Sebelumnya, tidak pernah terpikirkan olehku, bahwa akhirnya aku akan ke Jepang, negara dengan kekhasannya dan ternyata memiliki sejuta pesona. Memang Jepang termasuk dalam list negara yang ingin kukunjungi suatu saat nanti, tapi aku bukanlah tipe gila Jepang seperti beberapa orang yang kukenal, jadi niat ke Jepang itu ada tapi tidak mendesak. Tidak seperti Elsa yang memang menargetkan akan ke Jepang. Perjalananku ini bikin Elsa bete besar-besaran, karena dia bilang aku mencuri mimpinya dan dia tidak suka.... haha... ya udah... nanti akan dibawakan oleh-oleh khusus untuk hiburan... Tahun lalu aku baru ke Hong Kong, dan sebenarnya belum ada niat untuk lanjut ke negara lain yang lebih jauh selain Mekkah, maunya umroh dulu, tapiiii.... karena belum ada mahramnya jadi sepertinya susah untuk diwujudkan... hahaha... *cari alasan*

Kemudian dapatlah kabar dari Ayu, kalau Dilla mau ke Jepang, malah dia sudah beli tiket, rupanya ada orang yang lebih gila lagi dari aku di sekelilingku. Maka galaulah aku, kapan lagi punya teman untuk ke Jepang, nanti sudah ada niat malah nggak ada teman. So akhirnya aku putuskan aku akan ke Jepang tahun 2018 ini mumpung ada teman. Dilla sudah dapat tiket promo naik ANA dari Jakarta, kalau aku ikut rutenya, harganya saat itu sudah sangat mahal, maka artinya aku harus atur strategi lain. Pasporku habis Desember 2018, baru bisa buat yang baru, 6 bulan sebelum habis, karena sibuk terus baru bisa ngurus paspor bulan Agustus 2018. Saat sudah punya paspor, harga tiket sudah semakin mahal. Tiket Dilla dari Jakarta menuju Narita, aku sudah memutuskan akan lewat Kuala Lumpur, tapi setelah dilihat lagi, Air Asia destinasinya di Haneda bukan Narita. Karena aku tidak mau bingung sendirian di sana bagaimana ketemu dengan Dilla nanti dari Narita, akhirnya kuputuskan aku akan naik ANA juga, tapi tetap dari Kuala Lumpur. Akhirnya aku mencicip juga pesawat full service dan berangkat dari KLIA...

Karena ANA beroperasi dari KLIA, artinya aku harus pindah dari KLIA 2 sebabnya tahu kan, KLIA 2 adalah markas Air Asia dan pesawat dari Palembang ke Kuala Lumpur cuma ada Air Asia. Kuputuskan akan tidur di bandara saja, aku cukup berani menggelandang di bandara karena aku sudah pernah melakukannya saat dari Hong Kong. Pesawat dari Palembang sampai di Kuala Lumpur pagi, aku bisa explore Kuala Lumpur dulu, karena waktunya banyak sebelum lanjut ke Tokyo besok paginya. Yang sengsara adalah pulangnya nanti, karena sengaja milih jam berangkat dan pulang Kuala Lumpur ke Tokyo menyamai Dilla, jadwal pulang sampai di Kuala Lumpur jadinya tengah malam, sementara pesawat ke Palembang jam 6 pagi.... Kujadikan sebagai ujian keberanian untuk mengetes nyaliku pindah bandara sendirian tengah malam...

