Kalau ditanya tempat yang bisa dikunjungi di Palembang yang paling terkenal, tentu saja aku akan menjawab Pulau Kemaro dan Jembatan Ampera. Sebagai orang Palembang, dua tempat tersebut tentu saja sudah pernah kukunjungi, apalagi Jembatan Ampera yang seperti makan obat dua kali sehari pasti kulewati. Trus bagaimana dengan tempat-tempat lain di Palembang, daripada meratapi diri, mimpi besar yang pengen mengunjungi tempat-tempat di ujung dunia, Menara Eiffel, Burj Khalifa, Opera House, Menara Pisa, Patung Liberty, Piramida, Jembatan Golden Gate, yang entah kapan bisa kukunjungi, aku sepertinya harus menghabiskan dulu, berkunjung ke tempat-tempat yang tidak kalah menariknya di Palembang,.... eaaaa.... hehehe....

Hari Minggu kesambet setan rajin, pasang rencana mengunjungi Al Quran Akbar di Gandus, Museum Bala Putra Dewa dan Punti Kayu di KM 5 dan 7 sampai ke Masjid Cheng Ho dan Palembang Bird Park di Jakabaring. Pulang-pulang, kaki sakit gara-gara nginjak kopling seharian keliling Palembang, ngelewati macet sambil menikmati pemandangan pembangunan LRT yang semakin hari semakin terlihat bentuknya sementara jalan rasanya semakin menyempit....

Rute pertama menuju ke Musi 2 tembus ke Gandus nyari-nyari Pesantren Al Ihsaniyah tempat Al Quran Akbar, jalannya jelek banyak genangan air gara-gara hujan lebat semalam. Si Oren beberapa kali kejeblos lubang, rasanya kesal tak berkesudahan karena tidak ketemu-ketemu juga tempatnya, akhirnya Elsa bertanya ke Bapak baik yang lagi nyabit rumput di pinggir jalan, dan untunglah dia tau dimana tempat yang kami cari.... kemudian kami nyabit rumput lagi sementara si Bapak jalan lagi.... eh kebalik... hehe...

Di tekape, setelah parkir di lahan kosong seberang jalan yang disediakan, kami turun dan kena jebakan batman, dandanan cantik kami jadi berantakan gara-gara nginjak tanah berumput yang basah dan agak berlumpur.... Ah cape deh, jalan kaki sambil bersih-bersih sendal... Tempatnya oke, tiket masuknya murah, Rp 5.000,- satu orang. Masuk ke ruangannya harus lepas alas kaki, dan kami bersaing dengan banyak ibu-ibu dan anak-anak di sana berebut untuk spot foto yang bagus. Fotonya banyak, ini satu yang diupload dengan gaya seolah-olah gadis desa membuka jendela.... hahaha...

Surat Yasin mana ya...


Lanjut... Salah satu tempat yang ada di gambar pecahan rupiah adalah rumah limas, tapi sebelumnya aku sudah pernah mengunjungi Bedugul di Bali, yang merupakan gambar di uang pecahan 50.000 rupiah.... Tapi sayangnya aku lupa, kurang kreatif bawa uangnya untuk ikut diajak berfoto seperti orang-orang.... *alay detected*

Nih uang 50 ribunya....


Nih plus ada orangnya....


Rumah limas adanya di pecahan uang 10.000 rupiah, kabarnya akan diganti, jadi sebelum diganti, harus diresmikan dulu kalau aku pernah berkunjung ke sana. Perjalanan ke sana pake cerita tersesat, heran deh, di Palembang saja masih tersesat apalagi di tempat lain. Setelah lihat di aplikasi Waze ternyata lewat, terpaksa mutar balik dengan keadaan macet dan arah mutar balik yang entah dimana diantara tiang-tiang LRT. Setelah akhirnya dapat, ternyata Museum Bala Putra Dewa sedang dipakai juga untuk acara resepsi. Jadi kami disambut bak tamu yang kondangan oleh panitia mereka. Setelah masuk dan membayar tiket sebesar Rp 2.000,- kami belok ke kiri sementara resepsinya ada di sebelah kanan termasuk meja makan... *menatap dengan nanar*. Setelah melewati rintangan ibu-ibu berkebaya dengan berbagai macam aroma, menuju ke rumah limas kami melawan arah serombongan anak-anak harapan bangsa yang baru selesai kunjungan dari sana. Syukurlah ketika tiba di rumah limasnya artinya sudah sepi, kami tidak perlu bersaing dengan anak-anak kalau mau foto-foto, hahaha...

Uang sepuluh ribunya bisa buat beli jajanan...


Yang ini aslinya


Satu lagi obsesiku mengunjungi tempat di gambar pecahan uang, yaitu yang di 1.000 rupiah.... pernah nonton salah satu episode MTMA, jadi pengen ke sana juga... tapi karena jauh, sepertinya tidak akan tercapai...Yah udah nggak apa-apa kan sudah diwakilkan sama Hamish.... he he...

Pulau Maitara dan Tidore nun jauh di sana...


Berikutnya ke Hutan Wisata Punti Kayu, sebenarnya aku sudah beberapa kali ke sana, mulai dari kunjungan rame-rame satu sekolahan saat SD waktu masih imut-imut sampai jalan-jalan alay saat SMA. Tapi kali ini ada yang baru di Punti Kayu yaitu ada replika landmark dunia. Tiket masuknya untuk mobil Rp 12.000 ,- dan satu orang tiketnya Rp 12.500,- untuk masuk ke tempat replikanya bayar Rp 10.000,- lagi. Ada Piramida, Menara Eiffel, Patung Liberty dan Menara Pisa. Untuk saat ini replika Borobudur baru rencana, yang lain mungkin akan ditambah lagi nanti. Okelah belum ke tempat aslinya dan belum juga ke Shenzen ngeliat Windows of The World, lihat yang di sini dulu.

Pose mendorong seperti Garfield... Eh yang didorong Garfield itu Menara Pisa bukan ya...



Selain replika landmark dunia, di sana juga ada beberapa properti abege semacam lokasi untuk syuting katakan cinta... atau katakan putus... atau apalah namanya.... nih salah satu foto alaynya.... hahaha...

Abaikan foto ini...


