Hari kedua jalan di Tokyo, seharusnya kami ke Gunung Fuji, tapi dengan pertimbangan cuaca yang takutnya malah nggak bisa ngeliat Gunung Fuji, waktu yang butuh seharian dan biaya transportasi yang nambah lagi lumayan banyak selain dari JR Pass, maka fix diputuskan tidak jadi mengunjungi Gunung Fuji. Sedih sih, karena kan ikon Jepang, dan Dilla sudah lihat dari pesawat, tapi mau bagaimana lagi, terlalu banyak faktor yang membuat tidak jadi.

Jadwal hari ini diganti menjadi ke Tokyo Tower dan Akihabara. Sengaja jangan banyak-banyak, supaya bisa pulang sebelum gelap, karena kami akan beres-beres dan menyimpan tenaga untuk ke Kyoto besok pagi-pagi. Sarapannya roti dan sereal, sambil beres-beres nyimpan struk belanja yang entah isinya apa, sebagai kenang-kenangan.

Semalam sebenarnya AC kami matikan, tapi tetap dingin rasanya. Aku sebenarnya mencuci sedikit pakaian, tapi sama sekali tidak kering. untuk pakaian aku bawa banyak, tapi coats cuma dua, jadi yah kalau difoto yang itu lagi, yang itu lagi. Pengen beli di Uniqlo, tapi mikir lagi, sudah mahal, di Palembang tidak akan terpakai, kecuali kalau aku mau pergi ke negara dingin lagi. Setelah bosan mengeluh kedinginan kemudian mikir, orang Jepang nih kan pinter, pasti AC bisa dipanasi. Dan benar saja saudara-saudara, AC kamar ternyata bisa disetel panas dan cucianku bisa sampai kering jadinya.... *banting AC*. Sebenarnya Hotel New Tohoku ini sudah sangat ideal, ada pemanas air, bathtub, handuk bersih, sabun shampo conditioner lengkap, sayang kami sudah akan check out besok.

Setelah puas menyesali diri, sudah mandi dan siap. Kami kembali memulai perjalanan. Sepanjang jalan menuju stasiun kereta, seperti biasa suasananya Jepang sekali, he he he... toko-toko dan tempat makan belum buka, ngasih kesempatan kami untuk narsis di sana.

Struk yang isinya entah apa


Jepang banget yak


Menara Tokyo bisa dilihat dari stasiun kereta terdekat di Hamamatsucho. Tapi setelah turun dari stasiunnya ternyata cukup jauh juga. Jadi selain GPS yang sangat diandalkan saat travelling, satu lagi yang paling dibutuhkan adalah kekuatan kaki. Nggak bisa ngomong capek kalau lagi jalan, karena tidak semua tempat bisa dicapai dengan mudah. Yang namanya koyo hansaplast selalu dipakai, juga counterpain selalu dioles di kaki dan tangan. Aku sudah alergi seafood kemudian minyak kayu putih, eh sekarang akibat keseringan pake koyo hansaplast dan counterpain tersebut, kulitku merah-merah dan juga gatal. Selain itu, udara dingin bikin bibir kering dan pecah-pecah, sehingga aku harus beli pelembab, kemudian ternyata saat mandi aku sadar juga mimisan, saat membersihkan hidung mimisan yang sedikit itu sudah beku ketika dikeluarkan. Tapi... secara keseluruhan alhamdulillah aku sehat. Jangan sampai aku sakit walaupun sudah bawa obat lengkap.

Dari jauh Menara Tokyo sudah kelihatan, tapi kami ingin benar-benar ke sana. Di tengah perjalanan ketemu satu kuil yang entah apa namanya. Di sana pengunjungnya tidak terlalu banyak sehingga kami bisa berlama-lama dan objek foto bisa lebih fokus, tanpa banyak orang lalu lalang. Di kuil itu juga banyak pohon maple, yang daunnya bersegi lima, aku petik 3 daun, setelah minta izin sama pohonnya.

Dan ternyata saudara-saudara, kuil dengan latar belakang menara Tokyo ini, belakangan baru kusadari setelah nonton lagi, yaitu salah satu tempat syuting film Wolverine 2, yaitu film yang latar belakangnya di Jepang. Adegannya waktu upacara pemakaman tokoh kenalannya Logan yang orang Jepang. Setelah di searching dengan kata kunci "temple near Tokyo Tower" ternyata namanya adalah Zojoji Temple.

Sepi ya


Kami eksis


Kuil ini ada di film Wolverine


Menara Tokyo dari kuil


Pohon Maple


Sesampainya di bawah menara Tokyo Dilla dapat kesibukan, dia suka anime, dan di sana sedang ada pameran kecil anime. Jadi dia sibuk ngobrol bersama mereka sekalian melatih Bahasa Jepangnya. Orang Jepang kalau kami bilang dari Indonesia, pasti yang diingat tsunami, tapi tidak mereka, setelah Dilla menyebut Indonesia, salah satu dari mereka langsung menyebut badminton. Akhirnya ada juga yang ingat badminton kalau dengar kata Indonesia. Di bawah Tokyo Tower juga ada jualan crepes halal yang uenakkk banget, jadi betah deh di sana lama-lama sambil makan menikmati suasana Tokyo Tower yang pernah masuk di banyak cerita, salah satunya di episode Detektif Conan. Kalau suka cerita one piece, bisa naik ke atas, tapi bayar. Karena kami bukan one piece mania, maka kami cukup berkunjung dari bawah.

