelum dia pulang, dan dia mengajak solat jum'atnya di pintu berapa saya lupa, yang jelas agak lebih jauh dari pintu 3 yang biasa kami gunakan. Tempatnya dekat dengan KFC dan pertokoan. Sebelum solat, kami sempat mampir dulu ngeliat barang-barang yang dipajang di sana. Ada banyak sekali pilihan makanan terutama kurma. Tapi saya memutuskan akan banyak belanja di Madinah saja, karena tidak mau repot banyak bawaan kalau nanti mau pindah ke Madinah. 

Kurma yang sudah dalam bentuk packing yang rapi


Ditiup angin kencang di depan Masjidil Haram


Untuk solat Jum'at, ya solat Jum'at juga dilakukan oleh perempuan di Arab Saudi... kami dapat tempat di dalam, tapi tidak bisa melihat Ka'bah secara langsung karena tempat yang lebih di dalam sudah penuh. Bayangkan saja, untuk solat lima waktu biasanya sudah penuh, apalagi solat Jum'at yang harus dilakukan langsung oleh semua orang secara berjamaah termasuk penduduk kota Mekah. Alhamdulillah akhirnya saya pernah juga melaksanakan solat Jum'at. Sebelum solat, pasti ada khotbah dulu kan ya, tapi karena disampaikan dengan Bahasa Arab, tidak ada yang bisa saya mengerti isinya. Saat solat, saya sudah bersiap-siap kalau ayatnya bakal panjang atau 1 juz lagi, eh ternyata surat yang dipilih Imam Masjidil Haram pendek saja, salah satunya pada rakaat pertama atau kedua kalau tidak salah surat Al Fil. Jadi solatnya berlangsung singkat saja. Yang lama itu keluar dari masjidnya.... Masya Allah, orang di mana-mana... mau balik ke hotel jalannya jadi lama. Amel sudah berpisah dengan kami, dan kami berencana akan beli makan siang KFC atau Al Baik karena bosan dengan makanan hotel. Rencananya kalau ramai yang beli tidak jadi, tapi untunglah KFC sepi, jadi kami jadi membelinya. 

Balik ke hotel yang benar-benar jadi cerita horor... Di depan Masjidil Haram luar biasa ramai, orang mau jalan entah ke arah mana saja. Kalau jalannya searah kan enak kalau ramai, tapi kalau ramai orang mau jalan ke kiri ke kanan ke mana!!!... bisa dibayangkan ya jadinya kalau macet mobil di perempatan lampu merah yang mati, tapi ini yang macet manusia. Lokasinya tepat di WC 3, kami terjepit di tengah orang-orang yang tujuan arahnya entah ke mana. Desi memegang ibunya, saya memegang Ibu Ida, semua orang sudah berteriak dan banyak yang sudah takbir dan berdoa. Saya panik memikirkan apakah ini rasanya terjepit seperti kejadian Stadion Kanjuruhan dan Itaewon... Kami tidak jelas terbawa ke mana, hanya mengikuti arus manusia. Kasihan sekali anak-anak yang juga ikut terjebak, ada ibu-ibu yang berteriak "I said don't push, i have a baby..." Mau nolong bagaimana, semua orang ingin cepat keluar dari sana... Yang kami bisa lakukan hanya berdoa, saya sudah mikir yang aneh-aneh kalau bakal masuk berita kejadian di depan Masjidil Haram, tapi Alhamdulillah ya Allah, kami masih diberikan keselamatan, kami semakin terdorong ke samping dan akhirnya bisa keluar dari lautan manusia di arah depan mall. Tak henti-hentinya kami bersyukur karena diberikan kesempatan selamat oleh Allah. Untuk menuju hotel, kami harus melewati lautan manusia tadi, tapi kami putuskan akan mencari jalan lain. Kemudian ternyata kaki Ibu Desi terluka karena terinjak-injak tadi, untung saya bawa dompet obat dan ada beberapa plester. 

