Masih dalam rangka rangkum-merangkum kisah traveling yang sudah kujalani, kali ini aku pengen menulis kisah kelam *coret, kurang enak maksudnya* yang pernah kualami. Ada yang hanya dihadapi dengan senyuman pahit, sampai ada juga pengalaman yang membuat aku rasanya pengen cepat pulang saja. Kisahnya kurang lebih sama dengan traveler lainnya, kalau tersesat mah biasa, ada yang hampir kena tipu, ada yang dicegat di imigrasi beserta dramanya, ada yang diikuti cowok.... *cieee...* tapi untunglah tidak pernah sampai ketemu kesialan yang parah... *Semoga jangan sampai ya Allah... *. Jadi, kisah apa sajakah yang dimaksud, berikut rangkumannya :

1. Berusaha bawa pempek plus cuko ke Malaysia
Jadi ya, Malaysia adalah negara pertama yang kudatangi tahun 2007. Saat itu my sister masih kuliah di sana. Jadi Aku berniat bawa oleh-oleh untuknya beserta teman-temannya. Tapiiii... karena masih newbie, kagak tau kalau gak boleh bawa cairan ke kabin pesawat, sementara koper sudah masuk bagasi. Jadi... pempeknya lewat, cukonya kena sita... Jadi gimana rasanya makan pempek tanpa cuko, itulah yang dirasakan my sister beserta teman-temannya saat aku datang waktu itu.

Kesempatan kedua, aku sudah lebih cerdas, masih mengunjungi my sister, kali ini pempek+cuko kotaknya aku masukkan ke bagasi. Saat ketemu ibu-ibu yang cukonya diambil waktu mau masuk ke ruang tunggu, aku dalam hati agak tertawa menang dengan jahatnya... hasilnya.... saat di bandara LCCT, aku cuma menemui koperku di conveyor belt bagasi sementara kotak pempekku gone with the wind. *kena karma gara-gara senang ngeliat orang lain susah*

Tahun berikutnya lagi, aku hattrick masih membawa pempek untuk my sister. Kali ini Pempek+cuko aku masukkan ke tas khusus dan kumasukkan bagasi. Hasilnya.... sukses!!!... kedua-duanya selamat sampai ke Malaysia... Luar biasa ya, butuh tiga tahun usaha, baru berhasil bawa pempek lengkap ke Malaysia.

2. Berhadapan dengan petugas Imigrasi Kuala Lumpur
Saking seringnya aku bolak balik Malaysia, aku sudah merasa tahu trik cepat melewati imigrasi. Tapiii... pada kenyataannya aku masih saja sering nyangkut lama saat antrian di Imigrasi. Kalau sudah kelamaan di imigrasi, biasanya pada saat ngambil koper sudah bingung karena pada layar pemberitahuan dimana mengambil bagasi, jadwal pesawat kita sudah tergeser jauh dengan jadwal pesawat lain. Kalau aku ditanya petugas imigrasi mana yang paling tidak ramah, tentu saja bagiku adalah Malaysia. Emang sih aku tidak pernah sampai masuk kantornya, tapi yang namanya kena semprot dan dijutekin itu sudah tidak terhitung saking seringnya. Yah tapi masih wajarlah, karena secara umum petugas Imigrasi memang seperti itu. Pengalamanku melewati imigrasi Malaysia yang paling cepat adalah ketika aku sampai tengah malam dari Hong Kong, sepiii... tanpa antrian... baru kali itu aku bisa pilih petugas mana yang akan dihadapi... *celingak celinguk, cari muka yang ramah*



3. Ketemu cowok item di Petronas
Pengalamanku waktu itu ketemu cowok kulit item di LRT menuju Petronas, awalnya aku biasa saja dia seperti ngeliatin terus. Saat sudah masuk Petronas di eskalator ketemu dia lagi, dan dia bilang "You are so cute" haaa.... bingung kan mau ge er senang atau takut, mungkin maksudnya mau ramah kali ya, tapi aku malah jadinya ngeri cuy... terus dia nanya nama, yang terpaksa aku jawab karena nggak enak. Saat sudah mau masuk bioskopnya aku buru-buru pamit ngikutin my sister, eh dia masih nanya lagi mau nonton film apa, tapi aku hanya jawab sekilas "I don't know" dan buru-buru ngacir. Bukannya mau rasis, tapi kalau yang ketemu saat itu bule pun aku pasti masih akan berbuat hal yang sama, kecuali kalau orangnya Chris Hemsworth, sudah pasti aku tidak bakal keberatan ya.

