Hari ini adalah waktunya menggelandang.... waktu check out jam 11 pagi, tapi pesawat baru boarding jam 6 sore. Jadi ke mana sisa waktunya. Sepertinya bakal ke Masjid. Sampai di Kuala Lumpur sekitar jam 9 malam atau lebih, belum urusan imigrasi dan ambil bagasi, entah jam berapa selesainya, jadi kami memutuskan menginap di Bandara, karena pesawat ke Palembang jam 7 pagi, jam 4 subuh sudah harus check in dan masuk imigrasi lagi. Kami sudah mengamati sebelumnya pada saat datang waktu itu, kami akan tidur di Mushola lantai 2 dekat keberangkatan.

Jam 10 lewat kami check out, pamit sama Mrs. Roweina dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya, kami akan kembali lagi ke sana jika suatu saat ke Hong Kong lagi. Rencananya mau beli makan siang bungkus saja, sholat di Masjid baru ke bandara. Perjalanan ke Masjid kami melewati MTR Tsim Sha Tsui exit A1 dimana banyak mbak mbak dari Indonesia yang masih menikmati libur tanggal merah 1 Januari dengan berjualan makanan di samping Masjid. Aku membeli nasi ayam dengan lalapan murah sekali (dibanding harga di Hong Kong), seharga 20 HKD ditambah ketan hitam. Makannya pake tangan tapi dikasih sarung tangan plastik. Ternyata di Masjid sangat ramai, karena ada pengajian, banyak juga mbak-mbak yang makan siang di sana, maka bergabunglah kami di sana bersama mereka, tapi makannya di luar.

Perlengkapan mau makan


Saking ramenya Masjid, di dalam dan lantai 2, aku nggak kebagian tempat sholat, jadi nyempil sama mbak-mbak lain di dekat tangga. Sudah nggak sempat lagi kalau mau cerita-cerita di sana, karena kami sudah harus cusss ke bandara. Aku orangnya agak malas berkenalan dengan orang di jalan, hanya seperlunya saja, beda sama MS yang super ramah yang ketemu orang, orang bisa langsung curhat. Ini saja saat mau pulang MS masih asyik cerita sampai foto bersama dengan salah satu mbak di sana. Aku juga foto-foto, tapi sendirian... haha..

Depan Masjid Kowloon


Kalau di Macau kami selalu naik bis, maka di Hong Kong ini kami punya rekor, yaitu tidak pernah naik mobil, ke mana-mana naik MTR. Jam 1 lewat kami menyeret koper yang berat dari pintu A1 dengan tujuan central. Dari central pindah ke stasiun Hong Kong kali ini beda seperti kemarin, ganti jalur hijau menuju airport.

Di sana sebenarnya ada fasilitas check in in town, tapiiii antriannya super panjang dan tidak kulihat counter Air Asia. Daripada capek-capek dan tidak bisa, kami memutuskan langsung membawa koper saja, pasti di kereta ada tempat khusus, kan kereta spesial ke bandara. Scan kartu octopus untuk naik kereta, saldoku berkurang sekitar 100 an dollar, (lupa saldo sebelumnya). Sisanya jadi 70 an dollar dengan deposit 50 HKD yang nanti akan ditukar di bandara. Begitu melihat keretanya baru tau kenapa mahal. Keretanya lebih bagus dengan tempat duduk 4 seperti gaya gerbong first class MTR waktu kami ke Shen Zhen. Ada juga tempat khusus untuk meletakkan koper.

Waktunya berangkat, kereta ngebut dan hanya berhenti 2 kali sebelum tiba di airport. Pas sampai, begitu pintu kereta terbuka sudah berjejer troli yang bisa dipakai dan counter tempat untuk menukar kartu octopus.

Di Airport Express


Stasiun MTR di Bandara Hong Kong International Airport


Bandaranya...


Setelah menukar kartu octopus kami masuk ke bandara. Belum bisa check in karena kami kecepatan datangnya. Jadi nimbang koper dulu dan menyusun barang yang masih bisa masuk jatah ke koper. Kemudian jalan-jalan di sekitar bandara. Di sana juga ada toko merchandise asli Disneyland yang harganya sama.... tapiii... sudah bokek berat... nggak mampu lagi princess mau beli-beli lagi barang di sana... hahaha....

