Keuntunganku punya banyak saudara yang tersebar di mana-mana membuat aku jadi punya banyak kesempatan keliling-keliling kemana-mana dengan transportasi dan akomodasi gratis tentunya. Salah satu kesempatan itu adalah ke Jambi, menengok salah satu my sister disana yang minta di tengokin. Sebagai adik yang baik aku harus mau, begitu dia ngajak ke Jambi.

Kota Palembang memang tidak terlalu besar, tapi lama kelamaaan bisa membuat mumet juga karena semakin hari semakin padat dan sesak. Nah hal yang berbeda kudapatkan saat di Jambi. Walau ibukota propinsi tapi tidak terlalu besar, suasananya nyaman dan tenang. Baru dua hari disana, kemana-mana sudah berani pergi sendiri tanpa di kawal dan tanpa takut tersesat, rute jalannya mudah dihapal, misalnya ketika pergi ke pasar Angsa Dua.

Memang tidak pergi ke suatu tempat khusus untuk rekreasi, tapi disana kujadikan ajang istirahatku dan sekalian ngurusin rumah my sister kalo dia lagi nggak di rumah, masak, nyapu, dan nyuci... (loh jadi pembokat ceritanya... hahaha...). Saat masak menjadi ajang uji cobaku menjajal kemampuan masakku. Percuma punya mak yang pintar masak kalau anaknya nggak nurun. Alasanku selama ini tidak masak di rumah kan karena tidak sempat dan karena sudah ada koki ahli di rumah (mak ku) plus emang malas sebenarnya he he... Seneng deh selama disana, soalnya masakanku dalam bentuk apa saja pasti dimakan orang-orang, karena enak pastinya dan tidak menimbulkan resiko penyakit apa pun...

Disana juga kujadikan ajang untuk menumpahkan ide-ide menulisku ke dalam bentuk novel dan cerpen. Editornya ya my sister pastilah, yang beruntung menjadi orang pertama membaca tulisanku yang masih "fresh from the oven". Rencananya cerpennya bakal di kirim sementara novelnya di pending dulu karena belum selesai, tapi rencana pengiriman itu tidak pernah terlaksana sampai sekarang... hehe...

Perjalanan ini ku lakukan saat tahun 2001 yang sudah lama berlalu (dan nggak ada foto yang bisa ditampilkan berhubung aku malas scan fotonya, aku masih imut banget waktu itu), tapi karena baru sekarang punya blog, maka baru sekarang jugalah ditulis kisahnya....hehe. Kisahnya sebenarnya mungkin biasa saja, tapi yang pasti adalah ini perjalanan pertamaku ke Pulau Jawa, setelah sekian lama (seumur hidup tepatnya), terkurung di Palembang dan wara wiri hanya seputaran Sumatra.

Kesempatan datang saat my sister mau wisuda S2 nya di ITS. Dia ngajak kesana, kebetulan aku lagi libur kuliah dan baru dapat beasiswa (hore...), so akhirnya datang juga aku ke Pulau Jawa. Berita gembira ini langsung kukabarkan ke teman-teman genk ku yang dengan sangat menyesal tidak bisa kuajak yang akhirnya ujung-ujungnya pesan oleh-oleh seabrek-abrek kalau aku pulang nanti. Aku juga agak-agak balas dendam sebenarnya sama teman-temanku, karena mereka barusan pulang dari Jakarta dan aku tidak bisa ikut, cuma dengar ceritanya saja.



Nggak banyak yang bisa kuingat dari perjalananku waktu itu, aku ikut menginap di kos an my sister sementara suaminya menginap di rumah saudaranya. Pokoknya menurutku Surabaya itu luas banget, dan yang jelas pada saat proses wisudanya, aku tidak henti-hentinya membandingkan kampus UNSRI ku dengan ITS, misalnya auditoriumnya yang lebih besar dan suasana kampusnya yang sangat ramai.