Untuk menara Eiffel, kami mendapatkan saingan 4 cewek-cewek dengan dandanan maksimal yang memiliki penyakit narsis akut nampaknya. Mereka ngambil foto mulai dari sendiri-sendiri, berdua, bertiga, berganti-ganti tak berkesudahan mulai dari versi kamera biasa sampai yang kamera cantik, sementara kami sudah keliling kemana-mana, mereka masih juga belum selesai. Akhirnya supaya mereka cepat selesai, kami tunggui di depan mereka. Dari bahasanya mereka bukan orang Palembang, dan agar cepat selesai, mereka kuajak ngobrol, nanya asal mereka dan kuliah dimana, sampai mereka jadi tidak enak dan acara foto-foto mereka terpaksa selesai. Setelah mereka selesai, mereka kumanfaatkan sekalian, aku minta salah satu mereka untuk ngambil foto kami.

Menara Eiffel KW 1...


Habis makan siang lanjut ke Jakabaring, menuju ke Masjid Cheng Ho yang arsitekturnya keren... Lumayan banyak orang di sana, terutama anak-anak muda, selain sholat, mereka juga mengaji bersama-sama. Kayaknya memang hari itu walau hari Minggu, tapi merupakan hari kunjungan sedunia. Banyak bis nunggu di luar pagar, sementara anak-anak berada di dalam, karena saat itu jam 12, mereka juga sekalian makan di sana...

Keren sekali Masjidnya.... juga orangnya...


Geser dikit masuk ke Palembang Bird Park, memang tidak seperti Jurong Bird Park di Singapura, tapi oke jugalah tempatnya... Semoga suatu saat bisa diperluas, ada trem dan bisa seperti Jurong Bird Park.

Numpang foto di depan.


Masih di OPI kemudian masuk ke mall nya nonton Storks yang bikin mata jadi mewek terharu ngeliat perjuangan Bangau mengantar bayi. Film ini menjawab pertanyaan dari mana bayi berasal untuk anak-anak. Jadi orang tua nggak susah lagi kalau ditanya anaknya dari mana asal bayi... "dibawa burung bangau"... hehe..

Si Bangau dan Si Dedek...


Terakhir, pas mau pulang, masuk Stadion Jakabaring dan iseng ngambil foto di sana. Orang-orang Palembang seperti biasa banyak yang nongkrong di sana. Tidak sengaja ketemu Ruben Onsu sama Bibi Nonie yang kayaknya lagi syuting survivor di sana... Nantilah kalau nonton acaranya aku bisa teriak norak.... "Aku ada di sana!!"...

Hari sudah sore, muka sudah lelah


Pulang sudah hampir malam, tapi lumayan sudah keliling-keliling Palembang ngeliat-liat tempat wisata di Palembang yang lumayan oke, tapi bisa lebih oke lagi sebenarnya kalau dikelola dengan lebih serius lagi.

Karcis dan tiket perolehan hari ini


Blog ini pengen kutulisi lagi dengan sesuatu yang tidak penting sambil disela beberapa kali oleh si Kundang. Di gigit-gigit, di elus-elus dan tidak lupa sambil di meong-meong. Perjuangan si bawel minta perhatian akhirnya berakhir setelah dia dilempar keluar kamar gara-gara ngegigit kaki terlalu kuat. Biarin dia gabung sama si Kunba dan Buti saling cakar berebut ikan di luar sana. Sebelum terlalu jauh... nama-nama yang kusebut dari tadi tentu saja adalah kucing-kucingku yang kuberi nama dengan malas-malasan dan tidak kreatif. Kunba singkatan kuning banyak, Kundang karena bulu kuningnya tidak sebanyak Kunba, dan Buti adalah kucing cewek dengan bulu tiga warna. Sebenarnya ada satu lagi Kunkit yang bulu kuningnya sedikit, tapi dia terakhir terlihat sakit dan kemudian menghilang *bunyi biola dengan lagu sedih*.... Okeehhh cukup intro yang tidak pentingnya, sekarang dilanjutkan dengan hal lainnya yang juga tidak kalah tidak pentingnya.

Setelah "Masterchef Australia" habis dan Cecilia keluar, buka HBO lagi tayang "Need for Speed" yang sudah kutonton ratusan kali, Cinemax mutar film nggak jelas sementara Thor baru mulai sejam lagi. Fox Movies yang main "Rocky V", tapi aku lagi malas nonton karena sudah ketinggalan ceritanya. Star World lagi nayangin "Royal Pains" yang aku juga nggak ngikutin ceritanya..... ujung-ujungnya aku nulis sambil ditemani "Inspired with Anna Olson" .... hahaha.... Niatnya diet, obsesinya kurus, tapi tontonan favoritnya Asian Food Channel.

Jadi apa yang mau kutulis ini..... nggak jelas!!! pengen nulis tapi nggak ada ide.... sama seperti mahasiswa yang males nulis, tapi terpaksa nulis skripsi.... begitu ngadep dosen pembimbing.... pasti tuh kertas si mahasiswa penuh dengan coretan sang dosen yang coretannya saking banyaknya malah bisa melebihi apa yang sudah diketik si mahasiswa. Trus kenapa aku nulis kalau aku males nulis.... yah karena aku bosan.... Pengennya pergi ke suatu tempat yang tenang seperti gambar di bawah, mau teriak kencang-kencang juga nggak akan ada yang marah atau ngelempar gara-gara bising...

Ya udah sebelum semakin tidak jelas, aku review film dan buku saja. Tapi review ini murni iseng, tidak bermaksud apa-apa. Yang pertama aku ingat film "Cinta Suci Zahrana".... Kenapa aku review film ini.... karena saat nontonnya waktu itu.... aku tercengang.... Zahrana adalah dosen, berjilbab dan.... masih belum menikah diumurnya yang sudah seharusnya menikah.... hehe... familier deh sama kisah ini awalnya.... kenapa familier..... tidak perlu dijelaskan.... sama seperti komentar Elsa yang juga tidak perlu ditanggapi ketika nonton film ini.... "Tante, kok sepertinya tepat ya menyinggungnya".... *sumpal pake pempek*.... Huh tapi sayang kisah akhir Zahrana tidak sama dengan kisah si tante yang disebut tadi....