Tak lama counter Air Asia buka, maka check in lah kami untuk mengurangi bawaan koper yang berat. Masalahnya setelah itu di mana gate 215. Bandara Hong Kong itu luas dan besar sekali.... Sepertinya lebih besar dibanding Soekarno Hatta dan Suvarnabhumi Airport. Memang selain boarding pass, kami juga mendapat petanya, tapi petanya lurus-lurus saja dengan estimasi waktu jalan kaki, sementara aslinya jalannya kan belok belok dan naik turun lantai. Kami ada di terminal 1 dan harus menuju ke terminal 2 (terbalik nggak ya,... lupa saat nulis ini). Ada sih petunjuknya tapi masih bingung juga, maka jurus terakhir tentu saja adalah nanya... belok sana belok sini naik lift.... turun lagi.... pusing.... mau masuk Imigrasi terbagi dua ada yang south satu lagi north, entah apa bedanya.... kami masuk yang south. Alhamdulillah di Imigrasi nggak ada masalah, baru keluar ada lagi cewek yang mau survey dan langsung kutolak dengan manis sambil mengucapkan terima kasih.... *capek jadi korban nara sumber hahaha...*.

Di Bandara makan lagi saudara-saudara... seolah-olah sudah sebulan tidak makan... cuma cemilan sih sebenarnya, di Popeyes yang halal dekat pintu keluar Imigrasi. Selesai nyemil cantik lanjut nyari gate 215 lagi. Belok-belok dan naik turun lagi akhirnya kami ketemu tempat seperti stasiun MTR.... Whatttt mau ke gate nya naik kereta lagi... Si petugas ngasih tau jumlahnya dua stasiun untuk ke gate 215 untuk orang norak yang nanya ke dia yaitu aku... Besar banget nih HKIA... sampe-sampe mau ke gatenya saja naik kereta. Sepertinya aku memang harus explore Eropa supaya kenorakanku berkurang dan mata terbuka lebar *nabung sisa dollar*.

Menu di Popeyes


Menuju gate 215


Hore ketemu...


Menunggu pesawat...


Saat nunggu mau boarding aku sebenarnya sudah sangat lelah, tapi MS asyik bercerita sama satu mbak dari Indonesia yang bercerita pengalamannya di sana dan bisa Bahasa Mandarin dengan lancar. Dia juga mau pulang ke Jakarta via Kuala Lumpur. Jam 6 pesawat berangkat, bye bye Hong Kong, aku nanti kapan-kapan balik lagi....

Makan lagi di pesawat...


Pesawatnya terbang dengan pemandangan di jendela samping kirinya adalah Bulan Purnama, cantik sekali.... 3 Jam lebih baru sampai di Kuala Lumpur. Saat mau mendarat dari jendela pesawat terlihat jelas Petronas dengan lampu-lampunya yang terang... Padahal dalam rencana perjalananku kali ini Kuala Lumpur hanyalah benar-benar tempat transit, tapi ternyata aku memang ditakdirkan harus melihat Petronas tiap kali ke sini... he he... Setelah mendarat, keajaiban terjadi... aku masuk imigrasi Malaysia tanpa antri... oh begini toh kalau sampainya larut malam... saingannya dikit... Ambil koper dan menuju Mushola di keberangkatan untuk istirahat dan sholat.

Baru kali ini aku tidur di Bandara, dan aku susah tidur... dari jam 1 aku tidur cuma dua jam dan terbangun jam 3 nggak bisa tidur lagi. Ya sudah jadinya siap-siap mau check in, ganti baju (nggak pake mandi) cuma cuci muka, gosok gigi dan pake parfum banyak-banyak, kemudian dandan dikit. Pesawat MS ke Pekanbaru jaraknya 3 jam dari pesawatku  ke Palembang jadi dia masih santai. Jam 4 kami keluar dan aku check in kemudian sarapan kemalaman eh kepagian di Bumbu Desa.

Makan di tempat favoritku di Bandara KLIA 2


Selesai makan, aku berpamitan sama MS, soalnya aku harus masuk duluan dia masih nunggu waktu check in yang masih lama, Gate ku ada di Q12 dan itu jauh jalan kakinya. Masuk imigrasi aku sudah sendirian, kemudian jalan ke sana, jauhhhh... harus melewati skybridge ke sana dan ternyata saudara-saudara... setiba di sana gate ku diganti bukan di Q12 tapi L22.... dimana itu... di sana tadi yang belokan dekat imigrasi, dekat gate ku ke Macau beberapa hari lalu dan melewati skybridge lagi... aku jalan balik lagi melewati skybridge seperti setrikaan*jalan sambil ngos ngosan*...

