Setelah masa berlaku pasporku habis tahun lalu, aku selalu berharap perjalananku ke luar negri berikutnya adalah negara baru seperti Hongkong atau perjalanan ibadah Umroh. Ketika paperku diterima Bulan Oktober yang lalu, ada angin segar aku bakal segera mengurus paspor untuk ke negara baru itu. Tapiiii setelah akhirnya gagal berangkat, pengurusan pasporku jadi ditunda lagi. Buat apa ngurus paspor kalo nggak berangkat, bukannya mengurus baru dan perpanjangan sama saja ribetnya, lagian sayang dengan masa berlakunya.

Kerjaan makin hari makin berat, stress tiap hari nggak mikirin diri sendiri lagi, berharap bisa libur di rumah dengan tenang di akhir tahun. Dasar jiwaku masih tergolong labil, disenggol dikit langsung berubah rencananya. Teman-teman sesama dosen ngajak jalan ke Malaysia, dan tanpa pikir dua kali langsung ku iyakan.... haha... Di tengah-tengah masa persiapan audit bulan Desember, masih sempat-sempatnya nyusun jadwal dan ngurus paspor.

Yang nyusun jadwal adalah Ayu, berhubung dia dulu kuliah di sana dan sudah khatam bolak balik Malaysia. Aku juga sudah 3 kali bolak balik Malaysia, tapi aku masih merasa belum terlalu expert untuk menyusun jadwal bagi kami. Setelah jadwal kami jadi (termasuk budget), sekali lihat sebenarnya aku sudah pesimis bakal bisa jalan sesuai dengan yang dijadwalkan, tapi berhubung yang pergi masih muda-muda (kecuali ketuanya yaitu aku), maka kami harus semangat.... semangat... semua sesuai dengan yang direncanakan.

Sekarang masalah paspor. Kami berangkat berempat, Rini dulu juga kuliah di sana dan paspornya masih berlaku, sementara Rara dan Cheri baru saja buat paspor, tinggal aku mahluk tanpa paspor yang sudah nekat beli tiket.

Tanpa membuang waktu lagi, begitu aku tidak ada jadwal mengajar pagi, aku langsung kebut menuju kantor imigrasi. Dulu sudah pernah ke sana saat pasporku habis, jadi aku sudah tau syarat-syaratnya. Hari Selasa Jam 7 pagi aku sudah sampe sana dan melihat dengan takjub para pengurus paspor yang sudah antri sebelum aku. Jam 8 sudah bisa mendaftar dan aku langsung kecewa karena ternyata syaratku kurang surat pengantar dari perusahaan dan ternyata juga KTP dan paspor lama tidak boleh dipotong kertas fotokopiannya. Oke jadi kesimpulannya harus balik lagi lain hari untuk memasukkan isian formulir dan berkas-berkas.

Dua hari ikut pelatihan, baru hari Jum'at bisa datang lagi, itupun jam setengah 10 setelah habis mengajar. Sampe disana buru-buru ngambil nomor antrian dengan estimasi waktu dipanggilnya kira-kira jam 11. Okehh... sabar lagi nungguin dipanggil, sambil sibuk menyesali diri kenapa tidak memakai jasa travel agent saja. Jam 11 lewat baru dipanggil, setelah semua berkas masuk, disuruh tunggu lagi untuk proses pembayarannya. Aku sudah punya firasat jelek, karena hari itu hari Jum'at. Dan benar saja saudara-saudara, jam 12 teng mereka istirahat dan pestanya pun bubar.

Karena malas bolak balik, akhirnya kuputuskan untuk menunggu di sana saja. Cari makan dan sekalian sholat sambil nungguin loketnya dibuka lagi. Hampir jam 2 saat namaku dipanggil untuk membayar biaya pembuatan paspor. Selesai bayar dapat kertas bukti untuk foto hari Selasa nanti.

Hari Selasanya lebih menyebalkan lagi. Kali ini aku datang lebih pagi, tapi ternyata dapat nomor antrian 11. Kembali menjadi manusia sabar, menunggu saatnya untuk pemanggilan namaku. Jam 9 dipanggil nomor antrian 1 sampai 20, dan akhirnya semua proses foto, wawancara dan sidik jari selesai jam setengah 10.

