Lagi-lagi Palembang menjadi tuan rumah event olahraga. Setelah pada tahun 2011 Palembang "disinggahi" Sea Games, kali ini di tahun 2018 lebih akbar lagi, yaitu.... Asian Games. So... kalau ditanya nonton apa aku selama Asian Games, masa aku jawab tidak ada.... kan rugi... Udah kena imbas macetnya, di jalan disuruh minggir sama pengawal mobil yang berbendera peserta, masa nggak terlibat langsung nonton event nya. Maka untuk memenuhi obsesi nonton pertandingan Asian Games paling tidak satu kali saja, pergilah aku sama Elsa nonton rowing.

Pertandingan yang dilangsungkan di Palembang cukup banyak, ada tennis, rowing, volley beach, sepak takraw, bowling, panjat tebing dan beberapa pertandingan lain. Karena waktuku terbatas hanya Hari Minggu atau tanggal merah, maka bisanya nonton pertandingan yang berlangsung hari itu saja. Karena terbatasnya waktu itulah agak susah milih pertandingan yang ada kontingen Indonesia nya. Pertandingan sudah memasuki babak yang lebih tinggi, dan kami tidak tahu Indonesia main di babak yang mana saja. Saat beli tiket di blibli.com, dipilihlah rowing, dengan harapan masih ada Indonesia karena pertandingannya kan sekali main langsung banyak negara.

Pagi-pagi jam 9, nyari parkiran mobil dulu sebelum masuk ke kompleks Jakabaring Sport City, dikarenakan di sana harus steril dari mobil masyarakat umum. Saat antri untuk menukar tiket didepan pintu masuk, kami ketemu suporter dari Malaysia, Thailand dan Jepang... Setelah lihat mereka di mall dan LRT, ketemu lagi di sini... Jepang? Okeh... Apakah ini pertanda bagiku, setelah ke Malaysia dan Thailand maka berikutnya negara yang akan ku kunjungi adalah Jepang... Haha...

Setelah tiket beres, kami masuk dan melewati pemeriksaan petugas. Baru kemudian menunggu bis gratis yang datang beberapa menit sekali.

Kayaknya suporter dari Jepang dan juga negara yang biasa teratur lainnya, syok ngeliat kelakuan orang-orang di sana, soalnya ketika bis datang, semua berebut masuk, sama sekali tidak ada antri-antrinya... Haha... Anehnya orang-orang Indonesia termasuk yang lagi nulis ini bisa ikutan tertib kalo lagi di luar sana...

Hore rebutan bis, seperti jaman kuliah di Unsri Indralaya dulu...


Bis melayani rute mengelilingi JSC, saat melewati wisma atlet terlihat beberapa bendera peserta yang terpasang. Yang kulihat diantaranya adalah bendera negara Korea dan Kazakhstan.

Lokasi venue dayung terletak di ujung, tempatnya lumayan luas. Jangan ada ide mau jalan kaki pulang keluarnya nanti, karena super jauh dan kaki pasti gempor....

Akhirnya sampe di danau JSC


Di awal pintu masuk ketemu sama para maskot.... Siapa lagi kalau bukan Kaka, Atung sama Bhin Bhin. Biasanya untuk atlet yang mendapat Medali emas dikasih boneka Kaka, Badak bercula satu dengan pakaian Palembang, Medali perak dikasih boneka Atung, Rusa Bawean berpakaian dari Jakarta dan Perunggu dikasih Bhin Bhin sang Burung cendrawasih dengan memakai pakaian Irian. Yang imutnya lagi para maskot dipajang lengkap beserta dengan jejak kaki masing-masing,

Juara I,II,III ditambah IV yang nggak punya jejak kaki


Di dalam, suasanya tidak terlalu ramai, malah cenderung sepi, mungkin karena banyak yang lebih memilih untuk nontong cabang olahraga yang lain. Kursi depan pada kosong karena puanas... Jadi kami menumpuk di kursi belakang yang terkena bayangan atap.

Untuk mengenali yang mana kontingen Indonesia, bisa dilihat dari pakaiannya, dari LED big board, dari suara komentator dan satu lagi yaitu dari bendera yang terdapat di masing-masing dayung peserta...

Mana atlet dayungnya...


Itu mereka nun jauh di sana.... In do ne sia!!!!


Setelah puas di sana, kami pulang dan berniat foto-foto di depan stadion. Mumpung keren dan masih banyak ornamen Asian Games di sana. Cuma sayang, nih bawa Elsa, anak kecil gak bisa ambil foto... pas aku yang ambil fotonya hasilnya bagus, pas giliran aku yang jadi model, hasilnya gak karuan... Gelap, tertutup jari dan umbul-umbulnya kepotong... Haha...*nangis*... Foto lain tidak ada yang bagus, kata Elsa sih salah di model... *gak jadi pamer IG*...

Ini aku yang ambil fotonya,....


Bandingkan saudara-saudara...


