Subuh-subuh buka jendela, pemandangannya Pasar Kianggeh yang ternyata ramai. Habis sholat tidak tidur lagi, aku packing dan siap-siap karena pesawat Air Asia menuju ke Kuala Lumpur hari ini berangkat jam 9 lewat 20 menit. Beda waktu Brunei dengan Jepang sejam, jadi sama dengan Kuala Lumpur. Malam ini aku bakal tidur lagi di bandara KLIA 2. Aku check out jam 7 kurang, karena sopir baru bertugas jam 7 pagi. Uang deposit sebesar 20 BND kubelikan gantungan kunci dan magnet kulkas di Jubilee Hotel itulah. Ternyata sopirnya hari itu tidak enak badan dan aku menunggu sopir pengganti, yah nggak masalah juga sih, karena hotel ke bandara hanya berjarak 20 menit.

Pasar Kianggeh ramai saat Subuh



Sampai di bandara aku check in, kesialanku yang kedua selama di Brunei dimulai. Aturan di sana 7 kg gratis itu adalah tas tangan beserta tas pakaianku. Padahal selama ini tas tangan tidak pernah dihitung. Jadi total bawaanku adalah 9 kg lebih. Aku dikasih tahu itu adalah peraturan di sana, dan diberi dua pilihan, bayar bagasi 50 BND atau kurangi bawaan 2 kg. Oh My God, aku tidak punya lagi uang tunai 50 BND (sekitar Rp 500.000,- lebih), dan itu terlalu mahal, tapi aku tidak mau meninggalkan barang-barangku di sini. Aku coba ke atm, tapi sudah 2 atm kucoba tidak ada yang berhasil, padahal kartuku berlogo mastercard. Kartu atm lain yang berlogo visa, isinya tidak cukup untuk membeli bagasi. Jadiiii dengan berattt hati aku terpaksa meninggalkan barang paling berat yaitu celana jins ako ku. Ditambah pashmina tebal, tongsis, parfum, pelembab, shampo, dan beberapa barang kecil lain. Dengan terpaksa aku menghampiri petugas kebersihan, dan aku bilang bagasiku kelebihan, mereka boleh ambil barang-barangku kalau mau. Aku tidak mau pura-pura mengurangi bagasi, setelah check in kemudian ambil barang-barangku lagi, jadi aku berusaha untuk ikhlas, walaupun kalau dihitung, harga barang yang kutinggalkan juga hampir Rp 500.000,- Total bagasiku jadi 7,6 kg dan itu sudah masuk toleransi mereka, jumlah berat itu ditulis di boarding pass.

Selesai check in, aku tidak punya waktu untuk duduk lagi, aku masuk imigrasi dan menuju gate keberangkatan. Di gate keberangkatan, ternyata bawaan penumpang ditimbang lagi, dan ada ibu-ibu yang kasihan sekali, harus meninggalkan satu tas full makanan karena kelebihan bagasi juga. Akhirnya selamat tinggal Brunei, mungkin lain kali kunjunganku akan lebih menyenangkan karena aku sudah lebih berpengalaman dan jika tidak ketemu penganggu lagi.

Aku punya waktu seharian di KLIA 2. Untuk ke Kuala Lumpur aku sudah tidak punya keinginan jalan-jalan, koper akan kuambil malam nanti saja supaya aku bebas kemana-mana. Seven eleven langsung kelihatan ketika aku jalan-jalan di KLIA 2, maka titipan Ayu sudah bisa kubeli. Selanjutnya beli pena, karena penaku sudah habis tintanya, sementara aku masih perlu isi-isi form. Makan siang aku ke bumbu desa, kangen makan ayam sambal cabe ijo, tapi lumayan mahal yah, 28 MYR bersama air minum.

Pesawat parkir di KLIA 2


Menu makan siang bumbu desa


Keliling-keliling tidak karuan aku semakin khatam dengan KLIA 2. Sangat nyaman selama di sana, semua ada, mau shopping apapun bisa. Jaket musim dingin Uniqlo di Tokyo harganya 5.000 JPY (Rp 665.000,-) di KLIA setelah kulihat lagi 400 MYR (Rp 1.400.000,-) luar biasa... Eh tapi semoga aku salah lihat ya. Makan malam aku makan di KFC, menunya rasanya hampir sama seperti yang kumakan di Brunei, tapi aku tidak ingat namanya, pokoknya ada mashed potato nya. Yang meladeni aku di KFC cewek keturunan India yang logatnya sangat tidak kumengerti. Dia sepertinya kesal aku tidak mengerti ucapannya, tapi aku nggak peduli, dia kok yang ngomong nggak jelas, atau memang kupingku masih terbiasa ngedengerin logat Jepang... *Peluk patung Hachiko*. Setelah makan, jangan lupa beresi sendiri semuanya. Sampahnya dibuang dan nampannya dikembalikan ke tempatnya.