Trus baru-baru ini nonton "Jilbab Traveler".... kenapa aku minat nonton.... karena aku senang jalan-jalan dong pastinya.... tapi.... yang bikin aku merasa kena tampar gara-gara film ini adalah pesan tersiratnya bahwa sebenarnya tidak penting kita mau pergi kemanapun, suatu tempat pasti akan berkesan bukan dari tempatnya, tapi dari bersama siapa kita ke sana.... hahaha.... *terjun dari atap genteng*.... Mau marah, akhirnya aku penasaran nyari bukunya dan kubaca karena pengen tau lebih banyak, biasanya buku lebih lengkap dari film.... Tapi apa yang kubaca ternyata malah membuatku bingung,... kisah bukunya ternyata banyak yang berbeda dari filmnya.... Jauh lebih berbeda dari kisah Harry Potter 3 antara film dan bukunya.

Masih punya banyak waktu, kali ini aku nonton "Assalamualaikum Beijing", alasannya kepalang karena filmnya diangkat dari pengarang buku yang sama. Habis nonton, nyari bukunya lagi.... tapi karena sudah lama, jadi susah nyarinya di toko buku, saking niatnya jadi pesan online dan hore akhirnya aku dapat juga bukunya. Habis baca jadi antara percaya dan tidak percaya.... ceritanya juga berbeda dari film... Yang bikin aku takjub adalah... si cowok cuma perlu kurang lebih 3 hari bertemu, untuk jatuh cinta dan akhirnya membuatnya menyusul si cewek ke Indonesia dan mengajak menikah.

Okehhhh lagi.... cukup... mungkin cerita-cerita itu memang ada untuk beberapa orang... tapi tidak untukku. Mau ketemu sekali, dua kali, tiga kali,.... berkali-kali,... tiap hari... belum ada someone special yang nyangkut dan jadi pangeran berkuda putih menyelamatkanku dari kebosanan.... seperti Prince Charming menyelamatkan Cinderella dari Ibu tiri yang jahat....

Andai pantai ini ada di belakang rumahku, mungkin aku nggak ribut-ribut mau ke Hong Kong dan nulis "Tempat yang ingin dikunjungi...." 1, 2 dan 3 yang kayaknya akan terus berlanjut dan sudah nyaingin film X-men saking banyak sekuelnya....

Setelah menuliskan keinginan di "Tempat yang ingin dikunjungi" Part 1 dan Part 2, sekarang aku masih ingin bermimpi menuliskan tempat yang ingin dikunjungi bagian selanjutnya.

Sebenarnya kurang tepat kalau nyebutnya tempat saja, seharusnya tempat-tempat karena jumlahnya banyak. Dari 16 foto yang ingin kudatangi dari dua postingan tersebut, ternyata baru 4 yang tercapai, sisanya masih jadi angan-angan.

Tempat pertama yang berhasil kudatangi pada kedua postinganku itu adalah Keraton Jogja, ya emang sih gak sempat masuk ke dalam karena datangnya kepagian, saat tiba di sana aku sudah harus berangkat ke tempat konferensi, walau sebentar tapi lumayan masih bisa lihat-lihat dikit.

Fotonya dari luar pagar, ha ha....


Tempat kedua adalah Bedugul, lagi-lagi karena mau ikut konferensi, kali ini di Bali. Sempat mengunjungi tempat bersejarah yang ada di lembaran uang 50 ribu rupiah rasanya puas banget. Ngomong soal tempat-tempat di uang rupiah aku juga tertarik pengen ngeliat gunung di uang seribu rupiah he he. Tapi heran deh, padahal kalau dipikir-pikir kalau aku mau ngejer lokasi-lokasi di Uang Rupiah, kenapa foto Rumah Limas yang ada di uang 10 ribu rupiah tidak aku kunjungi padahal ada di kotaku sendiri... 

Ngambil foto nunggu sepi dari orang-orang yang lewat itu lama...


Yang ketiga malah kudatangi dua kali ditahun 2015, pada Bulan September dan Desember. Sayang nggak mau bayar buat masuk ke USSnya, jadi cuma main-main di luar saja...

Nih foto posenya paling nggak siap, tapi pas tulisan Universalnya agak lengkap...


Yang keempat Phuket, taraaaa.... aku akhirnya ke James Bond Island dengan pengorbanan jiwa raga.... Jauh-jauh ke sana ngabisin duit banyak, terancam nyebur ke laut padahal nggak bisa berenang demi sebuah batu yang terkenal.... Saingan dengan para bule ngambil foto supaya bisa foto sendirian tanpa ada tangan atau kaki yang ikut kefoto...

Muka item, kejemur seharian....


Trussss.... sekarang cita-citanya lanjut lagi. Dulu sudah pernah nulis pengen ke Macau, Hongkong dan Shenzen. Belum terwujud juga sekarang nambah lagi. Sederhana saja, pengen keliling negara Asia dulu, yang paling mungkin salah satunya Brunei Darussalam.

Walau katanya sepi, walau katanya nggak banyak tempat wisatanyanya tapi tetap pengen ke sana. Foto paling wajib, tentu saja ke Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, Insha Allah jika ke sana pengen sholat di sana tentu saja.



Selain Brunei, kalau bisa tripnya sekalian ke Phillipines. Nggak niat ke Boracay, Manila aja cukup. Yang penting ngeliat mobil jeepney dan ke Rizal Park. Tapi kalau ada rejeki dan fisik kuat serta memungkinkan ke Boracay yah boleh juga, tapi sepertinya suasananya nggak akan beda jauh seperti ke Bali atau Phuket.



Nah semakin jauh, dulu aku sudah pernah nulis pengen ke Korea juga, seandainya pas musim salju boleh juga. Pengen mengunjungi salah satu istana di sana, gara-gara kebanyakan nonton drama Korea bertema Saeguk.



Sayang sekali, rute langsung Korea ke Jepang nggak ada di Air Asia. padahal kalau bisa rencananya sekaligus dua negara mau didatangi. Harus cari alternatif maskapai lain. Ini juga artinya bisa lebih dari satu kota dikunjungi, yahhh Osaka bolehlah sekalian Tokyo. Pengen banget lihat bunga Sakura dan Gunung fuji.





Jadiiiii, apa yang harus dilakukan supaya tercapai obsesiku ini.... aku harus nabung dan banyak-banyak berdoa....

