Selama ini kalau ada yang tanya, punya penyakit apa? punya alergi apa? dengan congkaknya pasti aku akan menjawab.... "Tidak ada!"  Tapi sekarang, ternyata baru tau, bahwa ternyata aku alergi udang. Padahal udang adalah salah satu makanan favoritku.

Pertama kali terdeteksi, kejadiannya waktu baru balik dari Bangka beberapa tahun yang lalu, muka jadi item dan gatal-gatal. Perkiraannya sih waktu itu karena emang aku berjemur tiap hari ke pantai dan otomatis makan seafood, udang dan sebangsanya, selama 3 hari, jadi wajar kalau efeknya sampai segitunya. Setelah itu aku nggak pernah mikir kalau itu akan berlanjut terus, karena beberapa hari kemudian mukaku sudah tidak gatal-gatal lagi.



Nah baru-baru ini makan pindang udang yang ukurannya buesarrr, sampai tuh udang hampir-hampir keluar dari piringnya. Karena emang bawaan laper dan dalam rangka stop diet, maka tanpa pikir panjang, habislah tuh udang kumakan tanpa bersisa, saking nggak bersisa mungkin tuh udang nggak akan bisa reinkarnasi lagi, hahaha..

Dan beberapa hari kemudian saudara-saudara, alergiku seperti di Bangka beberapa tahun yang lalu muncul lagi. Muka rasanya gatallll banget dan pengen digaruk terus, serba salah, dikasih salep salah, nggak dikasih salep salah. Usut punya usut baru sadar, penyebabnya pasti gara-gara si udang. Ya sudah akhirnya terima nasib, aku langsung memproklamirkan diri, bahwa ternyata aku alergi udang.

Setelah sembuh, tobat makan udang, tapi tobatnya masih tobat-tobatan. Emang sih, tiap kali makan nggak pesen udang. Tapi pas suatu saat makan siang, Mbak Retno pesan kwetiau seafood dan udangnya disingkirkan tidak dimakan, tanpa ragu tuh udang kusambar untuk kuselamatkan, kecil juga kan, pikirku waktu itu... bukannya selama ini aku aman-aman saja kalau makan udang yang kecil-kecil. Ternyata beberapa hari kemudian, penyakit gatalku kambuh lagi, padahal nyembuhin yang kemarin aja setengah mati, bekasnya susah hilang, sekarang muncul lagi.

Okey, akhir cerita... aku sekarang benar-benar tobat. Ibarat kera sakti yang mendapat banyak rintangan saat mencari kitab suci, begitu juga aku sekarang. Perjuangan untuk menghindari makan udang ini sangat berat. Makan siang, nyari menu yang bebas udang.... Kerumah teman pas lebaran ada tekwan udang, aku makan yang lain. Ada yang ngasih keripik udang, dengan tegarnya aku tolak.... ah cape deh. Kenapa sih harus udang, alergi jengkol kek, atau pete kek pasti aku nggak akan pernah keberatan....

Blog ini nasibnya kurang lebih sama seperti akun facebook dan twitterku yang tidak pernah lagi kupakai sebagai penadah ocehanku. Selain karena emang (merasa) banyak kerjaan, jiwa (sok) menulisku sudah lama tidak muncul unjuk kebolehan. Yah... dengan tidak eksisnya aku di jejaring sosial, paling tidak, mengurangi kenorakanku yang kadang kumat ngalah-ngalahin abege alay.

Trus kenapa aku malam ini tiba-tiba menulis lagi di blog ini. Setelah lebih dari setengah tahun nggak nulis, ibarat novel pasti ada perubahan nasib. Pasti dong, umur bertambah setengah tahun, dibanding dulu aku pastinya lebih dewasa (tua), berat badan juga berubah (turun sekilo, naik dua kilo), dulu selalu ceria tidak mengerti dunia, sekarang cenderung pendiam soalnya sudah mulai bijaksana. Ngomong-ngomong soal bijaksana ini contohnya sekarang nggak pernah pake kartu kredit lagi, soalnya kartunya ditinggal dirumah jadi jarang belanja setelah ngeliat tagihan yang sepertinya semakin membengkak, bukannya berkurang setiap bulan. Entah sampai berapa lama bisa nahannya, kalo lagi terdesak, biasanya seperti dulu lagi, kartu kreditnya ditaruh lagi di dompet buat nyesak-nyesakin isi dompet biar keliatan tebel dan akhirnya .... kepake lagi. Balik lagi setelah ngelantur sana-sini nggak nyambung, mengenai pertanyaan kenapa aku menulis lagi malam ini jawabannya adalah, karena aku ingin menulis tentang "menulis"...