Makan malamku di KLIA 2


Untuk mengisi waktu,  aku duduk nongkrong di depan board kedatangan. Kurang kerjaan ngeliatin pesawat dari mana saja yang datang. Kemudian selesai sholat Isya, aku ambil koper di penitipan dan setelah bosan bengong ngitung orang lewat, aku bersiap tidur. Tidurnya lagi-lagi di Mushola, maaf ya soalnya aku tidak nyaman tidur di tempat lain. Lagipula aku tidak mengganggu orang yang emang mau sholat karena saat aku ke mushola, hari memang sudah sangat malam dan bukan aku saja yang tidur di sana.

Jam 3 shubuh aku siap-siap lagi, Palembang aku datang... Tiap kali menginap di bandara aku tidak mandi.  Seharusnya waktu di KLIA seminggu yang lalu aku mandi,  karena bakal ke Jepang,  tapi nggak nemu shower di sana... Kali ini lagi-lagi aku malas mandi karena akan langsung pulang ke rumah, walau shower di KLIA 2 banyak,  aku cuma ganti baju dan dandan,  nggak pake parfum karena parfumku kuhibahkan di Brunei... Aku sedih pulang kalau ingat Jepang sebenarnya, kalau ada waktu dan rejeki, aku tentu akan ke sana lagi. Bagasi Air Asia ke Palembang sudah kubeli 25 kg. Koper beserta tas pakaian tambahan total beratnya 23 kg. Check in selesai, aku ke bumbu desa lagi, kali ini beli bubur ayam dan teh tarik, harganya lebih murah dibanding makan siang kemarin.

Sarapanku sebelum pulang


Proses imigrasi berlangsung cepat, mungkin mereka bosan ngeliat aku 3 kali bolak-balik Malaysia dalam 2 minggu ini. Paspor baruku sudah 6 kali kena cap keluar masuk Malaysia, 2 kali Brunei, 1 kali Indonesia ditambah nanti pada saat masuk, 1 kali Jepang dan 1 stiker masuk Jepang, karena masuk Jepang tidak dicap, penggantinya stiker. Di paspor juga terstaples struk bebas pajak dari Laox untuk dilihat pihak bea cukai perihal barang belanjaanku.

Setelah sholat Shubuh di surau depan gate L5, pesawat boarding. Dipesawat, kursiku dekat jendela, tapi ada nenek duduk di gang di barisan kursiku, cucunya di tengah. Bapak diseberang kursi minta keiklasanku tukar tempat duduk, karena ibunya, nenek tersebut pakai kursi roda, sehingga kalau aku mau duduk di kursiku, neneknya harus berdiri dulu,  kan kasihan. yah nggak apa-apalah ya. ini kan perjalanan pulang, aku sudah biasa ngeliat Palembang. Maka cucu nenek duduk di sebelah jendela,  neneknya geser,  aku yang di gang.

Perjalanan pulang cuma sebentar, tahu-tahu pesawat sudah mendarat, aku sudah di Palembang lagi. Proses imigrasi dan ambil bagasi cepat saja. Jam 8 pagi semua sudah beres dan aku naik LRT menuju stasiun LRT Polresta, karena aku dijemput di sana. Semenjak ada LRT, aku malas diantar pakai mobil ke bandara, lebih enak pakai LRT. Di LRT ketemu sama mbak-mbak dari Riau dan Jakarta yang juga pertama kali naik LRT dan mau ke Picon. Kami ngobrol-ngobrol menyenangkan sepanjang jalan. Jangan dibandingkan kecepatan LRT yang masih lambat dibanding kereta Jepang, pemakaian LRT secara fungsional juga masih belum maksimal, berbeda dengan Jepang dimana kereta adalah transportasi yang sangat utama. Tapi yang jelas Palembang boleh bangga punya LRT, waktu kedatangan antar stasiunnya juga sangat tepat.

Tumpukan koperku dan orang lain di LRT


LRT nya sampai...


Demikianlah perjalananku akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019. Kalau dihitung berapa total aku naik pesawat, jawabannya 6 kali, dan berapa lama waktunya 6 kali naik pesawat itu, jawabannya adalah hampir 23 jam.... *nyari bantal* Aku akan jalan lagi kapan-kapan kalau uang dan waktunya ada. Kemana? tentu saja tempat-tempat baru, tapi yang jelas Jepang menjadi sebagai Negara paling atas dalam list favoritku.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...