Shopping time!!!!!.... tanggal 31 Desember 2015, saatnya menghabiskan tahun dan menghabiskan duit. Karena bagasi pulang sudah beli bisa sampai 20 kg masing-masing, maka kami tidak khawatir lagi soal bawaan. Sarapan, kami ke rumah makan arab di sebelah T Hotel. Tapi sayang ternyata roti canai karinya tidak seenak dulu. Selanjutnya ngeluyur dulu ke Pasar Seni, dan heran deh aku masih saja tersesat mau menuju ke sana. Dua tahun lalu sempat salah turun stasiun, dan sekarang kejadian lagi. Aku benar-benar harus mengingat bahwa kalau mau ke Pasar Seni benar-benar turun di stasiun Pasar Seni yang sudah tertulis dengan jelas,.... bukan Masjik Jamek apalagi KLCC.

DP benar-benar gila di sini, sedang aku masih bisa menahan diri karena lagi-lagi aku kan sudah sering ke sini.... Orang-orang sudah pada bosan kukasih gantungan kunci Petronas..... *borong tas gajah*... Beli coklat, si penjual keturunan arab SKSD sama kami.... Mungkin banyak orang Indonesia yang beli sama dia, sehingga dia sudah punya kosakata baru seperti "Ya keles..." dan "Bingit..." yang diucapkannya menjadi "Binggit..." Okelah karena usaha dia yang boleh juga, akhirnya kami beli banyak, dikasih bonus coklat lagi dan dikasih diskon....

Hobi banget foto di depan stasiun LRT Dang Wangi


Habis dari Pasar Seni ke KL sentral untuk menuntaskan list "Must to do" ku yang tinggal satu, yaitu Yong Tau Fu. Eh kayaknya bukan "Must to do" deh tapi ganti jadi "Must to eat" karena dari kemarin sasarannya makan melulu... Sialnya tempat lama yang kuingat lagi renovasi, hu hu.... jadi kemana Yong Tau Fu ku itu, masak kami harus keliling mall di KL demi Yong Tu Fu, karena aku bertekad nggak mau pulang sebelum ketemu. Coba deh prinsip ini kuterapkan untuk cari cowok, mungkin aku sudah ketemu pangeran berkuda putih ku sekarang... *benerin jilbab*

Setelah kami bertanya dengan bagian informasi, kami mendapatkan titik terang misi yang berat ini. Yong Tau Fu ada di mallnya di lantai 3 (kalau tidak salah), maka jalanlah kami dan tara..... kami ketemu cowok eh Yong Tau Fu di sana...

Yong Tau Fu KL Sentral


Tapi satu yang kulupa dari Yong Tau Fu ini, dulu aku belum alergi seafood, jadi bisa gila-gilaan makannya. Sekarang, semenjak penyakit sial itu menjangkitiku aku cuma bisa makannya terbatas, karena aku juga tidak suka sayur... *selamat tinggal udang dkk*

Yong Tau Fu ku yang sepi... tapi masih enak


Sebelum ngemall, kami kembali ke hotel dulu buat taruh barang sebelum lanjut lagi. Kali ini muter nyari Vincci de el el di Bukit Bintang. DP nyari tas buat nyokapnya, jaket buat adeknya dan baju buat bokapnya. Aku... nyantai... orang-orang rumahku nggak boleh protes kubawain apapun karena sudah sering kubawain. Jadi aku lebih seru nyari barang untuk diriku sendiri di sana.... hehe...

Di Pavilion


Pulang ke hotel si DP pake acara mau nukar warna baju lagi, tapi aku sudah nyerah, nggak mau nemanin... dia jadi sendirian balik lagi dan aku tunggu di hotel. Lumayan nunggu sambil nonton Cinemax mengistirahatkan kaki yang nggak ada cadangannya ini. Makan malam kami keluar lagi dan makan di Plaza Low Yat. Suasana tahun baru seperti biasa meriah, tapi kami tidak berniat menunggu sampai jam 12, karena dari hotel, kembang api pasti kelihatan, kami juga takut nanti suasana tidak kondusif banyak orang teler dan alasan sebenarnya adalah besok pesawat kami berangkat pagi-pagi. Jam setengah 6 kami sudah pesan taksi dan sudah harus ke bandara, itu artinya jam setengah 5 subuh jika waktu Indonesia.

Nasi goreng menu makan malam terakhir di tahun 2015


Pulang ke hotel, ketiduran dan terbangun saat tengah malam. Happy New Year... bunyi terompet dan kembang api heboh dari luar jendela... kami cuma melihat dari kamar, kembang apinya ketutup gedung, jadi cuma bisa ngeliat dari kaca jendela gedung seberang.

Tahun baru dari jendela hotel


Bangun subuh-subuh, setelah check out dari hotel, kami berangkat. Suasana jalan masih tersisa keramaian dari semalam. Kali ini bye bye Malaysia, sampai jumpa lain kali, soalnya kan kalau mau kemana-mana pake Air Asia transit dulu di sini. Di bandara sarapan di Bumbu Desa lagi... haha... kali ini bubur ayam.... mungkin lain kali baru nyobain makanan lain selama di KLIA2.

Bubur ayam Bumbu Desa


Pulang ke Palembang kami dapat gate P3 (untung bukan P19), itu artinya gate yang jauh yang harus nyebrang sky bridge dulu. Sudah nukar uang sisa Ringgit ke Rupiah, waktu masih 30 menit lagi saat kami masuk antrian imigrasi. Kasihan orang-orang yang mau cepat ngejar pesawat mereka saat diimigrasi yang panjang itu, mereka kena marah saat minta prioritas.

Keluar imigrasi, jalan kaki menuju gate P3, kami sambil setengah berlari karena waktunya sudah semakin mepet. Akhirnya setelah sampai kami duduk sebentar sebelum akhirnya masuk ke pesawat. Surprise.... salah satu pramugarinya adalah pramugari saat kami pulang dari Phuket dua hari yang lalu. DP yang ingat karena kami beli nasi lemak sama dia....

Rincian biaya selama perjalanan ini kira-kira sebagai berikut: (diluar tiket Madame Tussauds dan Trick Eye Museum serta belanja besar yang pake kartu kredit)
Singapura : 114 SGD
Malaysia : 613 MYR
Thailand : 5400 THB
atau kira-kira 5,5 juta Rupiah

Oke... perjalanan kali ini selesai.... dan cerita ini juga selesai.... Semoga tulisanku berikutnya tidak tentang Malaysia lagi, Singapura lagi atau Thailand lagi...