4. Pindah hotel di Bukit Bintang dengan alasan penuh
Sepanjang pengalaman aku memesan hotel lewat Agoda, tidak pernah ada masalah. Yang aneh satu hotel yang tidak usah disebut namanya di Bukit Bintang, ternyata penuh saat kami check in, aneh ya.... Kemudian si petugas hotel memindahkan kami ke hotel lain yang katanya tidak jauh dan dapat sarapan. Tapi ternyata kami dipindah ke Guest House dengan fasilitas yang jauh dari memuaskan sesuai dengan harga yang kami bayar. Ini jadi pengalaman baru bagiku, untung nginapnya cuma semalam, karena besoknya kami sudah cuss ke Phuket. Segala uneg-unegku ku tumpahkan pada review Agoda, kalau mau rasanya menuliskan kata-kata yang kalau ditulis tinggal ***** karena tidak lulus sensor...

5. Ketemu cowok teler di KFC Bukit Bintang
Nah kalau ini pengalaman traveling rame-rame berempat semuanya cewek. Pagi-pagi sebelum ke Genting kami sarapan di KFC Bukit Bintang. Saat itu suasana Bukit Bintang masih berantakan karena sedang pengerjaan proyek MRT. Si cowok yang juga sepertinya turis karena tidak berwajah melayu, ketemu kami di jalan, negur dikit, kami cuekin soalnya keliatan agak tidak beres, antara pandangan mata dan gerak tubuh seperti tidak sinkron, gaya orang teler. Kami masuk KFC, dia ikut. Memang sih dia juga pesan dan tidak mengganggu, tapi sepanjang makan, matanya terus melihat ke arah kami. Akhirnya saat dia meleng, kami bawa sarapan masing-masing dan keluar dari sana, slamet-slamet tidak diikuti...

6. Muntah akibat naik tangga Batu Caves dan ke Genting
Aku pernah dua kali muntah selama di Malaysia... Ha ha ha...*memalukan* Yang pertama habis naik tangga sebanyak 272 anak tangga di Batu Caves. Ya gimana nggak muntah kalau naik tangga cepat-cepatan karena takut banyak monyet. Tapi aku muntahnya nggak sembarangan kok, masih bisa di antisipasi. Yang kedua saat naik taksi ke Genting, udara sangat dingin, taksinya ngebut, jalannya mendaki dan memutar, rasanya isi perut saat itu keluar semua. Tapi aku muntahnya tidak di taksi kok, lagi-lagi masih bisa di antisipasi, muntah di toilet saat berhenti di toko coklat.

7. Ditipu rental mobil di Bali
Transportasi selama di Bali kalau mau kemana-mana adalah dengan sewa mobil. Kami sudah membuat janji dengan seseorang untuk rental mobilnya keesokan harinya. Disepakati harganya 400 ribu. Apa daya saudara-saudara, setelah uang dikirim tidak ada kabar lagi dan si penipu tidak bisa dihubungi. Terpaksa cari rental mobil lain, kali ini rekomendasi dari hotel, jadi bisa dipercaya dan dilacak kalau sial ketipu lagi.

8. Diusir setelah makan di Singapura
Ini adalah perjalanan liburan dari Kantor, aku beserta rekan-rekan ditraktir makan di restoran bergaya Korea di Singapura. Menunya enak, dagingnya dipanggang sendiri di meja masing-masing. Dasar kebiasaan orang Indonesia, habis makan masih ngobrol ngelantur ngalor ngidul gak kenal waktu, sepi juga sih sebenarnya, eh... si petugas mengusir kami dengan membereskan meja sambil ngoceh-ngoceh dalam Bahasa Mandarin yang tidak kami mengerti... *buru-buru minggat dari sana*

9. Nyari hotel di Bugis sambil menahan pipis
Tahun 2015, aku traveling lagi, kali ini menginap di hotel berlokasi di Bugis. Turun dari MRT mengira nyari hotelnya mudah. Ternyata GPS yang dipake ngawur, nelpon ke hotelnya cuma dibilang dari Lampu Merah Bugis Junction belok ke mana lagi. Bagaimana kami tahu arah, lampu merah Bugis Junction itu banyak. Hari sudah magrib, kami sudah sampai ke arah sebuah rumah sakit, makin tidak karuan karena aku menahan mau pipis juga. Akhirnya balik lagi ke Bugis Junction untuk naik taksi... kalau tidak salah dengan tarif 9 dollar. Karena jalannya banyak searah, taksi memutar sedikit dan kami sampai ke hotel yang dicari. Yang bikin kesal adalah, ketika saat sudah check out dan akan ke Johor, ternyata lampu merah tempat kami menelpon hotel hanya berjarak beberapa meter dari hotel.... *banting koper*