Lanjut besok-besoknya, hari Minggu masih mau coba lagi nonton, kali ini mak nya Elsa ikut dan dipilihlah pertandingan panjat tebing. Indonesia sudah dapat emas di panjat tebing, dan kami kepengen nonton, siapa tahu Indonesia menang lagi. Beli lagi tiket di blibli.com dan rencananya nanti pas datang ke JSC taruh mobil di OPI terus naik LRT ke stasiun Jakabaring.

Apa daya saudara-saudara ekspektasi tidak sesuai realita... Saat mau naik LRT, kartuku ternyata habis saldonya, selama Asian Games tarif LRT menjadi Rp 1,- dan itu artinya aku harus top up dulu... di mana top up nya? di situ yang antriannya panjang kayak ular naga panjangnya... Cape deh, kami terpaksa ketinggalan kereta pada jadwal saat itu. Eh setelah akhirnya berhasil isi saldo kartu LRT, kami juga belum bisa masuk karena sedang ada kunjungan Wakil Presiden... duh penonton kecewa lagi... Hari semakin siang dan takut ketinggalan pertandingan, akhirnya kami memutuskan keluar dari sana dan naik gocar saja...

Menanti gocar setelah lelah menanti mau naik LRT...


JSC sudah ramai, soalnya mulai hari itu masuknya gratis, nonton pertandingannya yang bayar. Untuk transportasi ada dua pilihan bis yang akan dinaiki selama di dalam JSC, koridor 1 dan 2. Untuk menuju ke venue panjat tebing kami harus naik bis koridor 1, saat ada bis datang tanpa ampun kami naik, dan ternyata bis itu adalah bis koridor 2.... pinter ya kami.... hahaha...

Sebenarnya bisa sih, ikut bis itu balik lagi ke pintu gerbang JSC untuk naik bis yang benar, masalahnyaaa... bang sopir ngomong mau istirahat dulu setelah ini, dan itu artinya kami harus turun. Turunnya di depan venue voli pantai yang tiketnya tidak kami punyai... Trus mau ke venue panjat tebing gimana???... nggak tau..., mobil di tinggal di OPI, gojek nggak ada di sana, becak juga apalagi, mau ikut mobil orang yang berstiker nggak diajak, mau naik bis atlet dicuekin... haha... judulnya kalau dalam bahasa Palembang adalah "tekaraw"... Pelan-pelan akhirnya kami jalan kaki sambil mengingat dosa kami apa hari ini sehingga jadi susah begini, sambil jalan tanya sana tanya sini, foto sana foto sini, sambil ngelewatin danau yang lagi ada pertandingan perahu nggak tau apa, di nomor apa, pokoknya beregu dan satu orang gebukin drum sebagai musik.... Hampir jam 3 sore baru kami sampai di tujuan, dan sebagai informasi, kami datang tadi dari rumah jam 11... kalau ke Jakarta naik pesawat bolak balik, sudah bisa dua kali...

Di pintu masuk kami ketemu mbak-mbak volunteer yang ramah dan menyilakan kami masuk. Mereka bilang pilihlah tempat duduk sebelum ramai, karena sebentar lagi pertandingan mulai dan pasti ramai. Tuh kan... pertandingan yang pertama sudah selesai, kami jadi hanya kebagian pertandingan selanjutnya. Tapi yah okelah untung masih bisa ngeliat pertandingan walaupun ternyata tidak ada Indonesia yang bertanding hari itu.... Yang bertanding dari negara Korea, Jepang, Hongkong dan Kazakhstan. Elsa sibuk nyari atlet dari Iran yang kemaren menang, sayang dia nggak main...

Ketemu Ade yang jadi volunteer di sana...


Itu tebingnya yang mau didaki eh dipanjat...


Luar biasa deh atlet-atlet panjat tebing di sana, kalau aku di suruh naik pasti sudah nyerah di posisi pegangan tangan pertama, sementara mereka manjat seolah tangannya lengket di dinding... Spiderman banget...

Secara keseluruhan penyelenggaraan Asian Games menurutku seru, cuma sayang cabang favorit seperti Badminton dimainkan di Jakarta. Harus cukup puas nonton di tv saja, sambil pegangin jantung yang rasanya mau lepas ngeliat Indonesia bertanding di final.... Kemudian.... Asian Games selesai, artinya aku juga bakal jarang nonton tv lagi.... sedih deh...

Jadi... kalau ditanya apakah aku nonton Asian Games yang berlangsung di Jakarta dan Palembang, aku bisa dengan bahagianya menjawab, kalau aku nonton dua pertandingan... hahaha... Dan kalau diingat-ingat lagi aku sudah 3 kali nonton event internasional termasuk Asian games, Piala Asia tahun 2007, saat Indonesia bersama 3 negara lain jadi tuan rumah, pertandingan antara Saudi Arabia dan Bahrain di kualifikasi grup dan perebutan tempat ketiga antara Jepang dan Korea Selatan, satu lagi tentu saja Sea Games saat berlangsung tahun 2011 yang lalu pada pertandingan synchronous swimming... Jadi kapan ya aku nonton Piala Dunia atau Olimpiade, harus di selenggarakan di Palembang dulu kah atau siapa tahu aku memiliki takdir nonton di negara lain... *ngarep*....