Terima kasih. *gaya nulis email, nggak pake best regards*

Selamat tinggal Phuket, hari ini kami kembali ke Kuala Lumpur. Sebelum pulang sempat ngunjungi Uma di kiosnya untuk pamit dan mengucapkan terimakasih atas turnya yang asyik, juga pamitan sama bapak "temen kuliahku" pemilik restoran halal dekat hotel. Gaya kami serasa banyak yang bakal kangen kami pulang, hahaha....

Pesan taxi sama resepsionis jam 10 pagi ke bandara, kali ini untuk koper strateginya masih sama, dua koper disiapkan kira-kira seberat 25 kg totalnya, sisa bawaan ditaruh tas lain dan terpaksa ditenteng bawa ke kabin. Sepanjang perjalanan ke bandara ngeliat pemandangan indah pantai-pantai yang kami lewati. Mungkin kalau ada nasib aku bisa kembali lagi ke sini dan bisa ke Phi Phi Island.

Di bandara kelaparan jadi beli mini donat di Dunkin, sekalian ngabisin uang Bath kecil. Luar biasa deh aku, di Singapura bisa nahan diri sehingga lebih uang 150 Dollar bisa ditukar buat nambahin Bath, sekarang sisa Seribu lebih Bath nanti akan ditukar buat nambahin Ringgit. Nah di Malaysia nanti baru bisa habis-habisan...

Bye bye Phuket...


Di pesawat kali ini kami pesan makan, biasa... nasi lemak yang rasanya sudah terkenal enak. Mau pesan gado-gado masih nggak bisa, apalagi pempek.... Diperjalanan ibu-ibu disebelahku batuk-batuk hebat, kasihan deh kayaknya tenggorokannya benar-benar gatal. Si DP baik hati bagi-bagi fisherman friend yang dibelinya di toko obat di Phuket, benar-benar membantu dan si ibu sangat berterima kasih sama DP.

Yang biasa naik Air Asia, pasti tau menu ini


Sampai di KLIA 2, gempor jalan kaki karena kami turun di gate yang jauh dari terminal utama, ngelewatin sky bridge dan ke wc dulu, kira-kira setengah jam baru sampai imigrasi. Inilah yang aku suka kalau masuk Malaysia lewat bandara, ramaiiiii dan lamaaa... emang sih tidak separah antrian imigrasi masuk Singapura lewat Batam kemarin-kemarin, tapi aku sudah menetapkan diri bahwa aku benci antri di imigrasi. Ngambil bagasi sudah tidak karuan lagi karena kelamaan di imigrasi, conveyor belt untuk ngambil bagasi pesawat kami digabung sama pesawat yang mengangkut jemaah umroh, untung koper kami akhirnya bisa ditemukan walau sempat deg-degan takut hilang.

Pesan taksi entah kenapa dapat sopir yang tua lagi.... ongkosnya 70 MYR dan kami diantar sampai Bukit Bintang menuju hotel Alor Boutique. Kamarnya juga sempit seperti hotel kami di Singapura, tapi nyaman dan fasilitasnya juga lengkap, pemandangan dari jendela hotel luar biasa ramai. Karena sudah ketagihan bakso ikan di depan hotel, kami jadi beli lagi saat keluar untuk cari makan malam. Dua tahun lalu aku pengen makan nan tandoori, nah inilah saatnya mewujudkannya. Jalannya melewati Hotel Putra Bintang yang sempat kukunjungi 2 tahun lalu, masihkah Bang Akim kerja di sana.... hehehe... Lupakan Bang Akim sekarang mana nan tandoori yang kupengen itu, DP ikut-ikutan pesan makanan seperti aku, tapi kemudian kami kecewa... nggak enak dan... yah sudahlah.... mungkin ada nan tandoori di tempat lain yang enak, kami saja yang sial malam itu. Nan tandoori kucoret dari list makanan yang kukira kusukai.

Nan Tandooriku yang tidak kusukai...


Jalan-jalan malam muter di Bukit Bintang


Lanjut Part 8

Nah kalau ada puncak acara pada suatu kegiatan, hari inilah puncak acara dari seluruh kegiatan kami. Biasanya kan kalau habis puncak acara, para tamu dipersilahkan makan kemudian pulang.... *mulai ngelantur*... Oke sampai dimana tadi, jadi hari ini kami akan ke James Bond Island..... hahaha...

Batu nancap di laut itu memang sudah jadi incaran tempat yang harus kukunjungi suatu hari nanti, syukurlah hari ini tercapai. Walau filmnya sudah lama sekali, tapi tempatnya masih terkenal sampai sekarang dan benar-benar jadi magnet bagi turis.

Jam 8 pagi, sudah ada supir yang menjemput kami. Supirnya nggak banyak ngomong karena sepertinya kurang bisa berbahasa Inggris. Di mini van yang menjemput kami sudah ada keluarga bule cakep, ayah ibu sama anak gadisnya yang sudah menunggu kami. Kemudian mobil jalan lagi dan menjemput satu rombongan keluarga lagi, kali ini muka mereka agak kelatin-latinan. Kalau dinilai dari muka kayak orang-orang Brazil kali ya *sok analisis asal*.... ada ayah, ibu satu anak cowok kecil beserta dua cowok paruh baya kira-kira berumur 30an... *sok analisis umur*... Kemudian ke hotel keren menjemput pasangan bule suami istri yang sudah agak berumur dan terakhir kami sempat nyasar ke hotel yang pemandangannya indah sekali sebelum menjemput pasangan bule dari Jerman yang aku yakin sekali belum menikah *sok analisis status*... Jadi rombongan dalam mobil itu kita sebut saja, 2 cewek Indonesia, 3 bule sekeluarga yang cakep, 3 orang keluarga latin, sama 2 cowok 30 an, 2 bule suami istri dan 2 bule pacaran... haha... apa sih... Ini jadi kayak awal perkenalan tokoh di film-film trailer yang pemainnya satu demi satu dimakan buaya, atau ikan paus atau sejenisnya... *berdoa kami baik-baik saja sampai akhir film*

Nyasar di hotel orang yang pemandangannya kece...