Selesai urusan tiket, lanjut persiapan selanjutnya yaitu mengurus visa. Agar bisa bebas visa, sebenarnya kan bisa mengurus e-paspor, tapi karena repot harus ke Jakarta mengurus e-paspor, biarlah aku tetap mengurus visa dengan paspor biasa. Selama visa belum ada, tentu saja kami belum berani beli JR pass dan keperluan lain-lain. Aku dan Dilla berencana memakai jasa travel agent untuk mengurus visa, sehingga tidak perlu ke Jakarta. Syarat mengurus visa Jepang yang harus kami penuhi adalah :
- Paspor yang masih berlaku minimal 7 bulan
- Pas foto background putih 4,5x4,5 sebanyak 2 lembar
- Surat sponsor dari perusahaan
- Fotokopi KTP dan KK
- Copy keuangan 3 bulan terakhir
- Print out tiket, dengan rute PP kembali ke Indonesia
- Jadwal perjalanan selama di Jepang, termasuk bukti booking hotel
- Mengisi formulir
Tidak boleh menggunakan staples untuk menyatukan dokumen, tapi gunakan klip. Mencetak semua dokumen harus di kertas A4.

Dari syarat di atas, tentu saja yang paling berat adalah tabungan. Rencananya kami akan mengurus visa awal Bulan November, sehingga dari Agustus tabungan sudah harus cukup. Kalau dari hasil browsing, kabarnya minimal saldo tabungan adalah 1 juta dikali berapa hari lama di Jepang, ada juga yang bilang minimal 15 juta. Tabungan ini juga harus mengendap, artinya tidak boleh yang tiba-tiba masuk banyak. Intinya dalam mengurus visa ini harus banyak-banyak berdoa, tapi aku yakin kalau semua syarat cukup dan memang bisa diperlihatkan semua dokumen pendukung, Insya Allah visa kami akan di approve.

Untuk hotel, kami memesan total 3 hotel. Kota yang akan kami kunjungi adalah Tokyo dan Kyoto. Tokyo untuk wisata kota, dan Kyoto untuk daerah yang lebih tradisional. Hotel pertama kami dapat di daerah Ueno, yaitu Hotel New Tohoku selama 3 malam, lanjut hotel di Kyoto yaitu Stay Inn Koto yang kamarnya bergaya Jepang dengan tempat tidur futon supaya semakin maksimal lah ke alay an kami merasakan menginap di Jepang. Hotel ketiga kembali ke Tokyo, tapi karena sudah tahun baru, susah nyari hotelnya dengan budget yang kami siapkan, Hotel New Tohoku sudah penuh pada tanggal yang kami pilih, sehingga kami pindah ke Asakusa dapatnya & and Hostel Asakusa Station. Walaupun hostel, tapi kami tetap memilih kamar privat double bed dengan sharing kamar mandi. Prinsipku cari hotel harus yang strategis, mudah dicapai dan terletak di lokasi di mana cari makan atau apapun mudah.

Setelah urusan hotel selesai dan semua syarat cukup, akhirnya Bulan November kami menyerahkan berkas kami ke travel agent untuk diurus pengajuan visa kami. Selama menunggu, tentu saja cemas takut kalau ditolak, artinya sia-sialah tiket yang sudah kami beli, sementara untuk hotel baru satu yang dibayar, dua lagi baru booking dengan pembayaran beberapa hari sebelum menginap dari Agoda, jadi tetap lumayan juga uang yang hilang kalau kami sial visa ditolak.

Suatu hari di akhir Bulan November saat aku lagi nunggu untuk masuk bioskop mau nonton film Venom, dapat telpon yang mangabarkan kabar baik, kalau visa kami sudah selesai dan diterima... horeee... *loncat dari genteng* buru-buru aku telpon Dilla, dan baguslah mood ku hari itu... Alhamdulillah ya Allah, karena aku termasuk orang yang beruntung.... hehe...