Dengan adanya LRT baru-baru ini di Palembang, aku jadi pengen merangkum wisata kereta yang telah ku coba sampai hari ini. Kalau mau bahas wisata kuliner rasanya aku tidak sanggup saking banyaknya makanan yang pernah singgah ke perutku, so kereta saja, karena masih sedikit dan bisa ditulis. Tempat-tempat dari kereta yang sudah dicoba yaitu di Singapore, Malaysia, Thailand dan Hong Kong. Sementara saat aku ke Macau beberapa waktu yang lalu selalu naik bis, karena di sana tidak ada kereta angkutan massal.

1. Singapore
Negara Singapura bagiku adalah negara pertama yang memperkenalkan kereta sebagai angkutan transportasi massal. Aku ke sana pertama kali sekitar 11 tahun yang lalu, masih muda, dan culun. Masuk pertama kali dari Johor Bahru, naik MRT yang stasiunnya bisa di atas atau di bawah tanah bagiku sangat keren. Selama naik MRT, aku juga terpaksa menyesuaikan diri dengan warga di sana yang disiplin dan jalannya sangat cepat. Naik eskalator saja harus berdiri satu sisi, dan membiarkan sisi yang kosong untuk dilalui mereka yang masih mau jalan cepat-cepat. Saat itu rasanya pengen banget Indonesia juga punya, syukurlah sekarang di Jakarta sudah dibangun juga MRT.

Gate MRT Singapore


Jika menuju ke Sentosa Island, salah satu caranya adalah dengan menggunakan monorel. Dulu sebelum ada Universal Studio dan Madame Tussaud, aku belum nyobain monorelnya, setelah datang lagi beberapa tahun kemudian, baru menjajal monorelnya. Jaraknya pendek dan hanya 4 stasiun kalau tidak salah.

Monorel di Sentosa Island


2. Malaysia
Malaysia adalah negara yang paling sering kukunjungi dan artinya seharusnya aku sudah sangat sering berwisata menggunakan kereta di sana. Ada LRT yang salah satu stasiunnya bisa langsung muncul di KLCC Petronas. Sama seperti jenis kereta lainnya, naik LRT harus lihat dulu tujuan paling ujung stasiun yang dituju, agar tidak salah mengambil tempat menunggu, kan nggak lucu mau ke selatan eh tau-tau naik yang ke utara. Jadi harus jelas nunggunya di kiri atau kanan. Untuk stasiun yang juga merupakan interchange maka kita harus lebih teliti lagi dalam melihat jalur kereta yang kita tuju

Stasiun LRT di Kuala Lumpur


Kalau untuk yang jarak jauh, sampai ke luar kota, di Kuala Lumpur ada Komuter. Karena dulu aku pernah menginap di wilayah kos kosan UKM, maka Komuter jadi salah satu moda transportasi yang kupakai. Gerbongnya lebih panjang dan tentu saja waktu tempuhnya lebih lama. Aku pernah naik Komuter ditengah hujan lebat sambil mikirin jemuran yang lupa diangkat.... haha...

Salah satu stasiun Komuter


Nah kalau mau lebih pendek dan jalurnya lebih ekstrim dari LRT, pilihan berikutnya adalah monorel. Salah satu stasiun monorel ada di Bukit Bintang, daerah wisatawan yang super rame. Banyak mall juga hotel-hotel di sana. Bisa bolak balik dari hotel ke mall kalau belanjaan kurang banyak... hehe...

Monorel yang lewat di Bukit Bintang


Satu lagi sebenarnya kereta massal di Kuala Lumpur yaitu MRT, cuma sampai saat ini aku belum pernah coba, karena masih dibangun. Gambar maksa di atas, yang modelnya harus difoto bergitu monorelnya lewat, memiliki latar belakang konstruktsi MRT yang masih dalam tahap pengerjaan, jadi area Bukit Bintang agak sedikit crowded.

3. Thailand
Aku sudah dua kali ke Thailand, sekali ke Bangkok, dan satunya lagi ke Phuket. Kereta massal ada di Bangkok, dua jenis yang kucoba adalah BTS dan MRT. Sepertinya kalau dibandingkan, BTS lebih banyak dipilih di sana, karena BTS lebih punya pemandangan dibandingkan MRT yang lebih banyak gelapnya. Aku pernah menginap di hotel dengan pemandangan jendela langsung menghadap ke rel BTS. Jadi kalau lagi bete dan kurang kerjaan, bisa melamun nungguin BTS lewat, ngitung kereta lewatnya berapa kali dalam berapa menit.

Rel BTS dari Hotel


Pernah juga nyobain MRT, samalah seperti MRT di tempat lain. di bawah tanah, kita nunggu di pintunya yang nanti kebuka sendiri kalau keretanya datang. Yang beda adalah cara masuknya, tidak pakai kartu, tapi seperti koin yang berwarna hitam, cemplungin aja ke tempatnya buat masuknya.