Kami memutuskan masuk ke bawah tanah di tempat parkir bawah mall. Saya yakin kalau lurus dan ada belokan ke sebelah kiri, maka akan mendapat jalan yang sudah dekat dengan hotel kami. Semula Bu Ida ragu, tapi saya yakinkan... karena arahnya sama kalau ke hotel lewat jalan biasa, cuma ini bedanya di bawah tanah. Dan alhamdulillah ternyata benar, ada jalan keluar dari hotel di bawah tanah itu tepat di bawah fly over dekat hotel kami. Sesampai dekat hotel kami bertemu Ustad Muthawif dan beliau menolong mencarikan obat di apotik, karena kami terkendala bahasa. Ibunya Desi dan Ibu Ida lanjut ke hotel, sementara saya dan Desi ikut Pak Ustad nyari obat luka dan plester. Ketika ketemu dengan Ustad Pak Haji kami bercerita tentang kejadian yang menimpa kami, terus dia bertanya memangnya kami darimana kok bisa terjepit di sana... πŸ˜’ Tuh kan ketahuan kalau kami pecicilan sehingga kena musibah seperti tadi. Tapi kata Pak Haji, tidak apa dijadikan pengalaman saja. Bayangkan saja kalau semua jemaah umroh yang sedang ada di Mekah ditambah semua penduduk Mekah solat Jum'at, betapa ramainya manusia yang kami temui tadi. Namun sekarang setelah saya kembali ke rumah dan saya pikir lagi. Mungkin saya ditunjukkan bahwa untuk tawaf yang banyak orangnya itu aman, tidak apa-apa karena semua orang jalan arahnya sama, terjepit yang saya takutkan selama ini itulah yang saya alami di depan WC 3 itu...  Astaghfirullah...

Setelah melupakan kejadian horor tadi, kami makan siang KFC yang dibeli tadi. Makan siang hotel tidak diambil, tapi saya ingin mengambil air panas di ruang makan karena di kamar juga ada pop mi yang sayang kalau tidak dihabiskan sudah kepalang dibawa, serta mau buat kopi. Sudah ditulis kan sebelumnya kalau hotel kami itu ramai saat jam makan. Baik di ruang makan maupun saat menunggu lift. Lift yang jumlahnya lebih dari 10 itu tetap tidak sanggup dengan cepat menampung keinginan orang-orang yang turun naik. Liftnya itu kalau dari lantai M mau ke atas, pasti turun ke G dulu, akibatnya orang-orang di lantai G banyak tidak kebagian tempat kalau mau ke atas saat jam-jam makan. Kemudian nomor lantai di lift hanya bisa dipencet 3 lantai, kalau penumpang lift lebih dari 4 lantai maka harus menunggu sampai di 1 lantai dulu, baru bisa pencet lagi. Misal yang di dalam lift mau ke lantai 5, 7, 9 dan 10. Maka yang lantai 10 baru bisa dipencet kalau sudah dari lantai 5. Ini yang repot untuk yang dapat anugrah jadi operator kalau berdiri di dekat tombol lift, saya pernah harus bersabar jadi juru pencet tombol lift, di tengah teriakan orang-orang di lift yang menyebut angka lantai mereka dan minta tolong di pencetkan... "Iya ibu sabar dulu, ini angkanya tidak bisa dipencet lebih dari 3 angka, kalau tidak tombolnya mati, dan harus dipencet ulang...." akhirnya saya ikut teriak juga... Pengalaman lain di ruang makan dan lift ada lagi. Saat saya mau ambil air panas, saya antri... eh ada ibu-ibu nyerobot antrian berdiri di depan saya. Saya protes dong, tidak peduli si ibu lebih tua sedikit dari saya... "Antrinya dari belakang ya bu..." kata saya, eh saya dijawab dengan ketus... "Iya ini saya sudah antri dari tadi di mana-mana ramai semua..... " Akhirnya karena malas berantem, saya pindah ke antrian satunya, karena saya tetap tidak rela si ibu duluan dari saya... eh si ibu ternyata akhirnya pindah antrian juga setelah saya berhasil dapat dua gelas air panas. Dalam hati saya tertawa menang, tapi sepertinya saya langsung kena tulah, begitu masuk lift mau ke kamar dengan membawa air panas, pintu lift menutup dan airnya kena tangan... panas??? alhamdulillah tidak terlalu panas, tapi berantem saya dengan orang lanjut lagi, saat kami mau turun di lantai 7, karena kami berdiri di belakang dan saya bawa gelas, jadi kami agak lambat turunnya dan pintu menutup lagi, saya minta tolong dibukakan pintunya, ada bapak-bapak dan berdiri di depan marah-marah kenapa tidak dari tadi ngasih tahu kalau mau turun, lah padahal dari tadi saya ngasih tau kalau mau turun, cuma orang-orang nggak mau kasih jalan. Entah kenapa hari itu bawaan saya lagi nggak bagus, saya jawab saja sama sewotnya, kalau nggak cepat-cepat jalan ke kamar, saya sudah lanjut berantem sama bapak-bapak itu... Duh sepertinya jangan terjadi lagi hal-hal seperti ini, saya tidak mau cari masalah... pengennya semua berjalan dengan baik dan lancar.