Sampai di L22 ketemu lagi sama ibu bapak saudara-saudara setanah air yang baru pulang umroh. Sholat Subuh juga ramai sekali di surau di depan gate L5. Selesai urusan tinggal menunggu waktu boarding. Pesawat baru terbang jam 7 lewat saat Matahari sudah muncul sampai di Palembang jam 8 pagi lewat sedikit. Kabar gembiranya untukku kalau pas pergi dari Palembang aku tidak melihat pembangunan rel LRT... pulang ini kelihatan jelas semuanya... Hahaha... Sampai Jembatan Ampera dan Musi VI pun kelihatan...

Palembang aku datang...


Di Imigrasi Palembang aku ditanya-tanya mau ngapain di sini, aduh pertanyaan aneh, Pasporku hijau... lah aku orang sini, kerja, hidup dan tinggal di sini... Kok ditanya gitu.  Yo wes lah mereka hanya menjalankan tugas. Selesai urusan ambil bagasi dan imigrasi aku pulang ke rumah dengan sekoper pakaian kotor dan badan luar biasa capek.

Kesimpulannya dari perjalananku ini adalah bahwa Macau lebih unik dengan peninggalan Portugisnya, sementara Hong Kong adalah negara modern dengan orang-orangnya yang berjalan sangat cepat seperti Singapura tapi lebih luas, besar dan agak crowded di beberapa tempat... he he... untuk biaya aku menghabiskan 5 juta untuk tiket, 2 juta lebih untuk penginapan dan 7 juta untuk uang selama di sana...

Kembali part 7

Jadwal hari ini ada tiga tempat, yaitu Disneyland, Victoria Park dan Ladies Market di Mong Kok untuk belanja. Naik MTR lagi menuju Central kemudian pindah ke stasiun Hong Kong. Dari sini juga besok kami pulang mau ke bandara naik MTR menuju airport, tapi ongkosnya agak mahal, untuk ke sana 100 HKD, maka aku top up lagi saldo octopus untuk besok. Orang-orang di Hong Kong jalannya super cepat, di stasiun MTR seperti biasa super ramai. Karena hari ini hari libur Minggu, banyak ketemu mbak-mbak dari Indonesia yang bekerja di Hong Kong. Ramainya juga terlebih mungkin karena malam ini malam tahun baru.

Dari stasiun Hong Kong lanjut jalur orange menuju Tung Chung kemudian stop di sunny bay pindah jalur khusus berwarna pink menuju Disneyland Resort yang keretanya juga spesial karena jendelanya kepala Mickey Mouse. Jika Tsim Sha Tsui dan Ladies Market ada di Kowloon, The Peak dan Victoria Park di Hong Kong Island, maka Disneyland ada di Lantau Island, sementara Airport ada di pulau lain lagi dekat Lantau Island.

Pegangan tangan di keretanya pun Mickey


Sesampainya di stasiun Disneyland suasananya beda, sangat menyenangkan... kalau bawa anak-anak alamat nggak mau pulang... Pas masuk gerbangnya sudah terdengar musik-musik lagu khas Disney. Kami melewati gerbang sampai ke pintu masuk yang sebenarnya.

Gerbang Disneyland Hong Kong... dari depan



Nah yang ini dari dalam...


Sama lampu Donald Duck


Kiki dan Koko... atau Chip and Dale


Air mancur...


Di luar saja sudah bagus apalagi masuk ke dalam... sebenarnya MS mau masuk, tapi aku nggak mau. Lebih baik uangnya dibelikan oleh-oleh. Lain halnya ya kalau bawa anak-anak, aku pasti masuk berapapun tiketnya. Anak-anak yang datang benar-benar total dandanannya, sudah pakai baju ala ala princess lengkap dengan propertinya. Untuk menghibur diri dan membawa bukti kalau kami memang ke Disneyland, kami beli merchandise aslinya saja. Aku beli gantungan kunci lucu Elsa dan Anna, ditambah Thor dan Kapten Amerika. Diskonnya 20%, harga tergantung kode warna pada gantungan kuncinya. Yang warna kuning 78 HKD, yang ungu 88 HKD, yang coklat 98 HKD dan yang abu-abu 138 HKD.

Harga gantungan kunci


Lucu ya...