Persiapan selanjutnya adalah mengurus hana hini yang lumayan banyak. Dimulai dengan beli JR pass seharga 3,5 juta, ini sudah termasuk kereta jalur JR di Tokyo dan Kyoto, Narita Express ke Narita saat pulang, dan Shinkansen PP Tokyo ke Kyoto. Kemudian karena kami hitungannya 8 hari di sana, sedangkan JR pass kami seminggu, maka diputuskan 1 hari tidak menggunakan JR pass, yaitu pada hari pertama. Kami akan menggunakan Keisei Skyliner untuk transportasi dari Narita ke Ueno. Baik JR pass maupun Keisei Skyliner semuanya beli dari Klook. Selain itu juga dibutuhkan kartu lain, karena salah satu hotel kami di Asakusa yang tidak dilewati kereta JR, maka kami akan membeli kartu Suica. Di Malaysia nanti aku berencana akan ke Bukit Bintang, maka aku juga beli dari Klook tiket PP kereta KLIA Express ke KL Sentral. Sementara untuk pindah bandara KLIA 2 ke KLIA aku akan menggunakan free shuttle bus.

Transportasi sudah, lanjut jaringan internet. Karena pesawat kami sampai ke Narita hanya beda beberapa menit, kami berencana akan saling mencari sebelum sama-sama masuk ke Imigrasi. Karena yah takutnya Imigrasi nanti ada kendala. Karena ketakutan terbesar saat masuk ke negara orang tentu saja adalah saat masuk imigrasi. Apalagi Dilla baru pertama kali keluar negri. Maka untuk itu kami butuh saluran komunikasi secepatnya, dan dipilihlah roaming telkomsel dengan paket promo Asia Australia seharga Rp 425.000,- untuk sebulan, karena kami di sana lebih dari seminggu, dan aku bisa sekalian pake juga di Malaysia.

Trus apa lagi yaaa....., banyak ternyata... Desember di Jepang adalah musim dingin, artinya harus siap-siap pakaiannya. Beli coats, sarung tangan, syal, topi kupluk dan boots. Tidak lupa juga disiapkan tas tambahan, karena pulangnya pasti bawaan bakal jadi bengkak. Untuk bagasi aku sudah beli 25 kg untuk perjalanan PP Palembang Kuala Lumpur, sementara untuk ANA dapat jatah 23 kg bagasi, cukuplah untuk ngangkut pakaian dan seabrek oleh-oleh untuk warga kampung... eh maksudnya keluarga dan teman yang mendoakan supaya aku selamat pulangnya. Upgrade pengetahuan juga harus dilakukan, riset dengan browsing segala informasi mengenai tempat wisata, lokasi hotel, sampai ke makanan halal karena nggak mau jadi langsing terpaksa gara-gara nggak makan dan capek. Kalau nggak ingat kapasitas bagasi, aku bakal bawa banyak bekal, tapi karena koper sudah tidak muat lagi, jadi terpaksa bawa makanan cuma sedikit, beberapa pop mie, sereal sachet dan kopi. Untuk urusan komunikasi, orang Jepang katanya sedikit yang bisa Bahasa Inggris, tapi karena Dilla bisa Bahasa Jepang sedikit-sedikit maka aku tetap percaya diri untuk urusan komunikasi kami selama di sana.

Di Tokyo rencananya kami akan ke Ueno Park, Shinjuku, Harajuku, Shibuya, Ebisu, Tokyo Tower, Akihabara, Kaminarimon di Asakusa dan Ginza. Kalau sempat juga, pengen mengunjungi musium Doraemon dan Gunung Fuji. Sementara di Kyoto, tentu saja tempat teratas yang harus dikunjungi dari list kami adalah Fushimi Inari, kemudian Arashiyama dan Gion. Kalau masih punya waktu juga pengen ke Nara atau Osaka. Tapi sayang karena Dilla bukan Harry Potter mania, maka usul gila dan mahalku untuk ke Universal Studio dan melihat Hogwart jadinya batal. Dan seperti biasa, rencana boleh banyak, nanti kenyataannya kita lihat saja tempat mana yang berhasil didatangi dan yang mana yang terpaksa dilewatkan... Penyebabnya bisa karena sudah capek, tidak punya waktu lagi, dan yang paling logis, yaitu sudah bokek berat.... hahaha...