Kenalan dengan anak-anak kos disana, salah satunya (lupa namanya siapa.. ) saat nyari bakso malam-malam (baksonya beda, gurih dan sedap banget), dengan bersemangat mengenalkan aku dengan temannya yang katanya sesama orang Sumatra (mungkin bagi dia, asal Sumatra pasti sama kali ya). Cape deh... Palembang dan Medan itu jauh, yah tapi karena sudah dikenalkan dengan bersemangat, maka aku juga jadi harus ikut bersemangat menanggapinya.

Selama di Surabaya nggak berwisata kemana-mana, paling ke Mall Tunjungan Plaza, soalnya my sister masih banyak urusan di kampusnya habis wisuda. Kerjaanku paling ikut dia ngurus sesuatu entah kemana, trus nebeng eh menemani anak kos lain juga entah kemana atau ngabisin waktu di kos nonton TV atau nonton anak-anak kos sebelah main bola di lapangan samping yang suka ge er kalau sengaja di tontonin cewek.

Tapi kemudian, mungkin karena kasihan sama aku, akhirnya disempatkan juga jalan-jalan. Aku, my sister bersama suaminya, kami menjelajah Jogja setelah naik kereta dari Surabaya. Di Stasiun Kereta Api Gubeng tidak di sangka ketemu teman SMA ku bersama anak-anak Ekonomi UNSRI lainnya yang barusan turun dari manjat gunung, dengan muka lelah sambil menggendong backpack. Ah jauh-jauh ke Jawa masih ketemu wong Palembang.

Sampe di Jogja, malamnya sempat ke Malioboro dan besok siangnya ke Borobudur, serta candi-candi kecil lainnya di sekitar Borobudur. Keliling daerah borobudur ... naik delman istimewa ku duduk dimuka, ku duduk samping Pak Kusir yang sedang bekerja, mengendarai kuda supaya baik jalannya (nyanyi mode on)... eh... nggak ding, aku duduk di belakang sambil menikmati pemandangan disana.



Kesimpulan dari perjalanan ini adalah:
1. Indonesia itu sangat indah.
2. Aku jadi pengen belajar Bahasa Jawa, gara-gara selama disana semua orang pake bahasa Jawa, (semua nggak pake kecuali, apakah ini dikarenakan aku disangka orang Jawa juga kali ya), termasuk my sister. Tiap kali mereka ngomong aku rasanya mau tunjuk tangan "Hello, translate please, ada orang yang nggak ngerti Bahasa Jawa disini"
3. Suatu saat aku akan kembali lagi kesana.

Lusanya kami ke Kuala Lumpur, mau lihat-lihat seperti apa sih ibukota Malaysia yang terkenal dengan Petronasnya (tiket pulangku juga dari KL), perjalanan menuju kesana memakan waktu kurang lebih 4 jam. Sepanjang dibis aku cuma tidur, pas sore masuk ke KL jauh-jauh tuh Petronas sudah kelihatan, entah KL yang kecil atau memang Petronasnya yang kelewatan tinggi, tapi rasanya disana, dimana-mana aku ngeliat tuh gedung deh kayaknya. Turun dari bis langsung naik taksi menuju ke hotel Brisdale, supir taksinya agak “preman” jalan pintasnya boleh juga, sampai masuk kepelataran kantor demi menghindari lampu merah dan supaya cepat. Sesampainya di Hotel Brisdale di daerah Chow Kit, aku dapat surprise, kami dapat kamar hotel dilantai 7 yang viewnya langsung ke Tower KL dan juga Petronas (tuh kan lihat petronas lagi). Jadi bukannya mandi malah aku sibuk foto sana foto sini dari kamar hotel. Pemandangan malamnya juga oke, Si Petronas lampunya keren, awas juga kalau nggak keren udah jauh-jauh aku datangnya dan mahal lagi. Tapi dari kamar jangan lihat pemandangan kebawah, soalnya bawahnya pasar, kurang lebih samalah kayak pasar 16. Sayup-sayup dari jendela yang bisa dibuka terdengar lagu yang kayaknya familiar banget, hahaha.... lagunya ungu,... emang sih lagu-lagu Indonesia banyak banget diputar disini, contohnya di bis tadi juga yang diputar lagu-lagunya Agnes... Pokoknya kalau soal musik, jelas pasti Indonesia pemenangnya dibanding Malaysia.