Hari itu kota Mekah hujan. Jika dilihat dari kamar hotel, airnya berbentuk butiran-butiran kecil. Memang tidak terlalu lebat, tapi ya lumayan basah juga. Kami berempat sekamar tetap ke Masjidil Haram saat mendekati waktu Ashar, memang tidak kehujanan. Tapi sesampainya di Masjidil Haram, hujannya turun lagi. Mau sholat di area depan Ka'bah basah, petugas sibuk membersihkan air dan mengepel. Akhirnya kami pindah ke dalam, sholat Ashar sampai Isya di area yang tidak dapat melihat Ka'bah langsung, namun kali ini kami dapat tempat lumayan luas karena datangnya cepat. Sebelum dapat tempat di dalam, kami diusir beberapa kali sama askari. Di sini tidak boleh, di sana tidak boleh, pokoknya bingung, bolehnya di mana. Area dekat Ka'bah basah, tapi kami tidak mau kalau keluar dulu takut tidak bisa masuk lagi. Sajadah tipis traveling saya, sudah pengalaman diangkut sana sini dengan cepat saat diusir. Askar nggak mau repot-repot ngomong pakai Bahasa Inggris, jadi entah apa yang dikatakannya. Saya cuma sekali mendengar askari menyebut sister dan askar wanita menyebut ibu, sisanya semua bahasa arab. Coba kalau penjual, semua rata-rata bisa bahasa Indonesia, because the power of Indonesian people, dalam menghabiskan uang untuk berbelanja, sehingga para penjual mau susah payah belajar Bahasa Indonesia. Saking diterimanya orang Indonesia oleh penjual di sana, uang Indonesia pun laku, mereka menyebutnya uang Jokowi. Abaya hitam yang banyak dijual di pinggir jalan selain diteriakkan halal, juga diteriakkan hanya 25 riyal atau 100 Jokowi oleh penjualnya... πŸ˜… Jika selama di Korea saya sedih karena setiap ketemu orang Melayu saya kira setanah air, ternyata Malaysia bukan Indonesia karena Malaysia kan bebas visa ke Korea tidak seperti Indonesia. Namun sekarang di Arab Saudi, orang Indonesia mendominasi, ya ini karena Indonesia adalah negara dengan populasi muslim terbesar di dunia... πŸ’ͺ😎

