Shopping time!!!!!.... tanggal 31 Desember 2015, saatnya menghabiskan tahun dan menghabiskan duit. Karena bagasi pulang sudah beli bisa sampai 20 kg masing-masing, maka kami tidak khawatir lagi soal bawaan. Sarapan, kami ke rumah makan arab di sebelah T Hotel. Tapi sayang ternyata roti canai karinya tidak seenak dulu. Selanjutnya ngeluyur dulu ke Pasar Seni, dan heran deh aku masih saja tersesat mau menuju ke sana. Dua tahun lalu sempat salah turun stasiun, dan sekarang kejadian lagi. Aku benar-benar harus mengingat bahwa kalau mau ke Pasar Seni benar-benar turun di stasiun Pasar Seni yang sudah tertulis dengan jelas,.... bukan Masjik Jamek apalagi KLCC.

DP benar-benar gila di sini, sedang aku masih bisa menahan diri karena lagi-lagi aku kan sudah sering ke sini.... Orang-orang sudah pada bosan kukasih gantungan kunci Petronas..... *borong tas gajah*... Beli coklat, si penjual keturunan arab SKSD sama kami.... Mungkin banyak orang Indonesia yang beli sama dia, sehingga dia sudah punya kosakata baru seperti "Ya keles..." dan "Bingit..." yang diucapkannya menjadi "Binggit..." Okelah karena usaha dia yang boleh juga, akhirnya kami beli banyak, dikasih bonus coklat lagi dan dikasih diskon....

Hobi banget foto di depan stasiun LRT Dang Wangi


Habis dari Pasar Seni ke KL sentral untuk menuntaskan list "Must to do" ku yang tinggal satu, yaitu Yong Tau Fu. Eh kayaknya bukan "Must to do" deh tapi ganti jadi "Must to eat" karena dari kemarin sasarannya makan melulu... Sialnya tempat lama yang kuingat lagi renovasi, hu hu.... jadi kemana Yong Tau Fu ku itu, masak kami harus keliling mall di KL demi Yong Tu Fu, karena aku bertekad nggak mau pulang sebelum ketemu. Coba deh prinsip ini kuterapkan untuk cari cowok, mungkin aku sudah ketemu pangeran berkuda putih ku sekarang... *benerin jilbab*

Setelah kami bertanya dengan bagian informasi, kami mendapatkan titik terang misi yang berat ini. Yong Tau Fu ada di mallnya di lantai 3 (kalau tidak salah), maka jalanlah kami dan tara..... kami ketemu cowok eh Yong Tau Fu di sana...

Yong Tau Fu KL Sentral


Tapi satu yang kulupa dari Yong Tau Fu ini, dulu aku belum alergi seafood, jadi bisa gila-gilaan makannya. Sekarang, semenjak penyakit sial itu menjangkitiku aku cuma bisa makannya terbatas, karena aku juga tidak suka sayur... *selamat tinggal udang dkk*

Yong Tau Fu ku yang sepi... tapi masih enak


Sebelum ngemall, kami kembali ke hotel dulu buat taruh barang sebelum lanjut lagi. Kali ini muter nyari Vincci de el el di Bukit Bintang. DP nyari tas buat nyokapnya, jaket buat adeknya dan baju buat bokapnya. Aku... nyantai... orang-orang rumahku nggak boleh protes kubawain apapun karena sudah sering kubawain. Jadi aku lebih seru nyari barang untuk diriku sendiri di sana.... hehe...

Di Pavilion


Pulang ke hotel si DP pake acara mau nukar warna baju lagi, tapi aku sudah nyerah, nggak mau nemanin... dia jadi sendirian balik lagi dan aku tunggu di hotel. Lumayan nunggu sambil nonton Cinemax mengistirahatkan kaki yang nggak ada cadangannya ini. Makan malam kami keluar lagi dan makan di Plaza Low Yat. Suasana tahun baru seperti biasa meriah, tapi kami tidak berniat menunggu sampai jam 12, karena dari hotel, kembang api pasti kelihatan, kami juga takut nanti suasana tidak kondusif banyak orang teler dan alasan sebenarnya adalah besok pesawat kami berangkat pagi-pagi. Jam setengah 6 kami sudah pesan taksi dan sudah harus ke bandara, itu artinya jam setengah 5 subuh jika waktu Indonesia.