Habis mandi, sempat nonton TV sebentar sambil nungguin Vivi, teman my sister yang juga mau ikut jalan menyambut tahun baru malam ini. Ada dua opsi buat kami, kata Vivi kalau ke Petronas isinya foreign termasuk TKI, jadi malam itu kami ke Bukit Bintang, katanya kalau disana banyak ABG dan lebih seru.

Untuk ke bukit bintang kami naik monorel (tiketnya juga kukoleksi), sebentar sudah sampai dibukit bintang yang ternyata memang super ramai banget. Makan malam ditraktir Vivi, menunya steak yang lagi-lagi rasanya aneh bagiku, ah pokoknya bagiku semua makanan disana rasanya aneh. Sambil makan ditemani live music, lagunya Radja (tuh kan lagu indonesia lagi...), #kalau lagu Malaysia aku males ngedengerin. Selesai makan, sambil nungguin kembang api, kami jalan-jalan mengelilingi Bukit Bintang.

ABG disana minta ampun isengnya, mereka bawa semprotan kayak hair spray yang isinya macam-macam dan berwarna-warni (apa sih namanya) untuk disemprot ke orang-orang lewat. Aku malas mandi lagi, jadi sedapat mungkin aku menghindari semprotan-semprotan mereka. Tengah malam bukit bintang semakin meriah dengan munculnya kembang api. “Happy New Year”…… Setelah kembang apinya habis, pestanya bubar, kembali ke habitat masing-masing. Mau kembali ke hotel kembali rebutan untuk naik monorel, sesampai di hotel ganti baju dan aku langsung terlelap.





Tanggal 1 Januari 2008 direncanakan ke KLCC untuk melihat Petronas dari dekat. Sebenarnya pengen ke Genting juga, tapi tidak sempat. Kami kembali naik monorel ke KL sentral untuk ganti naik LRT, kereta yang nggak pake pak sopir, sama kayak MRTnya Singapura. Munculnya di stasiun KLCC di mall tepat diantara menara kembar Petronas, lihat sana lihat sini ngeliat semua yang ada disitu, tidak ketinggalan foto-fotonya, kalau melihat Petronas langsung ke atas rasanya pegel banget. Ya percaya deh kalau Petronas gedung tertinggi nomor dua didunia, eh bisa sih nomor satu sebenarnya, asal menara kembarnya ditumpuk,…. He he he... Pengen naik ke menaranya, tapi tiketnya sudah habis karena sudah terlalu siang. Ya deh, kalau kesini lagi nanti dibela-belain datang pagi supaya bisa dapat tiketnya.



Setelah puas shopping, beli cardigan Mango dan lain-lain, juga oleh-oleh dapat semua, kami kembali ke hotel. Aku sempat nyesel karena tadi lihat Vivi makan Yong Tau Fu. Tadi sih nggak pengen, setelah sorenya jadi pengen, tapi nggak tau mau nyarinya dimana. Malamnya aku merasa agak kurang sehat, gawat nih kalau besok aku nggak bisa naik pesawat gara-gara sakit, jadi aku makan obat yang emang kubawa dari rumah. Kalau emang nggak sembuh-sembuh, ya udah telpon ke rumah bilang sakit nggak bisa pulang dan terpaksa liburnya diperpanjang seminggu lagi... hehehe... #kena semprot bos...