Sampai di dermaga kami menunggu lagi mini van lain yang penumpangnya bakal sekapal sama kami. Rombongan makin ramai dengan munculnya keluarga Asia dengan beberapa anak kecil, keluarga India dengan satu anak cowok kecil yang manis, satu keluarga India lagi yang mukanya nggak seperti orang India dengan anak cowok yang agak besar, beberapa cowok-cowok yang entah berapa orangnya yang nggak keitung, beberapa orang entah darimana nggak kedeteksi karena nggak kedengaran mereka ngomong, satu cewek Afrika dan rasanya sudah semua,.... Tuh kan keliatan betapa kepo nya orang Indonesia itu.... Tapi prinsip DP sih kalau kepo harus maksimal, nggak boleh setengah-setengah.... Yang enaknya lagi, kepo di sana kami bebas ngomong tanpa takut mereka tersinggung karena mereka jelas nggak ngerti kami ngomong apa... 2 bule yang pacaran itu sebenarnya cowoknya cakep tapi ceweknya agresif, yang paling menyenangkan ibu dari keluarga India yang mukanya nggak kayak orang India yang anak cowoknya sudah besar, dia ramah dan hobi ngobrol dengan kami. Sementara keluarga India lainnya, bapak si anak cowok kecil cenderung kasar sama anaknya sendiri.... Sekian perkenalan isi kapal kami...

Sebelum berangkat, kami diberitahu untuk memakai sunblock, karena di laut nanti super panas.... Kami juga lagi-lagi saltum, karena orang-orang lainnya berpakaian tempur siap nyebur ke laut, sementara kami berpakaian seperti mau ke mall dan kucing takut air. Inilah perbedaan turis yang emang nyari petualangan sama turis narsis seperti kami yang hanya mementingkan foto. Bisa-bisa nanti sampai di James Bond Island dan sudah dapat fotonya kami minta pulang, tapi sayang.... acara utama selalu terakhir sehingga kami "terpaksa" ikut semua acara tanpa bisa protes...

Untuk grup kami, dikasih gelang dari benang berwarna orange sebagai penanda. Tanda apakah ini, jika kami hilang atau tenggelam *amit-amit* apakah gelang ini akan menyelamatkan kami... *mikir konyol*. Jalan kaki menuju kapal lumayan jauh, ini aja sudah panas, kulit yang sudah item tambah jadi gosong.... orang-orang pada beli plastik untuk melindungi handphone mereka jika kecebur. Sementara kami kebingungan karena, selain handphone yang jumlahnya tidak satu, masih ada dompet, kamera, powerbank yang seharusnya bawaan ini bisa kami minimalisir dengan simpan di hotel. Untung kemudian ada penyewaan tas tahan air seharga 100 THB untuk kami bawa sehingga tas bisa ditinggal di kapal.

Kami naik di lantai 2 dan diminta memakai pelampung. Selain kami ada guide cowok lokal dengan kacamata hitam dan cewek lokal yang ngurusin konsumsi. Awak-awak lain ada di bawah, serta ada beberapa ibu-ibu yang masak, beberapa memakai kerudung. Belum apa-apa si Uma sudah ngucapin "Have fun..." di Line untuk kami. Kapal ini menyediakan makanan halal yang emang sudah dikasih tahu sama si Uma, pemiliknya muslim, cuma si Uma kemarin ngawur dengan menyarankan kami memakai celana pendek dalam perjalanan ini.... *ngemplang si Uma*

Kapal mulai jalan, semakin lama semakin menjauh dari daratan, pemandangannya luar biasa. Coba deh tiap hari lihat yang kayak gini, mungkin aku bakal betah di rumah.... Nggak tau ya gimana dengan Raja Ampat mungkin kurang lebih kayak gini juga kali ya.... laut yang dikelilingi pulau-pulau kecil alami dengan tebing-tebing berwarna hijau tosca. Sepanjang perjalanan, di kapal kami disuguhi buah jeruk, pisang dan biskuit. Juga air minum tak terbatas, termasuk minuman ringan seperti Coca cola dan Fanta. Cowok guide ngasih tau kalau perjalanan pertama kali adalah canoeing menyusuri gua. Satu canoe isinya 2 atau bisa 3 dengan satu pendayung. Kami tidak bisa berenang, dan mendapatkan pendayung abege ramah, tengil yang agak jahil namanya Goferi. Perjalanan menyusuri gua seram.... jadi ingat salah satu episode My Trip My Adventure.... guanya gelap dan bau, cahaya penerangan hanya dari pendayung yang memakai penerangan khusus di kepala mereka, penghuni gua tentu saja kerabatnya si Batman, si Goferi udah tau kami nggak bisa berenang sering goyangin canoe untuk buat kami makin cemas. Banyak stalaktit dan stalakmit dengan bentuk bermacam-macam, kami juga harus duduk berbaring begitu melewati tempat yang rendah. Canoe nya banyak jadi resiko tabrakan pasti ada, nggak kebayang kalau aku kecebur di situ... siapa yang nanti bakal nemuin.... *berdoa komat-kamit....* Suasananya ribut, orang-orang pada ngobrol seru, ada yang jahil nyiram-nyiram air sampai kena aku dan airnya masuk ke mulut saudara-saudara... ih nggak banget deh... air laut yang bau entah kandungannya apa saja itu rasanya super asam, cuma nggak bisa ku keluarkan lagi di sana, takut kualat kenapa-kenapa, terpaksa kutahan dan baru kumur-kumur begitu sampai kembali ke kapal. Jadi kalau ditanya apakah aku pernah menelan "air kotoran kelelawar" sepertinya jawabanku adalah pernah...

Pemandangannya super keren...


MTMA di gua...


Setelah menyusuri gua, adrenalin agak naik dan kami mengalami "canoe lag" jadi agak-agak menenangkan diri dulu kemudian. Berhubung sudah siang, guide ngasih tau saatnya makan.... lauknya enak, ada ayam, kentang, dan lain-lain... sayang supnya asam... kayaknya tom yam nanggung gitu. Kami dikasih tau giliran pertama makan adalah wanita dan anak-anak, tapi si bapak India yang anaknya kecil udah ngambil duluan sebelum si guide ngasih tau, alasannya sih untuk istri sama anaknya.... waduh kasihan istrinya jadi malu. Habis makan sudah dikasih tau, kami harus memasukkan sisa makanan ke tong sampah dan piringnya masuk ke wadah khusus, luar biasa emang mereka-mereka yang sekapal sama kami, tahu aturan dan tertib. Di meja aja, mana ada kulit pisang atau gelas habis minum, semua bersih.