Untuk urusan tukar duit, ternyata susah cari Yen di Palembang, butuh waktu untuk mendapatkannya. Setelah kami menukar dollar US, eh kemudian baru ketemu. Tapi okelah nggak apa-apa, yang penting pegangan sudah ada. Yen yang didapat adalah pecahan 10.000 JPY dengan kurs 1 JPY, 133 IDR... luar biasa emang, dengan modal beberapa lembar saja, aku berani pamit sama orang rumah ke Jepang, ketemu Doraemon untuk meminjam mesin waktu,..... seperti kata keponakanku kalau ditanya kalau ke Jepang bakal ngapain.... *mulai gila*

Awal Desember, tiba-tiba dapat kabar, kalau liburan bukan dari tanggal 24 Desember sampai 2 Januari,.... tapi.... sampai 6 Januari..... whattt.... itu artinya aku bakal punya waktu lebih di rumah setelah pulang nanti. Jadi mau ngapain aku di rumah selama libur, pilihannya adalah, bersih-bersih rumah, tidur seharian, atauuuu kahhhh.... extend tiket memperpanjang libur... Dan ternyata mumpung sudah gila aku pilih opsi ketiga. Tapiiii karena tiket ANA tidak bisa diganti hari, maka aku tetap tidak bisa lama-lama di Jepang, kuputuskan akan ke Brunei saja, karena aku juga pengen ke sana. Perjalanan tambahan ini bakal kulakukan sendirian, karena Dilla tidak mau. Jadi saudara-saudara, perjalanan ke Brunei akan kulakukan secara solo travelling.

Tidak banyak persiapan ke Brunei, karena tentu saja mengunjungi Brunei tidak seribet ke Jepang. Aku beli tiket PP ke Brunei dari Kuala Lumpur, dan kemudian beli lagi tiket pulang ke Palembang tanggal 5 Januari. Sengaja tidak beli bagasi, karena koper berat akan kutitip di KLIA 2 saja. Untuk hotel, aku pilih Jubilee Hotel, karena ada service antar jemput bandara ke hotel, karena aku nggak mau ribet masalah transportasi. Di Brunei pun aku akan mengunjungi beberapa tempat saja dengan jalan kaki, karena sangat dekat dengan hotel. Yaitu Masjid Sultan Omar Ali Saefuddien, Yayasan Sultan Haji Hassanal Bolkiah yang merupakan mall, Pasar Kianggeh dan Royal Regalia Museum.

Okehhh.... itulah semua cerita persiapan keberangkatan liburanku akhir Tahun 2018. Selanjutnya adalah kisah perjalanannya yang akan memakan waktu hampir dua minggu, dengan rincian 5 malam di Tokyo, 2 malam di Kyoto, 2 malam di Brunei dan 3 malam di bandara.... hahaha... Saatnya melanjutkan kisah jilbab travelerku....

Hari H tanggal 24 Desember 2018 aku diantar sampai ke stasiun LRT Polresta. Baru kali ini aku naik LRT dengan tujuan yang jelas, yaitu ke Bandara. Pesawatku bakal berangkat jam 7 pagi, dan aku mengejar LRT jam 4.37 supaya tidak telat. Subuh pun akhirnya di stasiun LRT karena tidak mau telat. Perjalanan ke bandara kurang lebih 1 jam, Palembang masih gelap saat aku lewat dan say goodbye hehe.... Ada dua yang bakal kukangeni selama aku liburan, yaitu kucing-kucingku dan si oren... Jadi aku titip pesan ke Elsa, supaya kucing-kucing rajin di kasih makan, dan si oren di panasi beberapa kali agar tidak mogok... Satu yang lupa dititip, yaitu bunga-bunga disiram... pas pulangnya beberapa sudah layu dan ada yang mati... sedih deh...