Sambil nungguin my sister mandi aku nonton TV, film Sixty Six ceritanya unik tentang anak yang mau “barmiztvah” (semacam kayak sunatan kali ya...) tapi orang-orang pada sibuk menyambut Piala Dunia di Inggris, jadi dia sedih acaranya sepi, tapi belum selesai nonton, my sister sudah ngajak cari makan karena sudah laper berat, ya akhirnya aku nggak selesai nonton tuh filmnya....#pulang ke Palembang langsung cari filmnya.

Aku pulang…. dari rantau…. He he….. Hari ini aku balik Ke Palembang. Sempat bingung waktu mau masukin bagasi di Bandara saat sang petugas bilang “ditolak” saat koperku nyangkut. Aku langsung tersinggung, sialan nih orang, ngapain koperku ditolak, tapi akhirnya dengan otak cerdasku aku ngerti, maksud dia, tuh koper harus “kudorong” biar masuk. Heran nih orang-orang Malaysia, perasaan omongannya nggak ada yang jelas, mana bahasanya kacau semua.... : p

Akhirnya aku balik ke Indonesia tanpa masalah, emang sepertinya pulang kampung sendirilah orang-orang imigrasi nggak akan sewot, aku diterima dengan baik di negaraku sendiri. Akhir tulisan ini, pokoknya…. aku akan datang lain kali ke sana lagi, karena aku masih penasaran. Belum makan Yong Tau Fu, belum ke Genting dan belum ke Sentosa. Tunggu cerita selanjutnya.... (kapan-kapan)...

Sebelumnya part 1 dan part 2...

Hari ketiga jadwal kami ke Singapura, bertiga dengan Kak Isal, sementara Mbak Irma tidak ikut karena ada urusan lain. Berhubung waktunya sedikit, sedang tempat yang mau dikunjungi banyak, jadi dipilih-pilih dulu, tempat yang mana saja yang mau dikunjungi hari itu. Rencananya kami mau mengunjungi 4 tempat yaitu Raffles, Mustafa, China Town dan Orchard.

Menuju Singapura dari Johor kami naik bis, nih Negara...., bis dalam kotanya besar-besar dan semua ber AC walaupun jelek sekalipun, #ceritanya mata mulai terbuka.... Naik bis bayar ongkos di mesinnya, semuanya nggak ada yang manual, serba mesin, seperti juga parkir mobilnya. Kemudian keluar Malaysia dan masuk Imigrasi Singapura, kami bertiga masuk dalam satu antrian Kak Isal duluan, aku, kemudian my sister. Makanya aku nggak dapat masalah soalnya depan belakangku semuanya student, lagian sebenarnya tampangku kan cocok jadi turis, dasar imigrasi Malaysia saja yang ge er... kebagusan.... berlebihan... ngeliat orang-orang Indonesia.

Soal Transportasi, Indonesia jelas kalah telak,... Naik MRT beli tiketnya 10 dolar, masing-masing tiket deposit 1 dolar bisa ditukar nanti di mesinnya. Mula-mula menuju stasiun raffess mau lihat Merlion, pemandangan lumayan oke, pas pertengahan, jalan nggak kelihatan lagi karena MRTnya jalan dibawah tanah #keren deh, pikirku norak saat itu,.... begitu muncul lagi di stasiun MRT Raffles baru kelihatan Singapura yang sesungguhnya, kerennnn,.... apalagi suasana natal banyak hiasan-hiasan dijalan-jalan, semuanya serba tertata dan terawat teratur.

Depan Stasiun MRT Raffles


Semuanya serba di foto, Hotel Fullerton, Singapore River, sampai patung-patung yang banyak dibuat di sepanjang jembatan. Kemudian kami menuju ke Patung Merlion yang berseberangan dengan esplanade, juga baru tau ada satu lagi patung merlion kecil tak jauh dari sana. Setelah puas jalan lagi menuju Clarke quay, yang pastinya aku nggak akan kuat makan disana yang super mahal dan jauh dari kantong ku, tapi nggak dosa kan kalau foto-foto didepannya. Sementara di Singapore River disediakan perahu kecil buat menyusuri sungai, banyak bule yang tergoda mencobanya, sedang untuk aku yang sudah punya sungai Musi, aku sudah biasa ngeliat yang kayak gitu, apalagi di 7 ulu yang banyak Tongkang... #ke ge eran nyamain dengan sungai Musi.... hehe.... Tak terasa kaki sudah mulai pegel (rasanya sudah gempor), tapi masih semangat buat melanjutkan, sempet nyesel kenapa tadi tidak mengoleskan counterpain dulu supaya tidak capek.