Paspornya bisa diambil hari Jum'at jam 2 siang. Dikira begitu datang sudah bisa langsung diambil, tapi ternyata masih harus dicari dulu, dan aku baru dapat pasporku sejam kemudian.



Kesimpulan dari tulisan panjangku ini adalah.... Aku capek ngurusin perpanjangan pasporku kali ini dibanding yang dulu, lain kali aku sepertinya aku bakal memakai jasa travel agent. Cap paspor lamaku berjumlah 24,... so tekadku adalah untuk paspor yang ini harus lebih dari itu...

Setelah kemarin kena demam menulis paper, akhirnya dari lima target yang direncanakan, aku berhasil menulis tiga. Antara emang aku yang bagus menulis papernya (ge er) atau emang committee-nya yang lagi baik-baik, tiga-tiganya diterima....*hore... loncat dari kasur...*

Pemberitahuan email paper yang pertama datang tanggal 10 Oktober 2013, saat aku lagi pusing-pusingnya nyusun laporan penelitian dosen pemula karena deadlinenya juga tanggal itu. Trus tiba-tiba muncul lagi email lain untuk mengatur jadwal audit periode semester ini, duh pusinngg... hari itu ngajar tidak konsentrasi, kasihan anak-anak ngeliat dosennya seperti orang linglung saat di kelas. Seminggu kemudian datang email yang menyatakan paper keduaku juga diterima, dan beberapa harinya datang lagi yang ketiga.

Oh my God, beneran kan jadi bingung akhirnya, karena pasti tidak akan diacc semuanya untuk dibolehkan pergi. Satu di Sydney, satu di Hongkong dan satu lagi di Bali, ha ha... niat banget kan aku kepengen jalan-jalannya. Ya udah akhirnya dengan pemikiran dari berbagai sisi dan dengan berbagai pertimbangan yang super beratttt...., akhirnya yang Sydney dan Hongkong kulepas dan aku memilih berangkat ke Bali. Okelah nggak apa-apa, biarlah dapat yang lokal yang penting ada hasilnya sehingga tidak sia-sia aku menulis selama ini. Acceptance Letter yang dua lagi kukoleksi saja, siapa tahu masih bisa pergi ke sana dilain kesempatan. Jadi bertambahlah kerjaan tidak pentingku, selain koleksi kartu ujian sekolah, sekarang sepertinya aku juga koleksi acceptance letter paperku...

Ya udah, jadinya berangkat ke Bali, kali ini sama Shinta dan Yuk Dien. Naik Lion, connecting ke Bali dari terminal 3, jadi eksis dulu di sana, norak kumat... numpang nampang dengan Air Asia yang lagi parkir, pura-puranya mau ke Hongkong...haha... Saat hampir mendarat sampai di Bali, dari dalam pesawat sempat ngeliat turis-turis naik paralayang dan juga jalan tol di atas lautnya Bali yang baru saja selesai dibangun. Hebat deh, selesainya cepet banget dibandingin fly over deket rumah yang lagi dibangun. Fly overnya sebenarnya pendek, tapi nggak selesai selesai rasanya dibangun, bikin stress gara-gara macetnya yang semakin parah tiap hari... *berharap pulang nanti sudah selesai fly overnya...*



Konferensinya berjalan lancar, cuma dapat 10 menit buat presentasi. Dengan modal 20 slide aku sudah memperkirakan kalo bakal cukup dibawakan selama 10 menit itu. Ternyata sepertinya aku terlalu bersemangat ngomongnya, kebiasaan kalo ngoceh di kelas, rasanya baru beberapa saat dan masih di slide-slide awal, bapak moderator sudah memberikan secarik kertas peringatan kalau waktunya tinggal 2 menit lagi. Ya udah alhasil slide sisanya dibawakan dengan ngebut dan sepertinya jadi tidak jelas isinya bagi peserta lainnya yang menyimak. Saat sesi tanya jawab, berhubung masih pagi, peserta yang minat nanya cuma satu orang dan pertanyaannya bisa kujawab dengan lancar... #benerin jilbab... berhubung mau kibas poni nggak bisa...