Kejutan..., pas kami sudah mau pulang ketemu lagi sama keluarga yang kemarin sama-sama antri mau naik Peak Tram. Jadi kami akhirnya tukaran kontak, dan si ibu ngajak sama-sama kalau lain kali mau tur ke Korea... Ha ha ha... iya bu nanti suatu hari deh... Dan setelah ketemu si ibu dan keluarganya aku mengambil kesimpulan bahwa orang Indonesia itu kalau ke Hong Kong tujuan wisatanya sama.

Stasiun Hogwarts eh Disneyland...


Fotonya sengaja nunggu kereta datang


Hore pulangnya kereta kosong...


Lanjut ke Victoria Park karena katanya banyak orang Indonesia yang main ke sana kalau Hari Minggu. Naik MTR balik lagi ke Central ganti jalur biru arah Chai Wan kemudian stop di Tin Hau keluar exit A2. Di sana memang banyak orang Indonesia dan rame karena sepertinya lagi ada acara. Orang-orang juga banyak yang datang hanya untuk sekedar duduk-duduk atau olahraga. Kami nggak lama di sana karena udah siang dan masih mau belanja di Mong Kok.

Victoria Park


Menuju Mong Kok balik ke Central lagi ganti jalur merah arah Tsuen Wan dan stop di Mong Kok. keluar exit E2 dan langsung ngerasa seperti di China Town Singapura. Shopping time... beli semua... gantungan kunci... magnet kulkas, tas-tas, kaos dan kemudian istighfar bagasi cuma 20 kg+7 kg.

Pulangnya makan di Ziafat lagi soalnya males nyari yang lain, Nasi Briyani lagi.... tapi si mbak libur, jadi cuma ketemu sama pemiliknya saja. Di Tsim Sha Tsui masih jalan-jalan ke Sogo sekedar beli dompet Guess. Jalanan tahun baru di Tsim Sha Tsui super ramai... Jalanan sudah orang semua, mobil nggak boleh lewat. Sama seperti saat di Phuket dan Bali, jalanan dikuasai manusia. Aku memutuskan nggak mau lihat kembang api yang sepertinya banyak dilihat di sekitar tepi laut dekat Garden of Stars karena sudah super capek dan udaranya superrr dinginnn... Lagian besok sudah mau pulang, kami butuh istirahat, kasihan badan tiap hari dipakei couterpain dan koyo salonpas.

Malam tahun baru 2018 di Tsim Sha Tsui


Sampe di hotel beres-beres, packing bawaan dan menyiapkan tas khusus kira-kira seberat 7 kg untuk dibawa ke kabin yang isinya termasuk baju ganti, karena malam besok kami bakal menggelandang tidur di Bandara KLIA 2... Tengah malam kebangun sih denger jedar jedor kembang api... tapi karena sudah terlalu capek jadinya tidur lagi.

 video youtube

Lanjut part 8, kembali part 6

Dari jadwal yang sebelumnya sudah ku susun, seharusnya mengunjungi The Peak baru besok. Tapi karena diberi anugrah waktu lebih banyak di Hong Kong, maka diganti jadi hari ini. Lagipula besok Minggu, takutnya rame, tapi setelah mikir lagi... kan hari ini Sabtu, dan sepertinya bakal rame juga... ya udah.. terserahlah... dihajar saja.

Naik MTR jalur merah ke central, karena saldo octopus sudah berkurang banyak jadi aku ngisi lagi 100 HKD. Rencananya kalau bisa hari ini ke The Peak dan ke Disneyland. Di Disneyland aku hanya berminat foto dengan gerbangnya, karena untuk masuk tiketnya terlalu mahal dan kami tidak membawa anak kecil. Di Central keluar exit J2 menuju ke Peak Tram, pertunjuk arahnya sangat jelas, diikuti saja. Melewati taman, menyeberang jalan, melihat tram di Pulau Hong Kong yang lewat, jalan agak mendaki, kemudian sampailah ke sebuah gedung yang sudah ramai oleh orang-orang yang ingin naik tram khusus ke The Peak. Kami memutuskan akan pulang pergi naik tram, karena malas mau mikir lagi lewat mana kalau naik bis. Kemudian ke Sky Terrace, tidak ke Madame Tussauds karena aku sudah pernah waktu di Singapura.