Stasiun LRT Polresta


Balik lagi ke perjalanan ke bandara. LRT karena jadwal pertama Subuh masih sepi, isinya hanya beberapa orang saja. Sampai di bandara juga masih lumayan gelap. Counter check in untuk Air Asia ada tiga, tapi dua sudah dipenuhi jemaah umroh, jadi aku antri di satu-satunya counter yang tersisa. Selesai urusan check in dan bagasi, aku melewati imigrasi, kali ini mbaknya bilang "Habis ke Malaysia lanjut Jepang ya" katanya setelah melihat visa di pasporku dan ngasih stempel, dan kubalas dengan senyuman sumringah... Habis urusan imigrasi, aku gabung dengan penumpang lain di ruang tunggu. Seperti biasa selalu banyak jemaah umroh, duh kapan ya aku juga umroh... semoga segera dibukakan jalannya ya Allah... amin... Tak lama menunggu pesawatnya datang dan berangkatlah aku ke Malaysia....

Pesawat Air Asia lagi parkir


Perjalanan di pesawat tidak terasa, karena aku dapat penumpang disebelah, ibu-ibu yang juga dosen dan sangat ramah. Saking asyiknya ngobrol sudah seperti kenal lama, awalnya saling panggil ibu, lanjut jadi ayuk (kakak dalam bahasa Palembang) dan adek.... Ayukku itu... Hehe... Suaminya kerja di Kuala Lumpur, sementara dia dosen di Indonesia, anaknya 2, yang bungsu sama dia masih SMA sementara yang sulung ikut ayahnya kuliah di Kuala Lumpur... Aku ditawari ke rumahnya di Kuala Lumpur, tapi sayang sekali nggak bisa kuterima karena jadwalku mepet di Kuala Lumpur. Aku cerita kalau aku hanya transit sehari di sana, dan bakal lanjut ke Jepang... Pembicaraan asyik itu akhirnya ditutup dengan saling kasih nomor kontak masing-masing dan beliau janji mau carikan aku jodoh kalau ada... Hahaha... Thanks ayukku...

Saat mendarat dan masuk imigrasi aku pamitan sama ayuk baruku, dan mungkin karena aku tidak mempedulikan petugas imigrasi di hadapannku karena sibuk dadah dadah, aku jadi kena semprot si petugas bete yang sok ganteng itu... Imigrasi saat itu sepi, tapi tetep si petugas bawaannya sewot, karena aku lemot nanggapi dia ngomong apa tadinya, terus dia ngomong "taruh jari, tidak usah lihat saya" ini tentu saja menggunakan bahasa Melayu, dan diucapkan penuh rasa geer... Ihhh... Untung saja urusan imigrasi tidak lama setelah aku tunjukkan tiket keluar Malaysia yang ngasih tau kalau aku transit di sana....

Kemudian langkah selanjutnya aku mencari angkutan untuk pindah ke KLIA, rencananya koper mau dititip dulu, baru aku ke Bukit Bintang. Naik free shuttle bus tiap 10 menit sekali, posisinya ada di Level 1 Ground Transportation Hub bus, Bay A10. Kalau tidak naik ini, opsi lainnya adalah KLIA express, tapi berbayar. Rute shuttle bus menuju KLIA adalah : KLIA 2 - LTCP - KLIA. Kalau pulangnya nanti tidak lewat LTCP, yang semacam terminal untuk ganti bus lain.

Tempat tunggu shuttle bus


Sampai di KLIA aku celingak celinguk, karena baru kali ini ke sana. Aku harus mulai mengenal bandara KLIA karena aku bakal bermalam di sini sebelum berangkat ke Tokyo besok. Untuk penitipan koper ada di Luggage Services, Main Terminal Building, Level 3, posisinya ada di ujung. Untuk koperku termasuk yang besar dengan cas harga 38 MYR selama 1 hari. Setelah meletakkan koper sekarang menuju lift untuk ke KLIA express Level 1.