Makan siang halal di kapal, makannya banyak....


Karena lupa baca brosur dan nama tempat-tempatnya sulit diingat, jadi kami tidak tahu perjalanan berikutnya. Kurang lebih satu jam kemudian, kami sampai destinasi berikutnya, lagi-lagi pake canoe dan aku mempertimbangkan tidak mau ikut karena agak jera. Tapi guide cewek di kapal yang ngurus makanan (lupa nanya namanya siapa) bilang ikutlah pemandangannya bagus, kami jadi terpaksa ikut daripada lama nunggu di kapal. Canoeing yang kedua pendayungnya masih sama, jadi ketemu si Goferi lagi. Baru mau turun, si Goferi udah teriak ke orang-orang di kapal yang lagi nunggu kalau  dua cewek dari Indonesia adalah penumpangnya.

Perjalanan kedua bukan gua, tapi pemandangan terbuka tebing-tebing dengan berbagai macam bentuk. Perjalanannya lebih panjang menuju daratan kecil dimana peserta tur boleh berenang di laut. Kali ini kami melewati batu nancap yang lebih besar, mirip di James Bond Island. Goferi banyak omong, tapi begitu kami ajak ngomong balik dia banyak nggak nyambung dan bilang dia nggak terlalu bisa Bahasa Inggris. Dia nanya berapa umur DP, begitu dijawab dia bilang umur DP sama seperti saudaranya, tapi dia nyebut saudaranya itu "brother me" yang membuat DP harus jadi guru Bahasa Inggris dulu untuk memperbaiki bahasanya si Goferi...

Batu James Bond KW 1


Sama si "brother me", Goferi....


Sampai di daratan yang entah namanya apa, orang-orang pada berenang, bule-bule langsung berbikini ria dan kami cuma duduk-duduk bengong. Nggak mau basah tapi terpaksa basah saat naik turun canoe. Setelah para bule puas berenang kami kembali ke kapal dan menuju destinasi utama.... James Bond Island.

Untuk menuju ke sana, kapal nggak boleh merapat karena tempatnya sempit. Maka kami dipindah ke long tail boat dengan mesin yang suaranya kuat seperti di film Bangkok Dangerousnya Nicolas Cage. Long tail boatnya lama merapat ke pulau karena nunggu antrian bersama long tail boat lain yang jumlahnya sangat banyak. Luar biasa deh entah darimana orang-orang ini muncul di tempat yang terpencil seperti ini, Efek marketing dari sebuah film terkenal, memang luar biasa. James Bond Island aslinya bernama Khao Phing Kan... (bener nggak ya).... gara-gara film itu beberapa puluh tahun lalu, makanya sekarang namanya diubah.

Akhirnya sampai juga, dan di pulau kecil itu, orang yang berkunjung luar biasa banyaknya. Dari berbagai macam bentuk dan bahasa, tumplek jadi satu. Mau ngambil foto aja susahnya setengah mati supaya dapat foto sendirian tanpa ada orang lain yang ikut kefoto. Dari semua foto, hanya satu dua yang bisa sendirian tanpa ada kaki, atau tangan orang lain yang ikut.

Mahal dan sengsara demi ini


Di sana banyak orang yang jualan suvenir, tapi Masya Allah, harganya berlipat-lipat, kami sampai dikejar-kejar si penjual setelah iseng nawar tapi emang nggak minat beli. Waktu di sana cuma sebentar, hanya 45 menit. Nggak puas rasanya, tapi mau bagaimana lagi, nanti antrian long tail boatnya pasti lama lagi, daripada kami ditinggal. Sudah repot banyak orang, si DP kembali rewel kalau foto, backgroundnya harus oke, sudah gedung-gedung di belakang Merlion nggak boleh kepotong, kali ini aku harus ngambil foto dengan daun di samping tulisan Khao Phing Kan juga harus utuh, seperti dia ngambil fotoku.

Tuh daun penting, jadi harus di foto...


Setelah waktu habis, kami antri untuk pindah ke long tail boat kemudian lanjut kembali ke kapal. Hari sudah sore dan ini adalah perjalanan terakhir. Menuju ke dermaga makan waktu kurang lebih 2 jam. Diperjalanan pulang, guide bersuit manggil sea eagle yang kemudian pada terbang mengikuti kami. Tapi cuma sebentar, selanjutnya mereka capek dan nyerah nggak ngikutin lagi. Di tengah jalan kapal pake acara mogok lagi, kami diminta menunggu 10 menit untuk ngecek kapal. Bengong lagi nunggu, ada kapal lain yang lebih besar penuh dengan bule dengan music yang terdengar adalah lagu macarena stop sebentar hanya untuk memberi waktu mereka ngeledekin kami, okey kami kalah... hanya bisa senyum-senyum. Untung tak lama kemudian kapal bisa jalan lagi, dan untuk mengisi waktu para bule di kapal kami pada tidur.

Kembali ke daratan kami naik ke mobil yang sama dengan supir yang sama juga seperti yang menjemput. Isi mobilnya juga tetap sama. Perjalanan darat kurang lebih sejam lagi, sampai di Patong sudah hampir malam kalau tidak macet, tapi karena macet, sampainya jadi malam. Pertama ngantar pasangan bule pacaran dulu, kemudian bule suami istri. Sampai di Patong seluruh penumpang kecuali kami turun di Bangla Road, kami yang terakhir turun di depan lorong menuju The Belle Resort.

Capek, tapi harus nyari makan malam. Habis mandi dan sholat kami keluar lagi demi DP yang ngidam fried rice with pineapple thai style yang kemarin dilihatnya di restoran yang kami lewati dan memasang tanda halal. Yo wes jadi kami ke sana, dan aku memesan nasi goreng ayam yang ayamnya disuwir ngumpet diantara nasi.

Nasi goreng lauk bawang bakung..