Selain konferensi, agenda lainnya yang tidak kalah penting tentu saja jalan-jalan. Kali ini adalah perjalanan keduaku ke Bali, jadi sudah agak-agak bosan ngeliat beberapa tempat, seperti Kuta. Tapi yang membuatku surprise saat ngeliat pantai Kuta kali ini adalah.... pantainya sudah bersih. Ketika aku ke sana Desember 2011 pantainya kotor banyak sampahnya, tapi sekarang sangat bersih, pokoknya okelah saat menikmati sunset sambil duduk di pasirnya. Yang kurang hanyalah si dia, yang seharusnya menemaniku dan sekarang berada di suatu tempat, yang entah kapan akan melamarku.... hehe...

 

Mumpung ke Kuta, pasti ke Legian juga dong, mengunjungi monumen bom Bali. Besoknya sempat ke Tanah Lot. Kali ini air lautnya tidak pasang, sehingga aku bisa turun sampai ke bawah dan foto sepuasnya senarsis-narsisnya sampe tukang foto yang mangkal di sana terancam bangkrut karena tidak laku...



Kemudian selain tempat-tempat yang sebelumnya sudah pernah ku kunjungi, akhirnya aku berhasil mengunjungi Bedugul yang gambarnya ada di uang 50 ribu. Thanks God,... satu persatu obsesiku akhirnya kesampaian. Waktu dulu aku ke Bali, nggak sempat ke Bedugul, takut macet waktu kembali ke hotel karena malam tahun baru. Perjalanannya lumayan memusingkan, jalannya naik berbelok-belok. Supir kami masih muda, pertama dikira dia orang Bali, diajak ngomong soal Bali banyak nggak taunya, ternyata dia orang Sunda, bikin bete.... untung lumayan manis, jadinya dimaafkan... coba kalau nggak, sudah dipecat dia dari jabatan supir kami...




Setelah kunjungan ke Bedugul aku bertekad, tidak akan ke sana lagi, bukan soal pemandangannya yang jelek, malah sangat bagus sebenarnya, tapi dikarenakan akses menuju ke sana yang susah. Untung saja aku bisa menahan diri, bikin malu saja, apa kata dunia,... jauh-jauh ke sana ujung-ujungnya hampir muntah di toilet.

Karena waktu kunjungan yang emang singkat, kami jadi tidak puas keliling-kelilingnya. Rasanya baru sebentar di Bali, sudah harus pulang ke Palembang. Pulang naik Lion lagi, jadwalnya sore, kecicip juga sama terminal barunya bandara Ngurah Rai, walaupun masih on progress.

Sampe di Jakarta pindah lagi dari terminal 3 ke terminal 1B, dan kami mendapat kabar baik kalau pesawatnya delay.... huaaa pengen nangis, pesawat yang seharusnya berangkat jam 8, delay jadi jam setengah 9.  Habis makan malam kami sudah duduk manis di ruang tunggu, nggak minat mau kemana-mana lagi karena sudah capek.

Batere bb sekarat, sementara colokan listriknya penuh dipake sama orang-orang. Berhubung harus nelpon yang jemput pas sampe Palembang nanti, maka aku harus ngecas si bb jelek. Gila nih orang-orang ngecasnya nggak kira-kira, monopoli banget,... sempat kepikir mau nyabut TV plasma atau ACnya, tapi untunglah aku bukan mr.Bean dan niat jahat itu ku urungkan demi kenyamanan bersama. Akhirnya aku ke wc, dan dengan izin mbaknya aku cabut colokan pengering tangan, dan aku stay tune di sana sambil bbman....

Tiba-tiba dapat pengumuman bagi penumpang yang menuju ke Palembang untuk mengambil roti,... yahhh... pesawatnya molor lagi... katanya masih di Jogja dan bakal datang jam 10.... Mata sudah merah karena ngantuk, masih harus menunggu lama. Jam berapa sampe Palembangnya dan jam berapa bakal sampe di rumah kalau begitu.... sabar.... sabar.... orang sabar disayang pacar.... Sambil menenangkan diri ngeliat TV plasma yang menunjukkan jadwal-jadwal berikutnya untuk penerbangan subuh, jam 2... jam 5, tujuan ke Timika, ke Makassar... ke mana lagi nggak jelas ngeliatnya karena penglihatan mata sudah hijau kuning rasanya.