MRT Bangkok tidak pakai kartu


4. Hong Kong
Nah ini yang seru, selama di Hong Kong, aku tidak pernah naik mobil.... selalu MTR karena sudah sangat bagus, terintegrasi ke mana-mana, jalurnya banyak dan bisa dipilih sesuai keinginan.

Petunjuk Stasiun MTR Hong Kong


Kalau mau ke Disneyland, jalurnya khusus, keretanya juga khusus. Super unyu-unyu dengan jendela dan pegangan tangan berbentuk kepala Mickey Mouse.

MTR khusus ke Disneyland


Ke airport pun jalur dan keretanya khusus, banyak tempat buat taruh koper, kursinya juga lebih eksklusif, tapi tentu saja lebih muahal dibanding tujuan lainnya.

MTR khusus airport Hong Kong


Sesampainya di bandara, di dalam bandara pun saking luasnya harus naik kereta khusus menuju gate masing-masing. Kalau tidak salah, tidak ada kursinya, semuanya berdiri, sayang aku nggak punya foto yang bagus karena jaraknya pendek.

Penutup...
5. Indonesia
Entar deh, kalau moda transportasi di Jakarta jadi, aku akan ke sana dan nyobain. Sementara kalau yang lebih konvensional, sebenarnya aku sudah pernah naik kereta dari Palembang ke Lampung, serta Surabaya menuju Jogja. Sementara yang lagi kekinian sekarang adalah LRT di Palembang. Serasa piknik ngajak keluarga buat nyobain naiknya, super rame dan seru.

Stasiun LRT


Akhirnya Palembang nggak kalah, selama naik LRT aku serasa tidak mengenal Palembang... serasa di mana gitu... Ngeliat Palembang dari atas rasanya nggak biasa, soalnya aku kenal sekali tempat-tempat yang dilalui. Beberapa Mall yang selalu dikunjungi, Masjid Agung, stadion dan tentu saja Jembatan Ampera. Kalau naik pesawat ngeliat Palembang dari atas kan kejauhan,  dengan LRT ngeliat dari atasnya lebih dekat. Informasi barunya adalah aku baru tahu kalau banyak masjid bagus-bagus di Palembang...  He he he....  Selama naiknya juga, aku beradu eksis dengan penumpang lainnya, siapa yang eksis dan yang lebih eksis. Snapgram sampai selfi dengan penumpang lainnya... (kami yang diajak selfi, bukan kami yang ngajak)...Yah nggak apa-apa lah ya. Namanya juga masih baru...

Saat kami mencoba LRT tersebut, pada suatu kesempatan dari Bandara, kami menunggu kereta yang akan berangkat beberapa menit lagi. Sudah duduk manis di sana, sudah sempat nolongin ngambil foto untuk keluarga yang duduk di depanku, pas hampir mau berangkat tiba-tiba ramai orang-orang berjalan menuju gerbong paling depan, ada apa nih.... *kepo kumat* oh ternyata ada salah satu menteri yang sedang melakukan kunjungan. Hikmah dari persiapan Asian Games di Palembang, aku sudah ketemu dua menteri dalam beberapa hari terakhir, karena beberapa hari yang lalu aku sempat ikut sosialisasi LRT dengan nara sumber salah satu menteri juga. Kembali ke cerita tadi, kami berencana mau berhenti di Picon, karena si oren diparkir di sana.  So saat sampai di Picon kami turun, kami jadi orang aneh karena cuma kami yang berhenti di sana. Niatnya mau lanjut turun dari tangga yang ada di depan, eh dihadang nggak boleh lewat, disuruh lewat tangga satunya yang agak jauh, untung ada mbak-mbak salah satu rombongan di gerbong depan, manggil-manggil ngajak naik ke gerbong mereka. Duh sayang sekali kami mau turun bukan baru mau naik, jadi ajakan tersebut terpaksa tidak bisa kami terima, dan kami turun dari tangga di depan, hehe...

So kesimpulannya apakah nantinya masih akan nambah pengalamanku naik kereta ini, doakan saja saudara-saudara, perjalanan selanjutnya ke Jepang..... paspor selesai, tiket dapat dan visa dikabulkan.... sehingga aku bisa nyoba kereta-kereta di sana terutama Shinkansen... *kencangin dompet*...

Palembang saat ini sudah cukup banyak memiliki tempat-tempat yang menarik untuk dikunjungi, dan aku tentu saja harusnya sudah sering mengunjungi tempat-tempat tersebut. Masa tempat orang lain jauh di mana-mana didatangi, tempat sendiri enggak. Trusss... sebagai anggota keluarga besar yang masih tinggal di sini, ketika banyak keluarga, kakak, keponakan yang tinggal di kota lain, lagi main ke Palembang, terpaksalah aku jadi orang baik buat ngajak mereka jalan-jalan. Mereka yang lagi merantau itu, kalau balik ke Palembang selain kangen makan pempek dan martabak HAR ya itu pengennya muter-muter Palembang.