Stasiun KLIA express di KLIA


Untuk masuk, cukup scan barcode yang dikirim oleh klook, pulangnya nanti menggunakan barcode yang berbeda. Perjalanan menuju KL Sentral ditempuh kurang lebih sejam. Keretanya cepat, bagus dan bersih. Sesampainya di KL Sentral, nanya ke bagian informasi di mana stasiun Muzium Negara yang merupakan stasiun MRT di KL Sentral untuk menuju ke Bukit Bintang. Ada banyak cara menuju ke Bukit Bintang, bisa MRT juga monorel. Tapi aku lagi pengen mencoba MRT, karena masih baru, saat aku ke Bukit Bintang tahun 2015, proyek MRT masih jalan, dan sekarang sudah selesai. Tiket sekali jalan ke Bukit Bintang berbentuk koin plastik berwarna biru dengan tulisan rapidkl. Suasananya kurang lebih sama seperti Singapura, tapi agak lebih sepi. Saat mau beli tiket itu, aku dibantu petugas di sana karena bego menghadapi mesinnya.

Tiket MRT Kuala Lumpur


Interior MRT


Suasana Bukit Bintang, rel monorel dan stasiun MRT


Sampai di Bukit Bintang tentu saja ada banyak pintu keluar, aku memilih yang menuju ke Pavilion. Terus ngapain aku ke Bukit Bintang, alasannya sangattt penting... yaitu beli eyeliner Sephora... Karena aku kepalang suka pake produk mereka. Selama ini susah nyari yang sama, ada juga eyeliner NYX tapi suka habis stok, emang aku yang setia, atau memang nggak mengikuti tren terserahlah.. Pokoknya kepalang di Kuala Lumpur, aku mau mampir beli Sephora dulu. Masuk ke sana kalau tidak menahan diri, bisa jadi bokek mendadak. Aku cuma bawa uang Ringgit seadanya, jadi berusaha tidak over budget selama di sana. Berapa eye liner yang kubeli, jumlahnya 3 hahaha... cukuplah stok untuk beberapa bulan.... Di Sephora dikasih kartu beauty pass yang entah gunanya apa dan diminta email. Supaya jangan banyak penglihatan aku segera cabut dari sana menuju Vinci. Ini ibaratnya keluar sarang singa masuk sarang buaya. Di Vinci pun melatih mata supaya sopan, agar tidak bablas beli sendal dan sepatu yang bakal semakin memberatkan bagasiku. Aku ke Vinci karena Dilla ngebet pengen beli jam tangan. Foto sana foto sini, kirim gambarnya ke Dilla, yang masih malas-malasan di rumah karena pesawatnya ke Jakarta baru take off malam hari. Akhirnya setelah Dilla menjatuhkan pilihan jam tangan, aku selesaikan proses pembayaran dan ngebut ke KL Sentral karena mau sholat dan lafarrr... Kali ini aku pakai monorel, dan kemudian menyesal karena super ramai... Beli tiketnya juga di mesin, dan yang kudapat sama bentuknya seperti koin plastik MRT. Sepertinya moda transportasinya memang sudah terintegrasi. Saat naik menuju perhentian kereta, suasana sudah gerah, orangnya buanyak... kepikir mau ganti MRT lagi, tapi malas mau naik turun tangga, ya sudah akhirnya nekat tetap naik monorel. Saat sudah naik monorel semakin tersiksa, karena terlalu banyak orang. Aku berdiri di depan dan pemandangan yang kulihat adalah rel monorelnya yang sebenarnya cukup ekstrim bagiku... duh jadi kangen LRT Palembang hehe... Suasana semakin bikin bete, karena Dilla ngajak video call... dengan posisi dia tiduran di rumah sementara aku kejepit diantara orang-orang... Yo wes lah... demi eye liner semua ini harus kujalani... Sampai di KL Sentral pusing-pusing yang memang bikin pusing beneran nyari tempat makan. Ketemu tempat yang jual yong tau fu, tapi kali ini pake nasi, karena aku capek dan laper berat... Selesai sholat yang dijamak, sebelum menjelang malam, aku balik lagi naik KLIA express menuju KLIA.