Jam 10 lewat pesawatnya datang. Udah nggak mikirin apa-apa lagi akhirnya ketiduran begitu masuk pesawat, antara sadar dan tidak, rasanya tuh pesawat nggak berangkat-berangkat, pas udah mau berangkat jadi malah bangun dan nggak bisa tidur lagi karena pesawat melewati cuaca yang lumayan buruk. Jam setengah 12 sampe Palembang, dan akhirnya sampe rumah jam 1an...

Okeh... cerita Balinya cukup sampe sini saja.... semoga cerita jalan-jalan selanjutnya beneran ke Hongkong... *masih ngarep...*

Selama ini kalau ada yang tanya, punya penyakit apa? punya alergi apa? dengan congkaknya pasti aku akan menjawab.... "Tidak ada!"  Tapi sekarang, ternyata baru tau, bahwa ternyata aku alergi udang. Padahal udang adalah salah satu makanan favoritku.

Pertama kali terdeteksi, kejadiannya waktu baru balik dari Bangka beberapa tahun yang lalu, muka jadi item dan gatal-gatal. Perkiraannya sih waktu itu karena emang aku berjemur tiap hari ke pantai dan otomatis makan seafood, udang dan sebangsanya, selama 3 hari, jadi wajar kalau efeknya sampai segitunya. Setelah itu aku nggak pernah mikir kalau itu akan berlanjut terus, karena beberapa hari kemudian mukaku sudah tidak gatal-gatal lagi.



Nah baru-baru ini makan pindang udang yang ukurannya buesarrr, sampai tuh udang hampir-hampir keluar dari piringnya. Karena emang bawaan laper dan dalam rangka stop diet, maka tanpa pikir panjang, habislah tuh udang kumakan tanpa bersisa, saking nggak bersisa mungkin tuh udang nggak akan bisa reinkarnasi lagi, hahaha..

Dan beberapa hari kemudian saudara-saudara, alergiku seperti di Bangka beberapa tahun yang lalu muncul lagi. Muka rasanya gatallll banget dan pengen digaruk terus, serba salah, dikasih salep salah, nggak dikasih salep salah. Usut punya usut baru sadar, penyebabnya pasti gara-gara si udang. Ya sudah akhirnya terima nasib, aku langsung memproklamirkan diri, bahwa ternyata aku alergi udang.

Setelah sembuh, tobat makan udang, tapi tobatnya masih tobat-tobatan. Emang sih, tiap kali makan nggak pesen udang. Tapi pas suatu saat makan siang, Mbak Retno pesan kwetiau seafood dan udangnya disingkirkan tidak dimakan, tanpa ragu tuh udang kusambar untuk kuselamatkan, kecil juga kan, pikirku waktu itu... bukannya selama ini aku aman-aman saja kalau makan udang yang kecil-kecil. Ternyata beberapa hari kemudian, penyakit gatalku kambuh lagi, padahal nyembuhin yang kemarin aja setengah mati, bekasnya susah hilang, sekarang muncul lagi.

Okey, akhir cerita... aku sekarang benar-benar tobat. Ibarat kera sakti yang mendapat banyak rintangan saat mencari kitab suci, begitu juga aku sekarang. Perjuangan untuk menghindari makan udang ini sangat berat. Makan siang, nyari menu yang bebas udang.... Kerumah teman pas lebaran ada tekwan udang, aku makan yang lain. Ada yang ngasih keripik udang, dengan tegarnya aku tolak.... ah cape deh. Kenapa sih harus udang, alergi jengkol kek, atau pete kek pasti aku nggak akan pernah keberatan....

Blog ini nasibnya kurang lebih sama seperti akun facebook dan twitterku yang tidak pernah lagi kupakai sebagai penadah ocehanku. Selain karena emang (merasa) banyak kerjaan, jiwa (sok) menulisku sudah lama tidak muncul unjuk kebolehan. Yah... dengan tidak eksisnya aku di jejaring sosial, paling tidak, mengurangi kenorakanku yang kadang kumat ngalah-ngalahin abege alay.