Baliknya masih belum puas beli pancake lagi, mumpung masih di Phuket. Kalau sudah besok, kami sudah aman kalau soal makan, karena di KL banyak makanan halal di sekitar hotel di Bukit Bintang.

video youtube

Lanjut Part 7

Tanggal 28 Desember 2015, sampai jam 9 pagi kami masih hibernasi dibalik selimut. Rugi banget memang ngabisin waktu buat tidur jauh-jauh ke Phuket, tapi pertimbangan ini kami ambil demi kelangsungan kisah perjalanan kali ini. Setelah merasa hari sudah siang, sudah bosan tidur dan merasa sudah sehat, kami bangun. Target hari ini adalah jalan ke Jungceylon, keliling-keliling Patong dan beli paket tur untuk besok. Diputuskan kami lebih memilih ngeliat batu James Bond daripada pantainya Leonardo Dicaprio.

Namanya Uma, kalau jadi orang marketing cocok banget. Dia nggak seperti penjual yang maksa-maksa, tapi lebih seperti teman baik yang membantu kami memilihkan paket tur yang bagus. Ketika kami datang lagi, dia sudah senyum-senyum, dan bertanya bagaimana keputusan kami. Jiwa jualannya baru keluar setelah kami menawar dengan sadis dan dia berkata, "No.... Can't..." dengan dialeg Thailandnya tapi sambil pura-pura seperti anak kecil.... Akhirnya setelah kira-kira dua jam kemudian kami sepakat untuk ikut paket tur James Bond Island besok, dengan harga 1300 THB. Kayaknya masih mahal deh, tapi nggak apa-apalah, inikan tahun baru, semua pada mahal.... nanya ke tempat lain nggak ada yang lebih murah. Selesai transaksi, kami minta nomor Uma jika ada apa-apa saat tur besok. Setelah jadi friend dengan DP di Line, mereka malah jadi sering ngobrol kemudian.....

Selesai urusan beli paket tur, kami makan lagi di restoran halal dekat hotel milik "temen kuliahku". Orangnya ramah dan kami langsung betah di sana. Luar biasa deh, orang-orang yang buka bisnis di bidang pariwisata kayak gini, semuanya pada ramah dan menyenangkan. Habis makan, kami dikasih nota pembayaran dengan tulisan tangan keriting yang disimpan DP sebagai kenang-kenangan. Kemudian kami menyeberang jalan ngeliat Patong Beach, komentarku.... persis Kuta, nggak ada satu spot pun bagi kami untuk ngambil foto tanpa ada bikini yang ikut-ikutan kefoto. Kami benar-benar saltum berpakaian lengkap dengan dikelilingi para bule yang berjemur.... Sayang nggak ada bikini syariah, jadi kami nggak bisa ikutan berjemur di sana.... hehe...

Patong Beach...


Lagi kami asyik berfoto ria, seorang bule kasihan ngeliat kami nggak bisa berfoto bersama. Jadi dia baik hati ngambil foto kami berdua, beberapa kali malah. Kami sangat berterima kasih dan menawarkan foto selfie bersama dia.... Karena nggak enak mungkin ngeliat pakaian kami sementara dia pake bikini, dia jadi pake kain dulu sebelum berfoto dengan kami. Dia dari Rusia, dan ketika kami mengatakan dari Indonesia, kami harus menambahkan embel-embel Bali supaya dia tau.

"We are from Indonesia, do you know Bali?"....
"Yes sure..."
"Okey... Bali is Indonesia..."

hahaha.... urusan beres, dia pasti ngerti dan tau Indonesia. Sebenarnya pengen sih nyebut Palembang untuk menjelaskan Indonesia... kira-kira gini pertanyaannya seandainya kalau diubah.

"We are from Indonesia, do you know Palembang?"....
"Sorry i don't know where is it..."
"Okey fine,...." *tertunduk lesu*...."Palembang near Bali...." *berkata lirih* hehehe....

Foto sama bule baik...


Rela minggir demi tulisan Patong Beach...


Kabel listriknya semrawut...


Foto kaki (lecet) yang agak penting, eksis di Patong...


Puas ngelayap di Patong, kami melanjutkan perjalanan menyusuri Bangla Road menuju Jungceylon. Niatnya mau cari mango with sticky rice dan cari oleh-oleh. Kalau nggak dapat mangga yang dimakan sama ketan ini, aku nggak mau pulang, karena ini masuk dalam salah satu list "must to do..."

Hore ketemu....


Kalau untuk oleh-oleh makanan, kami susah nyarinya, karena semua pada nggak halal. Untung ada keripik "Greenday" keripik buah-buahan produksi Thailand yang halal, dengan berbagai macam rasa. Pisang, Strawberry, Anggur, Nangka dan lain-lain.... semua dikemas utuh seperti bentuk aslinya..... Lho kok jadi gaya ngiklan... hahaha.... Gara-gara keripik "Greenday" juga, bawaan tas jadi penuh tapi enteng... Di Bangla Road juga ketemu pop mi halal yang wadahnya mangkuk, lengkap dengan tutupnya. Karena bagus jadi tertarik dan pengen bawa pulang ke Palembang. *nambahin bagasi lagi....*

Setelah puas belanja, kami balik lagi ke hotel, tapi malamnya keluar lagi dan kembali ke Bangla Road. Bangla Road ini kalau malam penuh sama manusia, kendaraan bermotor nggak boleh lewat, semua kios, toko, cafe dan rumah makan, karyawannya pada turun ke jalan untuk menarik konsumennya, sampai Mc D juga nggak ketinggalan. Kali ini kami memilih makan malam beli kebab, cape deh... di Palembang juga ada. Gara-garanya sih tertarik ngeliat dagingnya ditusuk dan ditumpuk besar yang kayak foto di bawah, nah di Palembang nggak ada yang kayak itu...

Kebab di Bangla Road


Satu lagi yang masuk list "must to do" di Thailand, yaitu makan pancake. Ibu penjual pancake menjelaskan bahwa dia bukan muslim, tapi bahan-bahan pancakenya bebas pork, maka kami pesan Banana Vanilla dan Mango Caramel. Selama pesanan kami dibuat, Ibunya nggak keberatan difoto, juga dibuat video. Ini nih akibat kebanyakan nonton TV program jalan-jalan, jadi kelihat pancake di Phuket dan harus diwujudkan... Pancakenya kami bungkus bawa pulang ke hotel. Karena emang udah kenyang jadi sisanya masuk kulkas, untuk dimakan lagi buat besok....

Yang sebelah kiri harganya 50 THB, yang sebelah kanan 100 THB, yang tengah tidak dijual...


Tara... ini pancakenya...


Lanjut Part 6

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...