Ngomong-ngomong soal menulis, walau sudah jarang menulis online, bukan berarti aku tidak menulis offline. Tulisan yang kumaksud disini adalah menulis yang "tidak serius" dan yang "serius". Yang "tidak serius" bentuknya novel, hahaha.... nulis status saja salah-salah, apalagi nulis novel. Novelku sebenarnya sudah banyak, karena aku sudah nulis sejak masih SMA dulu. Cuma sayang kebanyakan tulis tangan, dan sekarang sudah hilang entah dimana. Yang sempat kuselamatkan dengan kuketik hanya beberapa saja, dan baru satu yang pernah dimuat di majalah sekolah. Pengen sih ngirim ke penerbit, siapa tahu diterima, tapi kayaknya nggak akan terwujud selama kerjaanku numpuk terus dan tidak kuniatkan benar-benar untuk nulis novelku itu. Masa sih kalah sama ponakanku, dia novelnya sudah dua, aku masih sebatas cita-cita. Padahal salah satu keinginanku yang belum tercapai selain mendapatkan seorang pangeran tampan berkuda putih adalah memiliki novel dengan nama pengarangnya aku, yang bakal kutaruh disebelah novelnya Sidney Sheldon, Mira W. dan J.K.  Rowling.




Selain menulis novel, resolusiku yang lain adalah menulis "serius" yaitu paper. Paper terakhirku kubuat tahun 2012 ke Jogja, dan itu sudah lama. Jenjang jabatan nggak naik-naik gara-gara poin penelitian kurang, membuat aku harus mengejar target supaya bisa naik levelnya. Targetnya nggak muluk-muluk, "cukup" lima saja. Selain emang tujuannya untuk penelitian, sampingannya pengen jalan-jalan. Sudah submit dua paper, tinggal tiga lagi. Yang dua itu super berantakan gara-gara ditulis menjelang deadline, satu H-2 dan satu lagi H-1 jam 11 malam, sedangkan untuk yang tiga lagi sudah kehabisan ide mau nulis apa. Bukannya mau sok-sok an nulisnya banyak-banyak, tapi ini buat jaga-jaga, kalau ditolak empat kan masih ada satu. Kalau ditolak lima-limanya, ya sudah, aku nulis lagi yang keenam, ketujuh,... sampai ada yang diterima.

Memasuki paper ketiga, sekarang jadi miskin ide karena "kontroversi hatiku masih labil". Jadinya macet nulisnya, padahal deadlinenya seminggu lagi. Tapi biasaanya ide-ide bagus baru bermunculan mendekati hari H nya.  Tapi untungnya paper ketiga ini dalam Bahasa Indonesia, jadi nggak repot harus menerjemahkan. Tapi tetep saja sulit nulisnya, mungkin memang harus seperti yang sudah-sudah, selesai karena tekanan. Tekanan terancam tidak bisa ikut gara-gara internet nggak connect dan juga tekanan karena sudah nggak ada waktu lagi, sampai-sampai mahasiswa yang mau mendekat "diusir semua".

Nah bagaimana kalau paper-papernya pada diterima? (Aminnn Ya Allah, kabulkanlah doaku ini.....), pasti bakal bingung dan pasti nggak bisa pergi semuanya. Tapi akhirya kuputuskan, bingungnya nanti saja, kalau sudah diterima.... Sekarang,... lanjut nulis lagi..... yang "serius" dan juga yang "tidak serius"....

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...