Waktu aku mau ke Macau dan Hong Kong tahun kemarin, aku minta keponakanku si Anna di Jambi untuk ikut jaga rumah di Palembang sama Elsa.... (Frozen kah.... ini beneran ponakanku namanya ada Elsa dan ada Anna). Jadiii... supaya dia senang... dalam beberapa hari kami ngajak dia jalan ke beberapa tempat. Kemudian suatu hari kakak yang dari Tanjung Enim pengen lihat Al Quran Akbar, so berangkatlah kami dan aku lagi-lagi jadi supirnya. Lain waktu ada anggota keluarga lagi yang baru datang yang pengen ke tempat-tempat baru yang emang lagi hits, maka pergilah lagi kami.... Jadi kesimpulannya posting kali ini adalah posting random lanjutan dari postingan sebelumnya, perjalanan-perjalanan kami mengelilingi Palembang.

1. Al Quran Akbar
Total sudah 3 kali aku ke sana, dari Jembatan Musi 2 kalau dari arah Keramasan kemudian belok kiri. Lokasinya ada di Gandus tepatnya di Pesantren Al Ihsaniyah. Seperti biasa di sana selalu rame, pengunjungnya didominasi oleh ibu-ibu.



2. Masjid Cheng Ho
Kalau yang ini di Jakabaring, sudah nggak kehitung lagi berapa kali ke sana, saking seringnya, pernah lagi main ke OPI Mall dan musholanya penuh saat Magrib, kemudian kami ke sini sekalian perjalanan pulang. Arsitekturnya khas sekali dan keren, tidak terlalu besar tapi sangat indah.



3. Benteng Kuto Besak
Banyak pemandangan baru di BKB. Apalagi menyambut Asian games. Banyak hiasan-hiasan yang jadi target para pengunjung untuk berfoto. Selain itu juga merupakan tempat, ikon baru Palembang yaitu Iwak (ikan) Belido dan kalau kita memandang jauh sedikit, kelihatan juga Jembatan Musi VI yang baru dibangun.

Hiasan menyambut Asian Games 2018


Contoh foto kekinian anak jaman now


Iwak Belido latar belakang Jembatan Ampera


Waktu ke sana Jembatan Musi VI belum tersambung


4. Trans Studio Mini
Tempat mainan baru tahun 2017 di Palembang. Ke sana nggak main apa-apa, cuma lihat-lihat dan cari makan. Kesimpulannya... rame dan macet kalau lagi hari libur.



5. Musium Balaputra Dewa
Mumpung uang 10.000 rupiahnya masih dipakai, jadi Anna pengen ke sini untuk eksis.... ya okelah... sama seperti waktu pertama kali ke sini, tempatnya sedang berlangsung resepsi saat hari Minggu, tapi tidak apa-apa, karena posisi rumah limasnya ada di belakang.



6. Hutan Wisata Punti Kayu
Makin banyak saja miniatur-miniatur di Punti Kayu. Setelah Menara Eiffel de el el, sekarang nambah stupa Borobudur, Kincir Angin, Opera House Sidney dan banyak lagi pokoknya...

Kalau stupa Candi Borobudur kurang 1, artinya ada di sini...


Kincir angin bukan di Belanda


7. Sekanak
Sekanak adalah suatu kawasan di Palembang yang tampilannya diperbagus dan diperbarui... Kami ke sini sambil lewat, kemudian mampir sebentar.



8. D'Matto Millenial Art
Yah konsepnya agak-agak samalah seperti Trick Eyes seperti di Singapura, tapi lebih kecil dan sederhana. lokasinya ada di samping Dealer Isuzu Astra Jl. Sukarno Hatta.

Payung-payung terbalik


Ngasih makan peliharaan...


Objek paling keren


9. Lorong Basah Night Culinary
Selain Pedestrian Sudirman yang hanya buka malam Minggu, kalau mau cari jajanan malam bisa ke sini. Tiap malam buka. Hanya saja sepertinya jangan pergi malam Minggu, karena sangat sesak... Makanan khas Palembang banyak di sini. Aku ketemu ragit yang sudah lama aku idamkan, haha...



Hari ini adalah waktunya menggelandang.... waktu check out jam 11 pagi, tapi pesawat baru boarding jam 6 sore. Jadi ke mana sisa waktunya. Sepertinya bakal ke Masjid. Sampai di Kuala Lumpur sekitar jam 9 malam atau lebih, belum urusan imigrasi dan ambil bagasi, entah jam berapa selesainya, jadi kami memutuskan menginap di Bandara, karena pesawat ke Palembang jam 7 pagi, jam 4 subuh sudah harus check in dan masuk imigrasi lagi. Kami sudah mengamati sebelumnya pada saat datang waktu itu, kami akan tidur di Mushola lantai 2 dekat keberangkatan.