Liburan tahun baru baru terasa di sini. Seperti antri mau naik cable car menuju genting atau antri imigrasi mau masuk Singapura dari Batam, waktu di Macau kemarin-kemarin sih belum terasa antriannya, karena tempat-tempat yang kudatangi di Macau cenderung lebih sepi kecuali saat menuju Ruin of St.Paul Church. Antrian mau beli tiket Peak Tramnya luar biasa. Loket ada di sebuah sudut. Untuk antri ke sana harus melewati jalan, saking kalau antriannya sangat panjang. Ada dua jalur, satu untuk yang baru mau beli tiket, dan satunya sepertinya untuk yang sudah punya tiket. Kami harus antri dua kali untuk beli tiket. Antri pertama di bawah jembatan fly over untuk menyeberang jalan dan antri kedua setelah menyeberang jalan menuju ke loketnya. Waktu ngantrinya luar biasa,.... hampir dua jam rasanya. Ha ha ha... kalau sudah dapat kartu untuk menyeberang jalan, kita seolah-olah main game antri dan masuk ke level selanjutnya.

Saat antri ketemu orang-orang dengan berbagai kebangsaan. Dibelakangku bule, didepanku China karena saat aku ajak ngomong jawabannya "Wo pu ce tau", di depannya lagi rombongan beberapa orang dengan dua anak kecil yang sangat heboh bercerita tapi menggunakan bahasa isyarat. Pas sampe di area antri yang seperti maze ketemu keluarga Indonesia, ibu, ayah dan dua anaknya. Sempat cerita sedikit sedikit dari mana asal usul dan sudah kemana saja, akhir obrolan karena antrian semakin maju dan kami tidak berdekatan lagi, si ibu ngajak kami ngelompat ke antrian mereka, tapi kutolak soalnya aku nggak enak sama orang yang antri di belakangnya. Antrinya masih lanjut... *tarik nafas...*

Ini penampakan antrian di bawah jembatan


Untuk Peak Tram PP ditambah Sky Terrace harganya 90 HKD


Dapat kartu ini kalau sudah antrian paling depan untuk menyeberang jalan


Jika tidak mau ke sky terrace, harganya dikurangi 45 HKD, karena aku mau puas foto-foto, maka aku tidak keberatan bayar lagi. Tiket Madame Tussauds beda lagi harganya. Setelah menyeberang jalan, kami antri lagi untuk menuju loket tiket. Antri kali ini lebih pendek dan sebentar, setelah dapat tiket bergabung ke orang-orang untuk naik tram nya, ini pun di bagi dua kali giliran. Tramnya datang beberapa menit sekali, sekali mengangkut bisa banyak orang.

Kartu Peak Tram dan Sky Terrace


Tramnya baru datang


Saat tramnya datang, orang-orang pada sibuk merekam video termasuk orang yang lagi nulis ini. Norak norak deh, biarin. Pas naik tram ada yang ngomong kemiringannya bisa sampai 30 derajat, tapi aku merasa ada saat yang paling curam bisa mencapai 45 derajat... Oh My God... ngeriiii.... lebih ekstrim dari naik cable car ke Genting, tapi nikmati saja... nanti pas pulang kan jalannya mundur, jadi aku tidak perlu langsung lihat ke bawah. Tak lama kemudian sampailah kami ke The Peak.... hore... ini adalah destinasi utama kami selama di Hong Kong.

Eskalator di The Peak


Tempatnya tidak terlalu luas seperti bayanganku, kita harus naik sampai ke lantai paling atas dan berikan tiketnya ke petugas untuk masuk ke sky terrace. Suasananya rame, mau nyari pinggiran pagar teras untuk foto tanpa ada orang lain itu syusah... Pokoknya aku nggak mau pulang sampai dapat banyak foto foto yang bagus, bikin insta story, foto versi kacamata hitam, belum lagi foto titipan orang pake tulisan-tulisan... si a bakal ke sini, si b dan keluarga akan ke sini.... belum lagi tulisan ucapan ulang tahun untuk yang pas ulang tahun hari itu... *alay detected*...

Bagus ya pemandangannya


Hong Kong dengan gedung-gedung tingginya diantara laut


Versi seluruh badan


Versi apa lagi ini...


Versi "Say I Love You at The Peak"


Ini gedungnya dari luar


Sepertinya kalau mau lanjut ke Disneyland tidak sempat, mungkin itulah sebabnya kami ditakdirkan tidak dapat VOA Shen Zhen agar bisa mengunjungi tempat-tempat di Hong Kong yang memang sudah direncanakan dari awal. Kalau ke Shen Zhen kemungkinan nanti tidak ke Disneyland... terus tidak kemana lagi misalnya. Pulangnya sempat foto-foto di luar gedung The Peak baru kemudian antri lagi untuk naik peak tram.