Trus kenapa aku malam ini tiba-tiba menulis lagi di blog ini. Setelah lebih dari setengah tahun nggak nulis, ibarat novel pasti ada perubahan nasib. Pasti dong, umur bertambah setengah tahun, dibanding dulu aku pastinya lebih dewasa (tua), berat badan juga berubah (turun sekilo, naik dua kilo), dulu selalu ceria tidak mengerti dunia, sekarang cenderung pendiam soalnya sudah mulai bijaksana. Ngomong-ngomong soal bijaksana ini contohnya sekarang nggak pernah pake kartu kredit lagi, soalnya kartunya ditinggal dirumah jadi jarang belanja setelah ngeliat tagihan yang sepertinya semakin membengkak, bukannya berkurang setiap bulan. Entah sampai berapa lama bisa nahannya, kalo lagi terdesak, biasanya seperti dulu lagi, kartu kreditnya ditaruh lagi di dompet buat nyesak-nyesakin isi dompet biar keliatan tebel dan akhirnya .... kepake lagi. Balik lagi setelah ngelantur sana-sini nggak nyambung, mengenai pertanyaan kenapa aku menulis lagi malam ini jawabannya adalah, karena aku ingin menulis tentang "menulis"...


Ngomong-ngomong soal menulis, walau sudah jarang menulis online, bukan berarti aku tidak menulis offline. Tulisan yang kumaksud disini adalah menulis yang "tidak serius" dan yang "serius". Yang "tidak serius" bentuknya novel, hahaha.... nulis status saja salah-salah, apalagi nulis novel. Novelku sebenarnya sudah banyak, karena aku sudah nulis sejak masih SMA dulu. Cuma sayang kebanyakan tulis tangan, dan sekarang sudah hilang entah dimana. Yang sempat kuselamatkan dengan kuketik hanya beberapa saja, dan baru satu yang pernah dimuat di majalah sekolah. Pengen sih ngirim ke penerbit, siapa tahu diterima, tapi kayaknya nggak akan terwujud selama kerjaanku numpuk terus dan tidak kuniatkan benar-benar untuk nulis novelku itu. Masa sih kalah sama ponakanku, dia novelnya sudah dua, aku masih sebatas cita-cita. Padahal salah satu keinginanku yang belum tercapai selain mendapatkan seorang pangeran tampan berkuda putih adalah memiliki novel dengan nama pengarangnya aku, yang bakal kutaruh disebelah novelnya Sidney Sheldon, Mira W. dan J.K.  Rowling.




Selain menulis novel, resolusiku yang lain adalah menulis "serius" yaitu paper. Paper terakhirku kubuat tahun 2012 ke Jogja, dan itu sudah lama. Jenjang jabatan nggak naik-naik gara-gara poin penelitian kurang, membuat aku harus mengejar target supaya bisa naik levelnya. Targetnya nggak muluk-muluk, "cukup" lima saja. Selain emang tujuannya untuk penelitian, sampingannya pengen jalan-jalan. Sudah submit dua paper, tinggal tiga lagi. Yang dua itu super berantakan gara-gara ditulis menjelang deadline, satu H-2 dan satu lagi H-1 jam 11 malam, sedangkan untuk yang tiga lagi sudah kehabisan ide mau nulis apa. Bukannya mau sok-sok an nulisnya banyak-banyak, tapi ini buat jaga-jaga, kalau ditolak empat kan masih ada satu. Kalau ditolak lima-limanya, ya sudah, aku nulis lagi yang keenam, ketujuh,... sampai ada yang diterima.

Memasuki paper ketiga, sekarang jadi miskin ide karena "kontroversi hatiku masih labil". Jadinya macet nulisnya, padahal deadlinenya seminggu lagi. Tapi biasaanya ide-ide bagus baru bermunculan mendekati hari H nya.  Tapi untungnya paper ketiga ini dalam Bahasa Indonesia, jadi nggak repot harus menerjemahkan. Tapi tetep saja sulit nulisnya, mungkin memang harus seperti yang sudah-sudah, selesai karena tekanan. Tekanan terancam tidak bisa ikut gara-gara internet nggak connect dan juga tekanan karena sudah nggak ada waktu lagi, sampai-sampai mahasiswa yang mau mendekat "diusir semua".