Jam 10 lewat kami check out, pamit sama Mrs. Roweina dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya, kami akan kembali lagi ke sana jika suatu saat ke Hong Kong lagi. Rencananya mau beli makan siang bungkus saja, sholat di Masjid baru ke bandara. Perjalanan ke Masjid kami melewati MTR Tsim Sha Tsui exit A1 dimana banyak mbak mbak dari Indonesia yang masih menikmati libur tanggal merah 1 Januari dengan berjualan makanan di samping Masjid. Aku membeli nasi ayam dengan lalapan murah sekali (dibanding harga di Hong Kong), seharga 20 HKD ditambah ketan hitam. Makannya pake tangan tapi dikasih sarung tangan plastik. Ternyata di Masjid sangat ramai, karena ada pengajian, banyak juga mbak-mbak yang makan siang di sana, maka bergabunglah kami di sana bersama mereka, tapi makannya di luar.

Perlengkapan mau makan


Saking ramenya Masjid, di dalam dan lantai 2, aku nggak kebagian tempat sholat, jadi nyempil sama mbak-mbak lain di dekat tangga. Sudah nggak sempat lagi kalau mau cerita-cerita di sana, karena kami sudah harus cusss ke bandara. Aku orangnya agak malas berkenalan dengan orang di jalan, hanya seperlunya saja, beda sama MS yang super ramah yang ketemu orang, orang bisa langsung curhat. Ini saja saat mau pulang MS masih asyik cerita sampai foto bersama dengan salah satu mbak di sana. Aku juga foto-foto, tapi sendirian... haha..

Depan Masjid Kowloon


Kalau di Macau kami selalu naik bis, maka di Hong Kong ini kami punya rekor, yaitu tidak pernah naik mobil, ke mana-mana naik MTR. Jam 1 lewat kami menyeret koper yang berat dari pintu A1 dengan tujuan central. Dari central pindah ke stasiun Hong Kong kali ini beda seperti kemarin, ganti jalur hijau menuju airport.

Di sana sebenarnya ada fasilitas check in in town, tapiiii antriannya super panjang dan tidak kulihat counter Air Asia. Daripada capek-capek dan tidak bisa, kami memutuskan langsung membawa koper saja, pasti di kereta ada tempat khusus, kan kereta spesial ke bandara. Scan kartu octopus untuk naik kereta, saldoku berkurang sekitar 100 an dollar, (lupa saldo sebelumnya). Sisanya jadi 70 an dollar dengan deposit 50 HKD yang nanti akan ditukar di bandara. Begitu melihat keretanya baru tau kenapa mahal. Keretanya lebih bagus dengan tempat duduk 4 seperti gaya gerbong first class MTR waktu kami ke Shen Zhen. Ada juga tempat khusus untuk meletakkan koper.

Waktunya berangkat, kereta ngebut dan hanya berhenti 2 kali sebelum tiba di airport. Pas sampai, begitu pintu kereta terbuka sudah berjejer troli yang bisa dipakai dan counter tempat untuk menukar kartu octopus.

Di Airport Express


Stasiun MTR di Bandara Hong Kong International Airport


Bandaranya...


Setelah menukar kartu octopus kami masuk ke bandara. Belum bisa check in karena kami kecepatan datangnya. Jadi nimbang koper dulu dan menyusun barang yang masih bisa masuk jatah ke koper. Kemudian jalan-jalan di sekitar bandara. Di sana juga ada toko merchandise asli Disneyland yang harganya sama.... tapiii... sudah bokek berat... nggak mampu lagi princess mau beli-beli lagi barang di sana... hahaha....

Tak lama counter Air Asia buka, maka check in lah kami untuk mengurangi bawaan koper yang berat. Masalahnya setelah itu di mana gate 215. Bandara Hong Kong itu luas dan besar sekali.... Sepertinya lebih besar dibanding Soekarno Hatta dan Suvarnabhumi Airport. Memang selain boarding pass, kami juga mendapat petanya, tapi petanya lurus-lurus saja dengan estimasi waktu jalan kaki, sementara aslinya jalannya kan belok belok dan naik turun lantai. Kami ada di terminal 1 dan harus menuju ke terminal 2 (terbalik nggak ya,... lupa saat nulis ini). Ada sih petunjuknya tapi masih bingung juga, maka jurus terakhir tentu saja adalah nanya... belok sana belok sini naik lift.... turun lagi.... pusing.... mau masuk Imigrasi terbagi dua ada yang south satu lagi north, entah apa bedanya.... kami masuk yang south. Alhamdulillah di Imigrasi nggak ada masalah, baru keluar ada lagi cewek yang mau survey dan langsung kutolak dengan manis sambil mengucapkan terima kasih.... *capek jadi korban nara sumber hahaha...*.

Di Bandara makan lagi saudara-saudara... seolah-olah sudah sebulan tidak makan... cuma cemilan sih sebenarnya, di Popeyes yang halal dekat pintu keluar Imigrasi. Selesai nyemil cantik lanjut nyari gate 215 lagi. Belok-belok dan naik turun lagi akhirnya kami ketemu tempat seperti stasiun MTR.... Whatttt mau ke gate nya naik kereta lagi... Si petugas ngasih tau jumlahnya dua stasiun untuk ke gate 215 untuk orang norak yang nanya ke dia yaitu aku... Besar banget nih HKIA... sampe-sampe mau ke gatenya saja naik kereta. Sepertinya aku memang harus explore Eropa supaya kenorakanku berkurang dan mata terbuka lebar *nabung sisa dollar*.