Lihat deh pemadangangan di luar yang garis gedung-gedung tidak sejajar dengan garis jendela.


Hore ada tiang lagi *hobi foto sama tiang*


Pulang ke hotel mengejar siang supaya sempat sholat jamak Zuhur dan Ashar. Makannya seperti biasa dirapel makan siang dan makan malam kali ini di Ziafat lagi. Kami sudah semakin kenal sama mbak yang dari Nusa Tenggara Barat. Saat makan mi samyang yang terlalu pedas untuk sarapan, aku biasanya mengurangi bumbunya, tapi jadinya tanpa rasa. Untuk itulah aku kemudian minta garam sedikit di Ziafat sama mbaknya... *nggak tau malu...*

Saat naik MTR aku banyak melihat para orang tua membawa tas menggunakan alat khusus seperti apa ya namanya, (nggak difoto)... pokoknya kalau tas mereka atau belanjaan mereka ditaruh, jadi seperti bawa koper yang digeret. Trus satu kebiasaan mereka yang membuat aku malu. Saat di toilet umum, di Palembang biasanya aku (dan juga orang-orang lain sih) antrinya dengan langsung berdiri di depan pintu toilet yang dipilih, tidak peduli datang belakangan, kalau kebetulan pemakai sebelumnya sudah selesai duluan ya jadi duluan. Kalau di sana mereka antri berbaris rapi sebelum pintu toilet yang pertama, sehingga benar benar "first in first out", sementara aku sudah kepalang duluan berdiri aneh sendirian di depan satu pintu toilet, untung aku memang duluan dan untung pintu yang kutunggu langsung terbuka, jadi aku malunya tidak lama-lama. Btw toilet di sana tanpa semprotan pembersih, cuma ada flush wc dan tissu dan bagiku itu sama sekali tidak tuntas. Aku masih pake tissu basah atau tissu kering yang dibasahi. Untung saja di Cosmic Guest House ada semprotan, jadi ketidaktuntasan itu kuselesaikan di sana... ha ha...

Btw hari ini kami pindah kamar lagi di lantai 14 *kucing beranak mode on* setelah semalam tidur di kamar yang di pesan darurat karena gagal ke Shen Zhen. Sebelumnya paginya resepsionis yang lain datang ke kamar kami ngasih tau kamar kami masih disiapkan, dan kalau kami sudah check out untuk pindah kamar, koper dan kuncinya ditinggal saja dan nanti mereka yang pindahkan. Kamar kami yang baru, double bed dan Alhamdulillah area lantai kosongnya pas bisa menghadap kiblat, walau tanpa jendela dan kemungkinan tidak bisa melihat kembang api pas tahun baru kalau kami di kamar saja.

video youtube

Lanjut part 7, kembali part 5

Pagi pagi kami check out, di resepsionis ketemu Mrs. Roweina lagi dan dia bilang kalau semalam si mantan tamu itu mau balik lagi karena masih ada yang ketinggalan. Untung mereka tidak mengizinkan karena dia sudah check out, dan tanggung sendiri kalau teledor meninggalkan barang di kamar.

Kami juga ketemu ibu yang dimaksud kemarin yang katanya bisa Bahasa Indonesia... Oh ternyata Ii tersebut pernah tinggal di Lampung. Dia juga ramah, trus bilang kalau sekarang banyak yang ditolak masuk Shen Zhen karena usia di bawah 50 tahun. Kalau diatas 50 tahun baru boleh masuk, mungkin mereka takut banyak yang jadi pekerja di sana jadi nggak mau pulang. Trus gimana sekarang... Kami sudah memesan Muslim hotel di Shen Zhen... Kalau emang nggak bisa masuk, ya sudah... hangus. Kami tetap jadi memesan hotel untuk cadangan malam ini. Mrs. Roweina bilang kalau memang kami menginap lagi, uang titipan koper akan dikembalikan. Syukurlah mereka baik, ramah dan mau menolong. Lain kali kalau ke Hong Kong lagi aku masih mau tinggal di sini.