Tokyo Tower


Pajangan Marion Crepes


Untuk jalan balik ke stasiun Hamamatsucho lumayan jauh, estimasi jalan kaki dari GPS sekitar 20 menit. Kami melewati jalan yang sama seperti saat pergi tadi, dan karena melewati gedung-gedung perkantoran saat jam makan siang, kami banyak bertemu para pria dan wanita berpakaian rapi yang keluar kantor dan berjalan cepat sepertinya istirahat makan siang. Sama seperti di Harajuku kemarin, lokasi merokok di luar ruangan pun tersedia dan cukup banyak dipenuhi oleh orang-orang yang merokok. Kemudian di sepanjang jalan juga ada tempat sampah, tapi sampahnya sudah bersih... loh... maksudnya sampah seperti botol plastik, tapi sudah dipilih-pilih, kosong dan siap untuk proses selanjutnya. Jadi Dilla yang berniat membuang botol minumannya, mengurungkan niatnya dan mencari tempat sampah lain, yang biasanya dibagi jadi berbagai macam jenis, kertas, plastik dan makanan.

Sambil jalan juga mata kepo ku juga menangkap tanaman-tanaman yang banyak ditanam di pinggir jalan. Bunga-bunga kecil cantik yang tidak akan bisa hidup di Indonesia, selain karena cuaca yang panas juga pasti terancam dengan tangan manusia, dipetiki atau dijadikan tempat sampah. Keren deh.... Habis terkagum-kagum sambil jalan, kami kembali naik kerete JR Yamanote Line menuju Akihabara, sambil menikmati pemandangan kota Tokyo.

Nggak ada yang ganggu bunga cantik ini


JR Pass


Kereta JR Yamanote line


Salah satu sudut stasiun Ueno


Kota Tokyo dari kereta


Di Akihabara, kami berniat mencari mushola dulu untuk sholat jamak Zuhur dan Ashar. Di GPS dapat satu, namanya spirit baru. Dari nama sudah kelihatan pasti punya orang Indonesia atau Malaysia, jalan kaki sepertinya tidak jauh. Dari stasiun JR belok beberapa kali termasuk naik jembatan melewati sungai. GPS sudah menunjukkan kalau kami sudah sampai, tapi kok tidak kelihatan tempatnya, tuh kan titik GPS nya tidak tepat lagi. Semoga kali ini tidak tepatnya tidak terlalu jauh. Kami sudah coba lihat peta dengan gambar satelit yang sebenarnya, udah benar kok, cuma bingung kok nggak ada ya pintu yang kami cari. Dilla ke sana aku ke sini, kami mencar mencar nyarinya seperti orang linglung. Saat aku lagi kebingungan berdiri di tengah jalan sepi sambil ngeliatin hp, lewat bapak-bapak bersepeda nanya "Ibu cari apa?" loh, yang nanya pake Bahasa Indonesia, aku buru-buru jawab cari Mushola. Dia langsung ngajak ke satu pintu tak jauh dari sana. "Naik aja dari lantai 4, bilang tau dari...." dia menyebutkan namanya yang tidak kuingat sekarang. Setelah kami mengucapkan terima kasih, dia kemudian naik sepeda lagi, pergi. Sebelum naik, ternyata memang ada tulisan mushola spirit baru di pintu itu, tapi kecil hanya di print di atas kertas A4, sementara tulisan spanduk yang lebih besar baru bisa dilihat kalau kita mendongak ke atas ke lantai 4. Kami naik dan ternyata itu adalah kantor, dengan mushola di bagian depan. Kami mengetuk pintu dan minta izin menggunakan mushola mereka atas rekomendasi Bapak yang ketemu di bawah tadi, yang langsung diizinkan oleh Bapak yang kebetulan lagi ada di kantor tersebut. Luar biasa deh, mungkin mereka seperti ini, karena juga merasakan susahnya mau cari tempat sholat.

Lega setelah sholat, kami mencari Laox. Laox adalah semacam tempat belanja dimana ada tersedia snack, ramen dan beberapa makanan halal lain yang bisa dibeli untuk oleh-oleh. Posisinya persis di dekat gedung-gedung yang luarnya meriah dengan gambar dan ornamen anime. Kalau yang gila anime, pasti nggak mau pulang dari sini. Banyak action figure di sana, naruto, doraemon dan lain-lain... tapi yah taulah sendiri... harganya lumayan mahal. Di depan Laox juga banyak pohon-pohon Ginkgo berwarna kuning yang belum berguguran, beberapa bis yang mengangkut wisatawan berhenti di depan Laox agar penumpang mereka bisa berbelanja di sana. Di Laox lantai 4, aku memfoto makanan-makanan yang akan kubeli nanti saat mau pulang supaya koper tidak berat sekarang, karena besok akan ke Kyoto. Ada satu etalase yang isinya semuanya halal, ramen, coklat, teh hijau, dan beberapa snack. Semuanya terkemas dengan bungkus khas Jepang dengan label halal.