Balik lagi ke cerita mau solat hari kedua, Amel datangnya menyusul dengan temannya, besok dia akan pulang. Kami pulang nanti akan ke hotel Amel dulu karena nitip Al Baik yang dibelikan oleh orang tur Amel. Al Baik yang ada di depan Masjidil Haram hanya nuget, kalau mau ayam harus naik taksi ke tempat lain. Naik taksi bahaya kan untuk perempuan, jadi lebih aman kalau nitip saja. Di sela waktu solat, kami dapat banyak cerita diantara orang-orang yang duduk di dekat kami. Di barisan depan kami, ada rombongan ibu-ibu dari India, mereka cerita kalau biaya umroh mahal, dia ngasih tau pakai mata uang apa saya lupa, yang jelas buka rupee, begitu di googling Masya Allah hampir seratus juta. Mereka menggunakan mukena terang dan ada tulisan turnya. Memang biasanya setiap tur ada ciri khasnya agar memudahkan sesama anggota tur mengenali masing-masing, selain ID Card. Dari negara lain saya pernah melihat ada yang memakai pita bahkan bunga di atas jilbab mereka. Kalau untuk orang Indonesia biasanya syal. Ini terbukti berguna. Pernah suatu waktu pada saat kami baru masuk Masjidil Haram, seorang mbak-mbak yang wajahnya arab tapi bisa Bahasa Indonesia menghampiri kami dan ngasih tahu kalau ada anak-anak tersesat memakai syal yang sama dengan kami, Desi yang dengar saat dia ngomong. Ternyata anak-anak di rombongan kami yang jumlahnya ada 4, terpisah dari orang tuanya yang lagi tawaf. Untung kami datang agak telat dibanding orang tua mereka, jadi mereka ketemu dengan kami. Anak yang kecil pada ID Card nya ada nomor telepon orang tuanya, yang besar sepertinya sudah SMA tapi badannya kecil punya HP, jadi bisa nelpon ayahnya. Karena dia bingung kami di mana, jadi Desi yang ngomong di telepon kalau kami menunggu di bawah tulisan hijau pintu King apa saya lupa. Sambil nunggu bapaknya datang, yang kecil sesumbar kalau kakaknya tidak disayang bapaknya karena terbukti pada ID Cardnya tidak ada nomor telepon bapaknya, Desi yang jawab justru yang besar disayang karena dikasih HP... 😁 lucu-lucu ya mereka. Jadi selain syal yang sama, kebiasaan kami yang sering telat akhirnya ada manfaatnya juga... 

Masih dalam rangka cerita-cerita dengan sesama jemaah di dekat kami, saat solat di antara Ashar sampai Isya. Di sebelah saya ada mbak dari jawa. Dia punya toko kalau kami mau beli abaya di shoope. Dia cerita berhasil mencium Hajar Aswad. katanya dia sudah beberapa kali umroh baru kali ini berhasil. Suaminya tidak ikut, kalau ikut katanya pasti dilarang, tapi dia berdoa semoga dikasih jalan untuk mencium hajar Aswad dan dikabulkan. Entah bagaimana caranya dia melihat kesempatan untuk mendekati Hajar Aswad, semua berlangsung tanpa dia sadari, dia baru sadar lagi saat sudah selesai dan kemudian terjatuh. Untung kemudian ada yang menolong dia berdiri lagi. Beruntung sekali ya mbak itu, saya jangankan Hajar Aswad, menyentuh Ka'bah saja belum. Saya bertekad tawaf selanjutnya harus bisa memegang Ka'bah.

Solat Ashar sampai Isya


Habis solat ke hotel Amel dulu yang ada di depan Masjidil Haram. Masuk mall kemudian naik ke atas. Ini demi Al Baik, soalnya ya kalau nonton vlog-vlog orang yang umroh, kebanyakan membeli ayam goreng khas Saudi Arabia ini. Jadi list must to do salah satunya ya ini, ayam Al Baik. Kami makannya setelah kembali ke hotel kami. Kalau soal rasa, jangan dibandingkan dengan KFC, McD dan lainnya, karena ini bumbunya khas. Yang uniknya ada saus bawang putih selain saus ayam biasa lainnya. Isi paketnya adalah 4 ayam, satu roti dan kentang. Saya bagi dua sama Ibu Ida, sementara Desi sama Ibunya. Kalau bagi saya, ayam Al Baik ini ngangeni... sayang tidak bisa ditemui lagi kalau sudah di Indonesia... Katanya ada juga yang bawa sebagai oleh-oleh, tapi mungkin belinya di hari terakhir kali ya, kemudian masuk kulkas kalau di hotel ada, dan langsung dipanaskan kalau sudah sampai rumah. Tapi saya tidak berniat untuk bawa pulang ke Indonesia, ya soalnya saya pulangnya kan ke Jakarta dulu, kemudian besoknya baru ke Palembang... kalau tidak ada kulkas di hotel... ya sudah entah apa jadinya kalau tetap nekat beli.

Ayam Al Baik di Mekah


Bersambung Part 4...


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...