Menu di Popeyes


Menuju gate 215


Hore ketemu...


Menunggu pesawat...


Saat nunggu mau boarding aku sebenarnya sudah sangat lelah, tapi MS asyik bercerita sama satu mbak dari Indonesia yang bercerita pengalamannya di sana dan bisa Bahasa Mandarin dengan lancar. Dia juga mau pulang ke Jakarta via Kuala Lumpur. Jam 6 pesawat berangkat, bye bye Hong Kong, aku nanti kapan-kapan balik lagi....

Makan lagi di pesawat...


Pesawatnya terbang dengan pemandangan di jendela samping kirinya adalah Bulan Purnama, cantik sekali.... 3 Jam lebih baru sampai di Kuala Lumpur. Saat mau mendarat dari jendela pesawat terlihat jelas Petronas dengan lampu-lampunya yang terang... Padahal dalam rencana perjalananku kali ini Kuala Lumpur hanyalah benar-benar tempat transit, tapi ternyata aku memang ditakdirkan harus melihat Petronas tiap kali ke sini... he he... Setelah mendarat, keajaiban terjadi... aku masuk imigrasi Malaysia tanpa antri... oh begini toh kalau sampainya larut malam... saingannya dikit... Ambil koper dan menuju Mushola di keberangkatan untuk istirahat dan sholat.

Baru kali ini aku tidur di Bandara, dan aku susah tidur... dari jam 1 aku tidur cuma dua jam dan terbangun jam 3 nggak bisa tidur lagi. Ya sudah jadinya siap-siap mau check in, ganti baju (nggak pake mandi) cuma cuci muka, gosok gigi dan pake parfum banyak-banyak, kemudian dandan dikit. Pesawat MS ke Pekanbaru jaraknya 3 jam dari pesawatku  ke Palembang jadi dia masih santai. Jam 4 kami keluar dan aku check in kemudian sarapan kemalaman eh kepagian di Bumbu Desa.

Makan di tempat favoritku di Bandara KLIA 2


Selesai makan, aku berpamitan sama MS, soalnya aku harus masuk duluan dia masih nunggu waktu check in yang masih lama, Gate ku ada di Q12 dan itu jauh jalan kakinya. Masuk imigrasi aku sudah sendirian, kemudian jalan ke sana, jauhhhh... harus melewati skybridge ke sana dan ternyata saudara-saudara... setiba di sana gate ku diganti bukan di Q12 tapi L22.... dimana itu... di sana tadi yang belokan dekat imigrasi, dekat gate ku ke Macau beberapa hari lalu dan melewati skybridge lagi... aku jalan balik lagi melewati skybridge seperti setrikaan*jalan sambil ngos ngosan*...

Sampai di L22 ketemu lagi sama ibu bapak saudara-saudara setanah air yang baru pulang umroh. Sholat Subuh juga ramai sekali di surau di depan gate L5. Selesai urusan tinggal menunggu waktu boarding. Pesawat baru terbang jam 7 lewat saat Matahari sudah muncul sampai di Palembang jam 8 pagi lewat sedikit. Kabar gembiranya untukku kalau pas pergi dari Palembang aku tidak melihat pembangunan rel LRT... pulang ini kelihatan jelas semuanya... Hahaha... Sampai Jembatan Ampera dan Musi VI pun kelihatan...

Palembang aku datang...


Di Imigrasi Palembang aku ditanya-tanya mau ngapain di sini, aduh pertanyaan aneh, Pasporku hijau... lah aku orang sini, kerja, hidup dan tinggal di sini... Kok ditanya gitu.  Yo wes lah mereka hanya menjalankan tugas. Selesai urusan ambil bagasi dan imigrasi aku pulang ke rumah dengan sekoper pakaian kotor dan badan luar biasa capek.

Kesimpulannya dari perjalananku ini adalah bahwa Macau lebih unik dengan peninggalan Portugisnya, sementara Hong Kong adalah negara modern dengan orang-orangnya yang berjalan sangat cepat seperti Singapura tapi lebih luas, besar dan agak crowded di beberapa tempat... he he... untuk biaya aku menghabiskan 5 juta untuk tiket, 2 juta lebih untuk penginapan dan 7 juta untuk uang selama di sana...

Kembali part 7

Jadwal hari ini ada tiga tempat, yaitu Disneyland, Victoria Park dan Ladies Market di Mong Kok untuk belanja. Naik MTR lagi menuju Central kemudian pindah ke stasiun Hong Kong. Dari sini juga besok kami pulang mau ke bandara naik MTR menuju airport, tapi ongkosnya agak mahal, untuk ke sana 100 HKD, maka aku top up lagi saldo octopus untuk besok. Orang-orang di Hong Kong jalannya super cepat, di stasiun MTR seperti biasa super ramai. Karena hari ini hari libur Minggu, banyak ketemu mbak-mbak dari Indonesia yang bekerja di Hong Kong. Ramainya juga terlebih mungkin karena malam ini malam tahun baru.