Depan Hotel Fullerton, wajib foto sama anak-anak populer, yang nyeburnya nggak sampe-sampe ke sungai....


Merlion


Anaknya Merlion...


Deket Esplanade...


Patung Sepanjang Sungai, bakiaknya nggak bisa dikantongi buat dibawa pulang....


Deket Clarke Quay, habis keujanan...


Salah Satu Sudut Singapura


Selanjutnya menuju stasiun farrer park, mau ke Mustafa cari oleh-oleh coklat khas Singapura, parfum dan tas, dilanjutkan ke China Town, disini nih yang habis-habisan beli oleh-oleh, puas banget cari oleh-oleh standar, apalagi kalau bukan pajangan, gantungan kunci dan oleh-oleh lainnya, semuanya mau dibeli deh kayaknya, kemudian Solat di Masjid Jamae, sebelum ke Orchard. Ke Orchard naik MRT lagi, ini nih yang asyik, walaupun naik kendaraan umum, tapi sangat aman dan nyaman. Banyak ketemu orang-orang Indonesia yang juga berlibur, ada yang sekeluarga, anak-anaknya yang beli tiket MRT di mesin nya dengan bersemangat sementara orang tuanya mengawasi tak jauh dari situ. Rasanya orang-orang Indonesia lebih dihargai disana, mungkin karena mayoritas orang yang datang ke Singapura untuk berlibur bukannya untuk bekerja.

China Town


Sesampainya di Orchard kami makan, tapi makanan yang kucari malah makanan Indonesia,.. ah cape deh, kenapa ya aku nggak cukup berani untuk mencoba menu-menu baru (yang halal tentu), nyeselnya baru sekarang. Selesai makan baru jalan lagi ngeliat mall-mall disana ada Paragon, Wisma Atria, Nge Ann City, Tangs dan lain-lain. Tapi aku nggak beli apa-apa, soalnya aku merasa barang-barangnya luar biasa mahal untukku, aku selalu ngitung lagi ke Rupiah tiap kali lihat harga untuk mengira-ngira seberapa mahal sebenarnya barang tersebut.

Paragon, Orchard


Orchard


Diatas MRT


Pulangnya sudah malam ketika kami kembali naik MRT mo balik ke Johor, deposit kartu MRT ku nggak kuambil, tiketnya mau ku koleksi, begitu juga sisa dolarnya nggak kutukar lagi, mau kukoleksi dan siapa tahu kapan-kapan aku kesini lagi.

Selesailah wisataku ke Singapura hari itu, heran deh Hadi Mirza bisa menang Asian Idol, padahal orang-orangnya se iprit di banding Indonesia, ceritanya aku masih dongkol soalnya Mike kalah gara-gara polling sms yang nggak becus. Sayang aku nggak sempat ke Pulau sentosa, mungkin kapan-kapan aku bisa kesana lagi....

Sebelumnya part 1... dan Lanjut part 3...




Ini adalah catatan perjalananku pertama kali ke luar Indonesia, so isinya masih serba baru dan agak sedikit norak. Saat itu masih ada rute pesawat Air Asia dari Palembang menuju Johor Bahru dan belum berlaku kartu NPWP sebagai pengganti bebas biaya fiskal keluar negeri.