10. Hampir ditipu di Grand Palace Bangkok
Cerita turis kena tipu di Bangkok sudah kami antisipasi sebelumnya. Banyak yang bilang bakal ketemu penipu yang kasih tau kalau Grand Palace tutup, pergi saja ke sini... ke sana... trus nanti datanglah tuktuk ngantar kita ke toko perhiasan. Kenyataannya, kami memang sukses ke Grand Palace, tapi kena jebakan Betmennya saat mau ke Wat Pho, aktor penipu yang mencegat kami sangat meyakinkan, pake seragam... nanya kami mau ke mana. Setelah kami jawab mau ke Wat Pho, mulailah dia berdialog seperti ada naskahnya... Wat Pho tutup, lagi ada perayaan apa... buka jam sekian... pergi ke sini saja... ngasih peta, dan seolah-olah sangat kebetulan datanglah supir tuktuk yang siap mengantar kami ke mana saja. Percaya gak percaya sih sebenarnya, untunglah kemudian kami bersikeras tetap akan ke Wat Pho walau tutup dan akan menunggu di sana.... eh dia langsung pergi karena kami keras kepala gak mau ngikutin omongan dia... Syukurlah kami tidak jadi kena tipu...

11. Manuver pesawat di atas Candi Prambanan
Aku takut ketinggian dan takut naik pesawat sebenarnya, tapi karena hobi jalan-jalan maka mau bagaimana, harus dibuat berani. Masak mau lewat jalan darat terus, bisa tempos. Jadi ceritanya suatu waktu aku ke Jogja untuk pelatihan, ada saatnya si mas kapten iseng belokin pesawat kelewat tajam. Aku duduk di jendela, saat pesawat belok.. pemandangan di bawah adalah Candi Prambanan... ngeri!!! ibu-ibu di sebelahku sampai ngucap-ngucap saking kagetnya.... *pegangin jantung*... mobil saja kalau ngebut belok tajam, menakutkan... apalagi pesawat...

12. Dicegat petugas imigrasi Macau
Sebenarnya aku sudah lewat dari petugas imigrasi, ini sepertinya hanya random check saja. Petugas yang ngaku polisi tiba-tiba datang dan menyuruh aku masuk ke sebuah ruangan. Hanya aku loh, yang lain semuanya lewat. Emang sih hanya ditanya alamat hotel, berapa lama di Macau dan kontak yang bisa dihubungi, tapi jadi cemas juga... ditanya-tanya gitu aku tuu...

13. Diusir sopir bis Macau, disuruh turun
Mungkin ini karena kendala Bahasa kali ya, kami salah naik bis yang kami kira nyebrang ke Taipa, tapi ternyata tidak. Caranya itu loh, si sopir bis ngusir dengan gaya melambaikan tangan yang kasar. Apa sih susahnnya bilang sorry, satu kata yang tidak perlu kemampuan Bahasa Inggris yang fasih untuk mengucapkannya. Rasanya aku juga kalau mengusir kucing masih lebih sopan.

14. Berhadapan sama petugas cewek jutek saat beli tiket ferry dari Macau
Nih satu lagi orang yang tidak ramah kutemui di Macau. parahnya ini petugas yang jual tiket ferry menuju Hong Kong. Nggak mau ngasih tau jadwal ferry, ngomongnya tidak jelas dan juteknya minta ampun... Kami tidak punya jadwal ferry yang berangkat dari Macau ke Kowloon untuk besok, saat kami tanya dia tidak mau kasih tau, kami minta jadwal yang boleh kapan saja asal pagi, dia bilang tidak ada open ticket, maksud kami pilihkan saja, dia tidak mau, akhirnya dia kasih tau jadwalnya tapi ngomongnya luar biasa cepat. Bikin emosi rasanya, yang terdengar ada kata-kata jam dua siang, ya sudahlah... daripada semakin darah tinggi, kami ambil jadwal itu. Masa sih nggak ada yang pagi, rencana semula yang berangkat pagi dan masih bisa jalan di Hong Kong siangnya jadi dibatalkan.