Nah bagaimana kalau paper-papernya pada diterima? (Aminnn Ya Allah, kabulkanlah doaku ini.....), pasti bakal bingung dan pasti nggak bisa pergi semuanya. Tapi akhirya kuputuskan, bingungnya nanti saja, kalau sudah diterima.... Sekarang,... lanjut nulis lagi..... yang "serius" dan juga yang "tidak serius"....

Malam ini lagi iseng nulis blog, nggak tau mau nulis apa pokoknya nulis aja, sambil dengerin lagu-lagu dari winamp. Dimulai dari Cakra Khan, Rumor, (ceritanya lagi suasana melankolis...), diikuti Geisha, Ada Band, Dewa 19 (masuk lagu-lagu anak band...), Bruno Mars, Jason Mraz (mulai bukan penyanyi lokal nih...), trus Super Junior, dilanjutkan tiba-tiba Siti Nurhaliza, Iyeth Bustami (lho.... emang tema lagu-lagu yang kupasang di winamp ini apa ya....hahaha...). Ya gitu deh orang yang selera musiknya kacau balau, hobi koleksi berbagai macam lagu-lagu mulai dari lagu Yuni Shara sampai Avril Lavigne.

Aplikasi winampnya plus minylirics supaya bisa ikutan nyanyi walau fals, padahal baru tadi siang pas ngisi isian form bakat, dengan komponen strength memiliki poin 0 sampai 5 dan weakness yang poinnya 0 sampai -5, tanpa ragu aku isi poin -5 pada kalimat "Bernyanyi didepan penonton".... hehehe...Eh lagunya "Let it Be" sekarang... #kan lagi nulis sambil ngedengerin winamp...

Sampai dimana tadi, oh ya soal nyanyi, berhubung judul artikel ini tidak jelas, maka sepertinya nggak dosa kalau temanya tiba-tiba belok ke tema lain. Baru disadari deh, mau cantik itu muahal dan syusah... Sudah seminggu ini pake produk N gara-gara hasutan Eka, enak sih make produknya walau sempat kaget saat dikasih rekomendasi dokternya supaya ganti semua kosmetik yang kupakai dan pakai seperangkat  produk mereka yang total harganya sampai 700 ribu (Kalau beli baju bisa dapat 2 atau 3 tergantung diskon dan kalau beli pecel lele bisa dapat 50 bungkus...). Bedak tabur, bedak compact, anti iritasi, krim pagi, krim malam, susu pembersih, toner, dan lain-lain.

Pake ini dulu, trus itu.... lanjut anu.... bla bla bla... si mas nya yang manis dan mukanya emang mulus nerangin... ah whateverlah, mana mungkin aku bisa menghapal tutorial pemakaian hampir 10 produk dalam sekali mengingat. Kuliah dulu saja mau kuis teori setengah mati ngapalin materi nggak masuk-masuk (lebih baik suruh aku ngerjain soal hitungan daripada menghapal)... "Ya deh, nanti kalau lupa bisa nelpon kesini kan?" kataku akhirnya diujung perbincangan yang membingungkan itu, "Ada kok cara pemakaiannya di brosur" jawabnya tak berdosa,.... ngomong kek dari tadi ujiannya open book bukan close book... Setelah pake, hasilnya emang lain dari yang biasanya, tapi sedih lagi tiap kali mikir kalau suatu saat produknya bakal habis dan harus beli lagi....#Sekarang lagu yang mengalun adalah "Back in Time"nya "The Moon that Embraces the Sun".

Ngomongin soal lagu-lagu si bulan yang meluk matahari, dengerin instrumennya jadi membayangkan serasa lagi nonton konser musik khas Korea... Iringan Biolanya keren.... Soal dramanya, nih drama satu-satunya yang bisa membuat my sister yang punya catatan reputasi tidak suka drakor jadi ikut-ikutan nonton dan malah semangat minta diterusin lanjut episode selanjutnya padahal sudah jam 12 malam dan sudah waktunya bobo.