Dari stasiun Hong Kong lanjut jalur orange menuju Tung Chung kemudian stop di sunny bay pindah jalur khusus berwarna pink menuju Disneyland Resort yang keretanya juga spesial karena jendelanya kepala Mickey Mouse. Jika Tsim Sha Tsui dan Ladies Market ada di Kowloon, The Peak dan Victoria Park di Hong Kong Island, maka Disneyland ada di Lantau Island, sementara Airport ada di pulau lain lagi dekat Lantau Island.

Pegangan tangan di keretanya pun Mickey


Sesampainya di stasiun Disneyland suasananya beda, sangat menyenangkan... kalau bawa anak-anak alamat nggak mau pulang... Pas masuk gerbangnya sudah terdengar musik-musik lagu khas Disney. Kami melewati gerbang sampai ke pintu masuk yang sebenarnya.

Gerbang Disneyland Hong Kong... dari depan



Nah yang ini dari dalam...


Sama lampu Donald Duck


Kiki dan Koko... atau Chip and Dale


Air mancur...


Di luar saja sudah bagus apalagi masuk ke dalam... sebenarnya MS mau masuk, tapi aku nggak mau. Lebih baik uangnya dibelikan oleh-oleh. Lain halnya ya kalau bawa anak-anak, aku pasti masuk berapapun tiketnya. Anak-anak yang datang benar-benar total dandanannya, sudah pakai baju ala ala princess lengkap dengan propertinya. Untuk menghibur diri dan membawa bukti kalau kami memang ke Disneyland, kami beli merchandise aslinya saja. Aku beli gantungan kunci lucu Elsa dan Anna, ditambah Thor dan Kapten Amerika. Diskonnya 20%, harga tergantung kode warna pada gantungan kuncinya. Yang warna kuning 78 HKD, yang ungu 88 HKD, yang coklat 98 HKD dan yang abu-abu 138 HKD.

Harga gantungan kunci


Lucu ya...


Kejutan..., pas kami sudah mau pulang ketemu lagi sama keluarga yang kemarin sama-sama antri mau naik Peak Tram. Jadi kami akhirnya tukaran kontak, dan si ibu ngajak sama-sama kalau lain kali mau tur ke Korea... Ha ha ha... iya bu nanti suatu hari deh... Dan setelah ketemu si ibu dan keluarganya aku mengambil kesimpulan bahwa orang Indonesia itu kalau ke Hong Kong tujuan wisatanya sama.

Stasiun Hogwarts eh Disneyland...


Fotonya sengaja nunggu kereta datang


Hore pulangnya kereta kosong...


Lanjut ke Victoria Park karena katanya banyak orang Indonesia yang main ke sana kalau Hari Minggu. Naik MTR balik lagi ke Central ganti jalur biru arah Chai Wan kemudian stop di Tin Hau keluar exit A2. Di sana memang banyak orang Indonesia dan rame karena sepertinya lagi ada acara. Orang-orang juga banyak yang datang hanya untuk sekedar duduk-duduk atau olahraga. Kami nggak lama di sana karena udah siang dan masih mau belanja di Mong Kok.

Victoria Park


Menuju Mong Kok balik ke Central lagi ganti jalur merah arah Tsuen Wan dan stop di Mong Kok. keluar exit E2 dan langsung ngerasa seperti di China Town Singapura. Shopping time... beli semua... gantungan kunci... magnet kulkas, tas-tas, kaos dan kemudian istighfar bagasi cuma 20 kg+7 kg.

Pulangnya makan di Ziafat lagi soalnya males nyari yang lain, Nasi Briyani lagi.... tapi si mbak libur, jadi cuma ketemu sama pemiliknya saja. Di Tsim Sha Tsui masih jalan-jalan ke Sogo sekedar beli dompet Guess. Jalanan tahun baru di Tsim Sha Tsui super ramai... Jalanan sudah orang semua, mobil nggak boleh lewat. Sama seperti saat di Phuket dan Bali, jalanan dikuasai manusia. Aku memutuskan nggak mau lihat kembang api yang sepertinya banyak dilihat di sekitar tepi laut dekat Garden of Stars karena sudah super capek dan udaranya superrr dinginnn... Lagian besok sudah mau pulang, kami butuh istirahat, kasihan badan tiap hari dipakei couterpain dan koyo salonpas.

Malam tahun baru 2018 di Tsim Sha Tsui


Sampe di hotel beres-beres, packing bawaan dan menyiapkan tas khusus kira-kira seberat 7 kg untuk dibawa ke kabin yang isinya termasuk baju ganti, karena malam besok kami bakal menggelandang tidur di Bandara KLIA 2... Tengah malam kebangun sih denger jedar jedor kembang api... tapi karena sudah terlalu capek jadinya tidur lagi.

 video youtube

Lanjut part 8, kembali part 6

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...