Yong Tau Fu KL Sentral


Di KLIA aku memutuskan belum akan mengambil koper, jadi jalan-jalan dulu, turun naik lantai menghapal tempat dan kalau bisa cari kenalan ya cari kenalan... tapi siapa... kayaknya nggak ada deh... Satu yang penting harus kucari adalah spot untuk tidur. Di Mushola sudah ada tulisan yang sangat jelas kalau tidak boleh tidur, spot kosong sebenarnya banyak, tapi menurutku bagus untuk cowok, dan tidak akan nyaman untukku. Aku menemukan tempat di ujung yang merupakan tempat semacam anjungan untuk pengantar melihat pesawat, cuma sepertinya bakal sepi kalau malam, dan aku tidak berani kalau mau tidur di sana. Sebenarnya bandara KLIA sudah menyediakan kursi tanpa lengan yang bisa dipakai buat tidur, tinggal mencari lokasinya. Cuma aku tidak menemukan kamar mandi dengan shower di sana, tidak seperti di KLIA 2. Sambil menghabiskan waktu, aku duduk di anjungan pengantar dengan pemandangan pesawat-pesawat dan lintasan kereta yang hilir mudik, ternyata itu adalah lintasan kereta aero train yang membawa calon penumpang dari gedung terminal ke gate masing-masing, karena gedung terminal berbeda dengan gate tunggu penumpang.

Lintasan aero train dilihat dari anjungan pengantar


Setelah mati gaya menghabiskan waktu, sudah makan, sudah sholat tidak mandi... aku siap-siap tidur setelah sebelumnya mengambil koper di penitipan. Kuputuskan tidur di bangku panjang dekat KFC dengan pemandangan atap yang tinggi dan plasma besar berisi jadwal di depanku. Kursi-kursi lain sudah penuh dibooking orang, dan aku beruntung dapat kursi yang lumayan di belakang dan tersembunyi.

Makan malam 15 MYR


Jadwal pesawat


Tempat tidurku


Berhasil tidur sebentar, atau lebih tepatnya tidur ayam, sambil tetap saling kasih kabar ke Dilla. Dia sudah boarding dari Palembang dan juga tidur di Soekarno Hatta. Pesawat kami sampainya ke Tokyo besok hanya selisih beberapa menit. Kalau untuk take offnya, pesawat Dilla lebih dulu 40 menit. Tapi kalau lihat di peta, Kuala Lumpur tentu saja lebih dekat ke Tokyo, jadi kami bisa sampai bareng. Subuh-subuh sempat dapat email kalau pembayaran hotel kami di Kyoto bermasalah, tapi untung bisa segera diatasi setelah berkoordinasi dengan Dilla. Jam 3 Subuh aku terbangun dan tidak bisa tidur lagi, kuputuskan sebaiknya aku tahajud dulu di Mushola, kemudian bersih-bersih sedikit, ganti baju dan dandan sebelum check in. Di toilet ketemu cewek cantik keturunan arab yang membawa alat pengering rambut, dia mengucapkan sesuatu yang sangat tidak kumengerti. Tapi karena dia bicara sambil menggerakkan benda ditangannya seolah mencolok sesuatu jadi saia mengerti, dia mencari colokan listrik. Celingak celinguk nyari colokan, akhirnya aku bilang aku juga tidak tahu dan coba tanya petugasnya. Aku tentu saja tidak merekomendasikan dia mencabut pengering untuk tangan, karena itu adalah ide Mr.Bean...

Counter check in ANA di KLIA baru buka jam 5, jadi aku duduk-duduk dulu dekat rombongan umroh yang sudah duluan booking tempat di depan counter check in. Setelah akhirnya bisa check in dan aku terbebas dari koperku yang maha berat, aku melewati imigrasi, naik aero train menuju gateku.... Tokyo aku datang...

Lanjut Part 2

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...