Koper ditinggal, kami hanya bawa tas kecil ke Shen Zhen. Maunya sebenarnya cuma ke Windows of the World. Semoga kami beruntung. Mau naik MTR beli dulu kartu octopus seharga 150 HKD dengan deposit 50 HKD yang bisa ditukar di bandara. Semua uang Pataca ku tukar ke Dollar Hong Kong, karena uang Macau tak bisa dipakai di Hong Kong.

Kartu Octopusku


Kami menuju ke stasiun MTR Lo Wu. Naik jalur merah menuju Tsuen Wang terus ganti jalur hijau ke Mong Kok kemudian ganti lagi ke Kowloon Tong jalur biru ke arah Lo Wu, bukan Lok Ma Chau... Karena ujungnya ada dua stasiun. Perjalanan lumayan lama... Kira-kira sejam baru sampai di Lo Wu. Suasananya membingungkan... sudah tau ngurus VOA di lantai 2, tapi di mana. Lagi sibuk nyari jalan, sebelum masuk Imigrasi Hong Kong untuk keluar, aku dicegat cewek yang mau survey mengenai program wisata di Hong Kong... Ada apa dengan mukaku, terlalu baikkah atau mudah dimintai tolong buat jadi nara sumber tugas sekolah, dan sekarang survey. Yah karena udah kepalang, okelah aku mau. Dari sekian banyak pertanyaan, aku yakin aku menjawab no sekitar 80 persen... Haha kasihan mereka kalau sudah analisis data. Jawabanku tidak bagus hasilnya dan mungkin bisa dibuang. Habis survey dia ngasih tau jalan untuk foreigner menuju imigrasi.

Keluar Hong Kong kami ketemu cowok Indonesia yang kerja di Shen Zhen dan baik hati ngasih tau jalan mengurus VOA. Sesuai seperti yang diceritakan orang-orang. Cukup ambil nomor antrian, isi formulir dan siapkan uang 168 CNY.

Lumayan lama nunggunya... Ada beberapa turis dari Eropa di sebelah kami. Juga beberapa orang Indonesia yang akan bekerja di China. Aku berharap bisa mendapatkan VOA tersebut. Kami kan hanya satu malam, bukti booking hotel dan tiket pulang beberapa hari lagi dari Hong Kong juga kusiapkan. Sebelum kami ada satu cewek bule cerewet menggunakan Bahasa Mandarin yang entah apa masalahnya ribut di loket no 3... Kasihan si petugasnya yang juga cewek. Urutan pengurusannya adalah masukkan formulir di loket 3, trus bayar di loket 4 dan ambil paspornya di loket 5.

Kemudian tibalah giliran kami... Prosesnya sangattt cepat. Si petugas cewek di loket 3 mengambil formulir dan nomor antrian kemudian mengembalikan paspor kami sambil berkata "Indonesian paspor can't go to ShenZhen, go back to Hong Kong". Woww kaget sekali, tapi kami hanya satu malam di sini kataku, belum sempat menunjukkan bukti booking hotel dan pesawat pulang, si petugas memencet nomor antrian berikutnya.... Selesaiii

Rasanya mau marah... Tapi mau bagaimana lagi, kalau bersikeras nanti kenapa kenapa lagi. Okeh... Sepertinya aku sekarang ada di pihak si bule cerewet tadi... Walaupun aku tau sipetugas hanyalah pelaksana, itu sudah kebijakan pemerintah mereka. Jadi untuk yang baca blog ini, infonya VOA Shen Zhen tidak bisa untuk paspor Indonesia per Desember 2017, entah nanti kalau peraturannya diubah lagi.

Kecewa, bete itu pasti. Mau balik ke Hong Kong juga bingung lewat mana. Pas mau balik ke jalan masuk tadi dicegat petugas tua dan galak dengan bahasa yang tidak kami mengerti nyuruh ke antrian 24 kalau tidak salah yang tulisannya special lane. Lah kami kan mau balik bukan mau masuk. Maka nanyalah kami ke petugas imigrasi lain yang lebih muda, dia nyuruh kami nunggu dan duduk sementara dia ngambil paspor kami. Apalagi ini.. Kalau paspor kami dibawa kemana trus bagaimana kami pulang, karena kami protes, si petugas trus bilang, "Yes i know you wanna go back to Hong Kong". Ya sudah tidak ada pilihan kami menunggu sesuai petunjuk dia, walau masih was was karena dia ngambil paspor kami trus paspor kami dibawa kemana. Aku berusaha mengingat mukanya kalau ada apa apa. Inikah rasanya ditolak di negara orang... *rasanya sama seperti kalau ditolak cinta... haha* bete, kesal, seharusnya dibuatkan prosedur yang jelas untuk orang-orang yang ditolak untuk balik lagi ke Hong Kong.