Teh hijau dan ramen halal di Laox


Pohon Ginkgo


Di setiap sudut kota juga banyak gacha, ini semacam mainan yang dijual dikemas berbentuk bola. Kita harus memutar putaran yang tersedia untuk mengeluarkan isinya. Isi bolanya macam-macam, kebanyakan anime, benda lain misalnya seperti topi kucing. Harganya macam-macam ada yang 300 JPY ada yang 400 JPY, aku beli 2 doraemon dan 1 sinichi untuk keponakanku, dan 1 topi kucing untuk kucingku.

Gacha Sinichi Kudo


Setelah puas melihat-lihat di Laox, lanjut cari makan. Di Akihabara ada tempat makan halal Coco Ichibanya, tapi kami salah tempat ketika mengikuti GPS. Dapatnya yang tidak halal, maka pegawainya baik hati ngasih tau, yang sudah punya sertifikat halal ternyata lokasinya menyeberang jalan tidak jauh dari sana. Coco Ichibanya halal, desainnya didominasi warna hijau, menunya nasi kari. Konsep tempatnya sama seperti tempat kebanyakan di Jepang, kursi-kursi disusun memanjang menghadap dapur mereka. Isi pengunjung tentu saja para muslim. Salah satu pegawainya yang memakai jilbab sepertinya masih baru, dari Malaysia, menerima instruksi dari bosnya dalam Bahasa Jepang. Aku jadi ingat film Atiqah Hasiholan yang belajar Bahasa Jepang sambil bekerja, apakah mbaknya juga seperti itu. Sesama muslim itu kalau ketemu pasti akan tersenyum dan saling menegur Assalamualaikum, alhamdulillah banyak ketemu saudara sesama muslim di sana.

Nasi kari di Coco Ichibanya


Perjalanan pulang, seperti biasa pasti kami temukan dalam versi jalan yang lebih pendek dibanding jalan saat datang tadi. Kesal nggak sih, kalau ternyata posisi Coco Ichibanya ternyata tinggal belok kiri dari stasiun JR. Tapi yah bersyukur, kan wajar kalau perjalanan mencari tempat pasti mutar-mutar, sementara perjalanan pulang kan udah tahu medannya. Mumpung belum malam, kami pulang untuk istirahat dan beres-beres. Dilla masih penasaran di Uniqlo Ueno, jadi dia kubiarkan jalan sendiri dan kutitip kalau mau beli makan malam. Sementara aku sendirian di hotel, aku punya rencana sendiri yaitu menyetrika jilbab. Jilbab-jilbabku sudah kulipat khusus dan kugulung sebelum masuk koper, tapi begitu dibuka jadinya kusut parah. Kalau yang punya corak memang tidak kelihatan, tapi kalau yang polos, amit-amit super kelihatan, yang tengah memang tidak terlipat,  tapi yang pinggir-pinggir kusut semua. Maka aku pun berniat sewa setrikaan sama ibu baik hotel New Hotoku, eh dikasih gratis sama dia. "It's all free" katanya... duh ibu, jadi nggak enak. Udah dipinjamin colokan (colokan di Jepang dua lubang lebih pipih dari versi di Indonesia), sekarang setrikaan.

Ternyata setrikanya tidak tersambung dengan kabelnya,  kabel tersambung dengan bagian bawah.  Jadi,  setrika ditaruh dulu seperti di cas nanti lampunya hidup...  Tapiiii kok nggak panas-panas ya...  Aku sampai buka google dan youtube mencari tau cara pakai setrika di Jepang,  masih bego juga..  akhirnya aku nyerah menunggu Dilla saja,  karena aku malas mau pakai jilbab lagi untuk ke bawah.

Setelah Dilla pulang, dia baik hati (terpaksa) ke bawah nanya bagaimana cara pake setrikanya, kemudian naik lagi dan ngasih tau, sama persis seperti yang sudah kulakukan. Tapi kali ini kok panas setelah dicoba pemiliknya tadi di bawah, heran deh...  nggak ngerti... yo wes lah pokoknya bisa nyetrika, dan kali ini jilbab kulipat 9, agar bagian tengah tidak bergaris dan tidak kugulung agar tidak kembali kusut.

Itu setrikanya


Oh ya tau gak sih, saking dinginnya di sana, dengan udara Tokyo bersuhu 3 derajat, make up yang dipakai pagi, bisa masih utuh sampai sore. Kita pun tidak berkeringat, jadi selama di sana terus terang saja, kami jarang mandi... hehehe... Mandinya bisa sehari sekali, atau dirapel dua hari sekali tergantung keinginan... walaupun sebenarnya ada air hangat untuk mandi sih, hahaha...

video youtube

Lanjut part 5

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...