Hobiku banyak, dari sekian banyak hobiku itu selain hobi makan, nonton film, nulis novel, shopping, termasuklah hobi paling mahal yaitu travelling. Karena aku tipe orang yang tidak terlalu mau pusing mikirin duit (kalau ada duitnya), maka jadilah aku menjadi salah satu orang yang nggak punya bakat kaya, karena duit habis entah kemana. Ceritanya akhir tahun 2007, my sister Eyik punya rencana ke Malaysia mo ngurus kelanjutan S3nya, maka nekatlah aku mau ikut, buat ngabisin waktu liburanku dari tanggal 24 Desember sampai dengan 2 Januari.

Rencana mulai dijalankan, pesan tiket Air Asia untuk my sister sekali jalan, sedang buat aku pulang pergi, yang membuat semakin membengkak lah tagihan kartu kreditku. Total tiket kami berdua sekitar Rp 1.350.000,- itu karena aku pesennya jauh-jauh hari, yaitu pada saat hari pasporku jadi. Tiket pergi berdua Rp 730.000,- dan tiket pulang Rp 620.000,- dengan kurs ringgit saat itu Rp 2.700,-

Tiket beres, tinggal tunggu hari H, sambil tidak lupa juga menyiapkan segala sesuatunya, benda-benda yang termasuk kategori wajib dibawa adalah kamera tentu saja, selain paspor. Tidak ketinggalan baju-baju, sandal dan berbagai macam properti lainnya yang penting maupun yang tidak penting. Kami bakal menginap di apartemen milik temennya my sister di UTM, yang memungkinkan kami bisa mencuci pakaian, tapi aku tetap membawa cukup banyak persediaan baju buat persiapan kalau ternyata tidak bisa mencuci nanti.

Singkatnya tibalah hari kami berangkat, pesawatnya boarding jam 1 an, tapi kami sudah stay tune dari jam 10 pagi di Bandara, wah rajin ya.... maklumlah perjalanan pertama keluar negeri, jadi super semangat menjalaninya, dan kemudian inilah dimulai kisahnya ibarat perjalanan Sun Go Kong mencari kitab suci yang penuh cobaan dan rintangan, maka begitu juga dengan perjalanan kami ini.... hehe...

Pada saat check in dan mengurus bebas fiskal, untukku tidak jadi masalah karena alamat pasporku di Palembang maka aku bisa bebas biaya fiskal, tapi... my sister bermasalah dengan visa studentnya, dia sudah lama di sini tidak balik-balik ke Malaysia sono lebih dari 6 bulan, alamatnya juga bukan di Palembang lagi, so.... artinya dia harus bayar fiskal sebesar 1 juta.... waduh rugi banget rasanya duit 1 juta bakal melayang begitu saja. Kami tidak tau mengenai peraturan mengenai masa tinggal student yang kelamaan itu harus membayar biaya fiskal, akhirnya cari-cari akal buat “mangkir” telpon sana telpon sini cari bantuan tetap tidak berhasil. Akhirnya mengeluarkan jurus terakhir yaitu memasang tampang bloon dan masih tetap sok tidak berdosa tidak tahu peraturan itu. Setelah acara bujuk membujuk yang puanjang dan lamaaa, petugas keuangan di bandara akhirnya menyerah dan mengizinkan kami bebas fiskal hari itu. Alhamdulillah.... Setelah masalah fiskal selesai dan berterima kasih kepada si petugas yang super baik hati dan rasanya mendadak jadi ganteng..., kami naik menuju ruang tunggu penerbangan Internasional sambil bersyukur uang 1 juta tidak jadi melayang ke departemen keuangan.

Belum selesai mengambil napas lega, dapat kabar buruk lagi saat mau masuk ruang tunggu. Pempek kami yang merupakan bawaan wajib untuk oleh-oleh temen-temen my sister disana tidak boleh masuk dengan cukonya ke kabin pesawat,....Oh My God, gimana coba makan pempek tanpa cuko... ternyata peraturan ini ada karena katanya baru-baru ini ada isu bom cair. Salah strategi banget, coba deh tadi dimasukkan ke bagasi pasti aman dan bisa dibawa lengkap pempek plus cuko, so… pempek kami akhirnya jadi sendirian masuk ke pesawat tanpa cukonya. Ya udah, jadinya pasrah saja, mau bagaimana lagi, paling nanti bikin cuko lagi sesampainya disana, yang pastinya  rasanya tidak sesedap aslinya.