Untunglah akhirnya si petugas balik lagi ngasih paspor kami, tapiiii dia tidak ngasih tau lewat mana jalan ke luar. Kami malah disuruh petugas lain lagi untuk scan sidik jari di mesinnya seperti orang-orang lain yang mau masuk ke Shen Zhen. Tuh kan nggak jelas lagi, akhirnya aku cari petugas yang agak muda dan mukanya kelihatan baik, trus ngomong pelan-pelan "We can't go to China, can you show us the way go back to Hong kong". Dia lalu menunjuk jalan tempat kami masuk tadi yang disuruh ke lane 24. Bingung lagi.. tadi ditolak di sana sama petugas yang tua... ya sudahlah kalaupun ditolak lagi kami bisa ngomong kalau disuruh ke situ. Sampai di sana bener kan si petugas bapak tua ribut ngoceh apa lagi nggak boleh kami lewat. Ah capekk.. Alangkah baiknya kalo untuk yang jaga seperti di sana, ditugaskan petugas yang walau cerewet tapi bisa bahasa Inggris, bule yang disebelah kami juga disemprot dan dia bilang "I don't Understand!" ke si bapak tua. Paspor kami diambil sama si bapak, kemudian di scan di komputernya, kemudiannnn... baru kami boleh lewat... Alamakkk... ngemeng dong kek dari tadi kalau kami boleh lewat setelah scan paspor ke lane yang dia maksud tadi... Lelahnya...  *sandaran ke dinding*

Setelah drama menyedihkan tadi, kami masuk lagi ke Hong Kong... Petugasnya nggak neko neko dan sebentar saja kami sudah naik MTR lagi menuju Tsim Sha Tsui setelah memberi tau Mrs. Roweina kami ditolak di Shen Zhen dan bakal nginap di Cosmic Guest House lagi. Untung ada dia, kalau nggak, seandainya semua hotel penuh, kami terpaksa tidur di masjid, kan nggak lucu...

Hong Kong kami datang lagiiii. Semua uang Yuan kutukar ke Dollar Hong Kong, ambil sisi positifnya saja, uang untuk beli oleh-oleh nambah dan waktu explore di Hong Kong juga lebih lama. Walau masih nyesek karena buang buang waktu dan kartu octopusku terdebet sampai 80 Dollar.

Balik lagi ke Hotel, kami disambut Mrs. Roweina dengan senyuman, kemudian kami pindah kamar masih dengan dua bed dan jendela tapi di lantai 14. Nggak mau rugi kami berencana akan ke Garden of Stars sampai dapat. Tapi makan dulu... makan siang sekaligus makan malam. Kali ini ke Ziafat, dari brosurnya ada di Harirela mansion di seberang Mirador Mansion kalau tidak salah lantai 6. Ternyata di sana salah satu pegawainya dari Nusa Tenggara Barat. Mbaknya juga baik dan ramah... makanannya nggak jauh-jauh dari Nasi Briyani. Selesai makan kalau kemarin ke stasiun MTR yang di East Tsim Sha Tsui exit P1 lewat jalan bawah stasiun, kali ini pake GPS dan lewat jalan biasa dari atas, masih nyasar-nyasar juga walau akhirnya ketemu. Maunya sih ke Avenue of Stars, tapi  katanya lagi diperbaiki, ya sudah kalau begitu... ke penggantinya, Garden of Stars saja tidak apa-apa.

Saia sama Anita Mui


Bruce Lee


Ini siapa?


Nyempil di pojokan foto


Cap tangan para pesohor


Cap tangan Jackie Chan


Yang ini entah siapa, Jet Lee kah!


Banyak sekali cap tangannya


Ngambil foto ini sambil menahan dingin


Itu karikatur Abang Chow Yun Fat dan Stephen Chow


Pulangnya turun pake lift menuju stasiun MTR, bener tembusnya ke exit P1 ternyata, seharusnya kemarin kami jangan keluar exit P1 tapi naik lift menuju level paling atas. Menuju ke hotel, kami jalan kaki melewati stasiun Tsim Sha Tsui.

video youtube

Lanjut part 6, kembali ke part 4

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...