15. VOA ditolak di Shenzhen
Nah yang ini drama banget, sudah dapat kabar sih dari Ibu baik di hotel kami di Hong Kong yang bilang waktu itu Desember 2017, kalau mau ke China susah. Kalau umur 50 tahun ke atas baru bisa. Masa sih, kami harus menunggu sampai umur 50 tahun baru masuk Shenzhen dari Hong Kong. Ya udah, mengadu nasib, siapa tahu bisa.... Tuh kan tidak percaya dibilangin, Saat menurus VOA, ketika nomor antrian kami dipanggil, form isian dan nomor antrian diambil, paspor dikembalikan dan dikasih tau, tidak bisa masuk Shenzhen, harus balik lagi ke Hong Kong. Buru-buru aku menjelaskan kalau kami hanya satu malam, si petugas memencet antrian berikutnya.... the end... Sedih loh, hotel yang sudah dipesan di Shenzhen jadi hangus, trus harus pesan hotel lagi di Hong Kong, yang lebih sedih lagi, saat mau balik lagi ke Hong Kong bingung dilempar sana sini oleh orang-orang di sana. Iya kalau ketemu petugas yang bisa Bahasa Inggris enak, ini juga ada petugas Bapak-bapak yang sudah tua, tidak bisa Bahasa Inggris dan ngoceh terus marah-marah nggak tau ngomongin apa... Sampai ke Hong Kong lagi, rasanya lega setelah melewati drama di Imigrasi China...

16. Ketemu orang sedeng di Brunei
Rencana solo travelingku di Brunei berantakan gara-gara ketemu orang sedeng ini. Ketemu pertama kali saat baru keluar dari hotel sudah sok akrab, trus ketemu lagi di Pasar Kianggeh, ketiga saat beli nasi katok dan keempat saat balik ke hotel. Karena Brunei kecil dan sepi, jadinya aku ngeri kemungkinan bakal ketemu orang itu lagi selanjutnya. Akibatnya nggak berani keluar hotel, setiap jalan ke luar jadi noleh ke belakang terus, nggak bisa lama-lama di Masjid Sultan Omar Saifuddien dan batal ke Royal Regalia Museum. Terlalu khawatir???... nggak, ini adalah bentuk kewaspadaan... sial kannnn!!!...

17. Kelebihan bagasi di Bandara Brunei
Selama ini aku naik Air Asia, 7 kg gratis bagasi itu tidak pernah dihitung beserta tas tangan bawaan pribadi. Tapi tidak di Brunei saudara-saudara... Bawaanku harus ditimbang beserta tas tangan, totalnya jadi 9 kg lebih... dikasih dua pilihan... bayar 50 BND atau kurangi bawaan... ATM nggak bisa diambil uangnya, terpaksa meninggalkan sebagian barang-barangku di sana... bete deh...

18. Kedinginan di Jepang
Sebenarnya nggak mau nulis hal yang tidak menyenangkan di Jepang, karena Jepang adalah negara favoritku dan semuanya menyenangkan. Tapi kalau ditanya tentang hal yang tidak menyenangkan maka aku terpaksa harus jawab satu, yaitu cuaca dinginnya. Yah salah sendiri sih ke sana saat winter. Akibatnya rempong kedinginan kemana-mana. Yang paling terasa menderitanya saat pertama merasakan cuaca dingin di Tokyo ketika mencari hotel di Ueno. Pakaian belum siap melawan cuaca dingin, nyari hotel malam-malam dengan tangan seperti ditusuk-tusuk jarum es. Pengalaman menahan dingin yang juga parah adalah saat di Arashiyama, ketika akan balik ke stasiun kereta menuju Gion.

19. Antri di Genting, di Imigrasi Singapura, di the Peak, dan di mana-mana
Yang namanya liburan, apalagi saat peak season, harus siap menghadapi yang namanya rame. Cuma kalau antrinya masih dibawah sejam an, masih dimaklumi ya.. tapi kalau sampai hampir 3 jam.... itu baru luar biasa... Sebenarnya banyak sekali cerita antri yang kualami selama traveling, tapiiii... cerita antri yang bikin aku tua dan masih kuingat diantaranya ada 3. Yang pertama adalah pada saat mau ke Genting. Untuk ke Genting, salah satunya bisa menggunakan skyway atau cable car, selain mobil. Saat itu diputuskan kami akan menggunakan skyway. Pas naik ke lantai untuk antri, aku rasanya mau mundur lagi... Antriannya super panjang, saking panjangnya dibuat berbelok-belok seperti maze. Saking antri di sana sudah biasa, di beberapa titik ada estimasi waktu perkiraan kapan akan sampai ke titik ujung. Untuk yang punya kartu khusus, bisa dapat prioritas, tapi kami kan turis biasa, jadi harus ikut antrian yang biasa.