Saat di pesawat ngisi form masuk Malaysia dulu, ada pertanyaan mengenai apakah pertama kali masuk Malaysia, yang dengan berat hati ku isi jawaban ya.... Perjalanan menuju Johor Bahru memakan waktu sejam lebih, sesampainya di sana kembali menemui hal yang menyebalkan. Pas datang langsung dihadang Imigrasi, bukannya mendapatkan ucapan selamat datang (serasa orang penting).... tapi malah langsung ditanyain tiket balik,..... Ya ampyun.... ramah sekali, ini kan kesannya jadi nanyain tamu yang datang kerumah kapan pulangnya. Okey deh, sekarang aku ngerti kenapa hubungan Indonesia Malaysia selalu panas, terutama mengenai permasalahan TKI yang tidak selesai-selesai kalau begini caranya. Kembali lagi ke muka petugas imigrasi tadi yang males banget ngeliatnya, dengan sebelnya kukasih print out tiket Air Asia ku buat balik nanti lewat Kuala Lumpur. Setelah dia puas, aku dipersilahkan lanjut jalan sementara my sister aman-aman saja melewati imigrasi dengan paspor dan visa studentnya. Setelah petugas Imigrasi selesai memeriksa, di pintu keluar, semua koper masih harus dibongkar entah kenapa, benar-benar penyambutan yang baik kepadaku khususnya, mentang-mentang orang Indonesia banyak TKI, lagian TKI kan mendatangkan keuntungan buat mereka…… hidup Indonesia (emosi mode on). Selesai semua urusan akhirnya kami keluar juga dari bandara, kami dijemput teman-temen my sister, Mbak Irma dan Kak Isal, naik mobil kancil yang jenis mobil ini kecil dan hanya cukup untuk 4 orang. My sister dan teman-temannya langsung cipika cipiki, akhirnyaaa.... Selamat datang di Malaysia....




Hari pertama nggak kemana-mana, karena sampenya sore, cuma malamnya sempat cari makan di luar, sementara kami menginap di apartemen Mbak Irma di lingkungan UTM. Makanan Malaysia agak aneh menurutku, aku dipesenin ayam tumis sayur yang entah namanya apa nggak tau, seingatku ada ikan terinya juga dan super asinnnnn serta teh tarik (nih dia yang agak oke). Walaupun makanannya tidak sesuai selera tapi karena laper dimakan juga sampai habis, oh baru kerasa makanan Indonesia is the best, cie... langsung kangen makan pindang, keluar deh sok nasionalismenya.... hahaha...



Hari kedua juga belum begitu berkesan, karena my sister masih kangen teman-temannya disana, jadi kami belum kemana-mana, lagian di Johor rasanya nggak ada apa-apa, tapi pas sorenya sempat jalan-jalan sebentar, dipinjemin mobil buat ke Bandar (kotanya) buat tukar duit. Ampun deh Dolar Singapura Rp 6.700,- saat itu, aku merasa uangku langsut menciut drastis setelah dituker ke Ringgit dan Dolar Singapura. Jalan-jalan ke mall nya sebentar lihat-lihat plus beli barang-barang sedikit. Nemu coklat yang kurasa nggak ada di Palembang dan beli banyak (padahal pas pulangnya ternyata nemu coklat yang sama di PS), kemudian juga sempat ke Vincci beli sandal, rugi eh kalau nggak kesana, secara Vinci disana murah di banding Indonesia. Pas pulangnya mampir ke Danga Bay, nongkrong disana sebentar sambil melihat-lihat gedung-gedung Singapura nun jauh disana.



Lanjut part 2 dan part 3...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...