Drama yang sukses bikin aku bergadang berhari-hari selain Meteor Garden tahun 2001 adalah Oh My Lady, You Are Beautiful dan ini nih The Moon that Embraces the Sun. Pulang kerumah sudah malam, tinggal tersisa beberapa jam lagi untuk hari itu sebelum berlayar ke pulau kapuk. Pilihannya saat sampe rumah adalah mandi, makan (tergantung lagi diet atau tidak hari itu...), sholat trus bobo kalau sudah tidak ada aktivitas lain, atau mandi+makan+sholat cepet-cepet trus lanjut nonton sampe larut baru bobo. Kalau episodenya 20, maka dengan estimasi waktu permalam bisa nonton 4 jam, maka artinya tamat nontonnya bisa 5 hari. (Duh kayak nggak ada kegiatan lain buat ngabisin waktu...)

Tapi itu hanya untuk drama-drama terpilih, yang tidak terpilih biasanya tidak selesai ditonton karena males sama ceritanya atau lebih baik baca sinopsis lengkapnya saja kalau malas nonton tapi penasaran. Ya atau nonton juga sih sampai tamat, tapi santai....., episode 1 nonton sekarang sisanya nanti deh kapan-kapan, bisa seminggu, sebulan atau setahun kemudian, tergantung mood....

Udah deh, capek nulis lari-lari kayak gini... btw lagu yang mengalun sekarang Don't Cry nya Guns N' Roses... "Don't you cry tonight",... "I still love you baby"..., "Don't you cry tonight"....


Baru balik dari outbond di Cisarua Bogor, hasil yang didapat adalah beberapa foto narsis, sekoper pakaian kotor, dan sepasang kaki yang pegel plus lecet. Perjalanan dari Palembang ke Jakarta naik pesawat trus dilanjutkan dengan bis kurang lebih 4 jam.

Sudah tau sih bakalan nginap dipuncak jadi bawa jaket dan baju tebal, tapi yang salah prediksi adalah alas kaki. Masih pengen tampil cantik, jadi bawanya wedges selama perjalanan + sepatu untuk acara outbondnya. Alhasil salah total, saat acara outbond, lupa pake kaos kaki, jadinya kaki pada lecet diajak naik turun tebing, loncat sana loncat sini dan lari-lari. Trus pagi hari kedua menyusuri sungai yang penuh bebatuan super licin yang artinya sepatunya harus dilepas dan nyeker kaki ayam menyusuri sungai sambil masih berusaha tidak terpeleset demi menghindari penampilan menjadi tidak lucu gara-gara kelelep terbawa arus sungai.



Acara outbond selesai lanjut mampir ke Kota Wisata Cibubur, alhamdulillah ketemu toko, barang yang pertama dibeli adalah sandal dan wedgesnya resmi masuk tas sepanjang sisa perjalanan sebelum menuju Palembang. Sempat juga mampir ke mangga dua, dan sungguh suatu keajaiban aku keluar dari sana dengan tidak membeli apa-apa, sementara teman-teman pada borong tas, baju dan yang sayang anak beli mainan. Kenapa aku tidak ikut gila-gilaan shopping, karena aku capek sekali dan mikirnya tidak mau terbebani dengan barang bawaan tambahan selain koperku yang sudah penuh dengan segala keperluanku selama outbond yang jumlahnya entah kenapa lebih banyak dibanding teman-temanku. Selama menemani teman-teman shopping, aku sibuk meyakinkan diriku sendiri, nih barang ada di Palembang, nggak usah beli daripada bakal bikin kakiku makin gempor bawainnya.



So... akhirnya balik ke Palembang, pesawatnya boarding jam setengah 8, jam 10 malam sampe di rumah. Tidur langsung meluk guling, kangen berat rasanya sama kasur tercintaku... bongkar koper ditunda besoknya saja, nggak peduli lagi sama koper yang isinya sepertinya lebih berat dibanding saat pergi, karena kebanyakan pakaian kotornya basah gara-gara kehujanan dan "ngoyok" di sungai....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...