Yang kedua adalah antri mau masuk imigrasi dari Batam.... Bayangkan saudara-saudara, ferry yang datang ke Singapura saja harus menunggu sejam untuk dapat tempat merapat, baru melangkah beberapa langkah dari ferry langsung masuk antrian, itu belum masuk gedungnya. Saat sudah masuk gedungnya lebih gila lagi antriannya.... untuk yang bawa anak kecil bisa dapat prioritas, tapi yang tidak, harus sabaaarrr di barisan.... Luar biasa, rencana mau makan siang di hotel, kenyataannya adalah makan malam di hotel.

Yang ketiga cerita antri yang lama adalah waktu mau naik tram menuju The Peak Hong Kong, antrinya dua babak. Babak satu di bawah jembatan layang kira-kira sejam an, babak dua saat sudah dekat loket tiketnya, sejaman lagi... Ketemu ibu-ibu dari Indonesia dan keluarganya di sana, dan dia mengajak kami lompat ke antrian mereka yang lebih depan, tapi aku nggak mau, karena nggak enak dilihat orang. Nah selain 3 cerita antri ini, antri-antri yang lain masih kuanggap sebentar kalau seandainya mau dibandingkan.

Sebenarnya aku punya list must to do setiap kali mengunjungi suatu negara baru, beberapa diantaranya sebenarnya sepele, tapi entah kenapa selalu kutargetkan. Ini sudah menjadi semacam standar untukku. Yah semua orang kan boleh punya kebiasaan aneh, mungkin ini adalah kebiasaan anehku. List must to do ku itu yaitu:

1. Beli lonceng dinner
2. Koleksi koin-koin dan uang kertas yang nilainya kecil dibawah Rp 100.000,-
3. Harus lewat bandaranya
4. Menginap, tidak boleh cuma numpang lewat
5. Fotoin bendera negaranya yang dilihat di jalan
6. Fotoin tiang jalan
7. Mengunjungi mall
8. Jalan-jalan di malam hari

Tuh kan banyak hal-hal sepele yang jadi target, seperti motoin bendera dan tiang jalan. Tapi yah mau bagaimana lagi, karena aku punya penyakit OCD, bagiku yang penting... bisa jadi tidak penting dan sebaliknya, yang tidak penting... bisa jadi penting. OCD ku itu misalnya kalau habis menutup dan mengunci pintu mobil, aku sering balik lagi karena mau ngecek. Contoh lain lagi, aku sering lupa saat mandi, sudah sikat gigi atau cuci muka belum, akibatnya aku jadi dua kali sikat gigi atau cuci muka. Gara-gara OCD juga aku jadi kadang repot dan harus tahan malu. Oke, balik lagi ke topik awal, list di atas juga tidak boleh bertambah, karena kalau bertambah, aku makin repot mau ulang dari awal. Misalnya ada target baru, koleksi tumbler starbucks, masa aku harus mengunjungi lagi negara-negara yang sudah kukunjungi demi obsesi itu.

So.. sekarang mari kita bahas "penyakitku" ini.

Untuk lonceng dinner, syukurlah total koleksiku sampai saat ini lengkap, untuk negara yang sudah pernah kukunjungi. Ada 7 negara, dari Malaysia, Singapura, Thailand, Macau, Hong Kong, Jepang dan Brunei Darussalam. Nanti kalau ke negara baru lagi, kembali pasang niat ngubek pasarnya nyari lonceng dinner.

Untuk koleksi uang, biasanya sebelum pergi mengunjungi suatu negara, aku browsing dulu jumlah pecahan koin dan uang kertasnya. Biasanya koin akan kukoleksi seluruhnya, sedangkan kertas aku batasi harus dibawah Rp 100.000,- nilainya. Uang koin ini juga termasuk pecahan sen, misalnya Singapura ada koin 1 dollar sisanya sen, Malaysia semuanya sen, sementara Thailand koinnya tidak dalam sen. Koin Macauku tidak lengkap karena ada beberapa pecahan yang sepertinya sudah jarang digunakan di sana. Kalau di Macau sen disebut avos pada tulisan di koinnya. Koin Hong Kong bentuknya ada yang menempel seperti dua koin pada pecahan 5 Dollar sementara pecahan 2 Dollar sisinya bergerigi, koin di Jepang warna dan bentuknya macam-macam, ada yang punya lubang. Di Brunei, uang 1 sen nya warnanya gold sementara koin yang bernilai lebih besar malah tidak. Untuk uang kertas, negara yang salah satu sisi gambar tokohnya selalu sama adalah Malaysia, Singapura, Thailand dan Brunei Darussalam. Sementara Macau, Hong Kong dan Jepang bermacam-macam. Kabarnya uang Hong Kong dikeluarkan oleh tiga bank. Untuk uang kertas Jepang, sama seperti Indonesia gambar tokohnya lebih dari satu. Aku tidak sanggup tentu saja kalau mau koleksi semua pecahan uang kertas. Ringgit aku cuma mampu sampai pecahan 20 saja, sementara Dollar Singapura malah lebih kecil lagi yaitu pecahan bernilai 5. Satu-satunya uang pecahan yang bernilai tinggi pada koleksiku adalah 1000 Yen (Rp 133.000,-), karena uang kertas di Jepang nilainya paling kecil adalah pecahan 1000. Untuk mengumpulkan koleksi koin ini aku pernah tahan malu nukar koin di penjaga toilet di Singapura yang pasrah koinnya kupilih-pilih, aku juga nekat menukar koin di KFC Brunei karena aku cuma sebentar di sana dan tidak belanja-belanja lagi ke tempat lain.

Ringgit Malaysia


Dollar Singapore


Bath Thailand


Pataca Macau


Dollar Hong Kong


Yen Japan


Ringgit/Dollar Brunei Darussalam


Soal nyicip bandara suatu negara juga bikin aku jadi repot. Dulu aku kalau ke Singapura lewatnya dari Johor Bahru sehingga tidak lewat Changi. Hal ini jugalah yang membuat aku jadi tidak puas dan jadinya berkali-kali ke Singapura. Syukurlah akhirnya kesampaian naik pesawat langsung ke Changi. Malah untuk Singapura aku punya rekor sendiri, yaitu aku sudah ke sana lewat 3 moda transportasi. Lewat udara menggunakan pesawat dari Palembang, lewat darat menggunakan bis dari Johor Bahru dan lewat laut menggunakan ferry dari Batam. Saat tahun 2017 aku ke Macau dan Hong Kong, agar kecicip bandara di keduanya, aku jadi mengatur mendarat di Macau dan pulang dari Hong Kong.

Soal harus menginap di negaranya juga dilatar belakangi oleh kunjungan ke Singapura. Dua kali ke sana aku hanya PP dari Johor Bahru. Aku terus pasang niat pengen menginap di Singapura, Alhamdulillah tercapai dua kali saat tahun 2015. Tuh kan repot.... gimana jadinya kalau aku transit, ke Seoul misalnya lewat Vietnam, aku jadi harus menginap dulu di Vietnam, kalau tidak nanti aku gatal-gatal dan gatalnya baru hilang setelah tercapai menginap di Vietnam... haha..

Kalau untuk foto bendera sama tiang jalan sih sebenarnya hanya kebetulan, karena aku suka foto ngiseng kalau lagi di jalan, dan ternyata banyak menangkap objek diantaranya bendera dan tiang jalan... eh jadi keterusan dilengkapi terus, malah dicari kalau belum dapat. Negara yang tempatnya paling banyak memasang bendera negaranya sejauh ini dari pengamatanku adalah Malaysia, yah mungkin juga karena aku paling sering ke sana. Kalau untuk tiang jalan, aku sering gila ngambil foto sama tiang jalan, asal jalannya sepi tapi.

Tiang jalan di Macau, ngambil foto tidak peduli lagi ada perbaikan...


Tiang jalan di Hong Kong


Mall pasti ada di setiap negara, dari kisah perjalananku selama ini hanya di Macau yang aku tidak ke mallnya. Sebenarnya sih kalau mengunjungi toko-toko, sudah saat di Hotel Venetian, tapi bagiku itu belum dihitung... Jadi list yang ini tidak lengkap. Satu lagi list yang tidak lengkap adalah jalan-jalan di malam hari. Sebenarnya sih kan sederhana saja, tapi aku tidak keluar dari hotel saat malam hari di Brunei karena kekhawatiranku atau tepatnya kegeeranku takut ketemu orang sedeng yang kutemui sampai 4 kali saat siangnya. Jadi... apakah aku akan ke Macau dan Brunei lagi demi dua hal ini.... sepertinya kalau untuk sengaja,.... tidak.... tapi kalau nanti kapan-kapan dapat rejeki ke sana lagi... ya ayo-ayo saja...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...