Nasi goreng menu makan malam terakhir di tahun 2015


Pulang ke hotel, ketiduran dan terbangun saat tengah malam. Happy New Year... bunyi terompet dan kembang api heboh dari luar jendela... kami cuma melihat dari kamar, kembang apinya ketutup gedung, jadi cuma bisa ngeliat dari kaca jendela gedung seberang.

Tahun baru dari jendela hotel


Bangun subuh-subuh, setelah check out dari hotel, kami berangkat. Suasana jalan masih tersisa keramaian dari semalam. Kali ini bye bye Malaysia, sampai jumpa lain kali, soalnya kan kalau mau kemana-mana pake Air Asia transit dulu di sini. Di bandara sarapan di Bumbu Desa lagi... haha... kali ini bubur ayam.... mungkin lain kali baru nyobain makanan lain selama di KLIA2.

Bubur ayam Bumbu Desa


Pulang ke Palembang kami dapat gate P3 (untung bukan P19), itu artinya gate yang jauh yang harus nyebrang sky bridge dulu. Sudah nukar uang sisa Ringgit ke Rupiah, waktu masih 30 menit lagi saat kami masuk antrian imigrasi. Kasihan orang-orang yang mau cepat ngejar pesawat mereka saat diimigrasi yang panjang itu, mereka kena marah saat minta prioritas.

Keluar imigrasi, jalan kaki menuju gate P3, kami sambil setengah berlari karena waktunya sudah semakin mepet. Akhirnya setelah sampai kami duduk sebentar sebelum akhirnya masuk ke pesawat. Surprise.... salah satu pramugarinya adalah pramugari saat kami pulang dari Phuket dua hari yang lalu. DP yang ingat karena kami beli nasi lemak sama dia....

Rincian biaya selama perjalanan ini kira-kira sebagai berikut: (diluar tiket Madame Tussauds dan Trick Eye Museum serta belanja besar yang pake kartu kredit)
Singapura : 114 SGD
Malaysia : 613 MYR
Thailand : 5400 THB
atau kira-kira 5,5 juta Rupiah

Oke... perjalanan kali ini selesai.... dan cerita ini juga selesai.... Semoga tulisanku berikutnya tidak tentang Malaysia lagi, Singapura lagi atau Thailand lagi...

Terima kasih. *gaya nulis email, nggak pake best regards*

Selamat tinggal Phuket, hari ini kami kembali ke Kuala Lumpur. Sebelum pulang sempat ngunjungi Uma di kiosnya untuk pamit dan mengucapkan terimakasih atas turnya yang asyik, juga pamitan sama bapak "temen kuliahku" pemilik restoran halal dekat hotel. Gaya kami serasa banyak yang bakal kangen kami pulang, hahaha....

Pesan taxi sama resepsionis jam 10 pagi ke bandara, kali ini untuk koper strateginya masih sama, dua koper disiapkan kira-kira seberat 25 kg totalnya, sisa bawaan ditaruh tas lain dan terpaksa ditenteng bawa ke kabin. Sepanjang perjalanan ke bandara ngeliat pemandangan indah pantai-pantai yang kami lewati. Mungkin kalau ada nasib aku bisa kembali lagi ke sini dan bisa ke Phi Phi Island.

Di bandara kelaparan jadi beli mini donat di Dunkin, sekalian ngabisin uang Bath kecil. Luar biasa deh aku, di Singapura bisa nahan diri sehingga lebih uang 150 Dollar bisa ditukar buat nambahin Bath, sekarang sisa Seribu lebih Bath nanti akan ditukar buat nambahin Ringgit. Nah di Malaysia nanti baru bisa habis-habisan...

Bye bye Phuket...


Di pesawat kali ini kami pesan makan, biasa... nasi lemak yang rasanya sudah terkenal enak. Mau pesan gado-gado masih nggak bisa, apalagi pempek.... Diperjalanan ibu-ibu disebelahku batuk-batuk hebat, kasihan deh kayaknya tenggorokannya benar-benar gatal. Si DP baik hati bagi-bagi fisherman friend yang dibelinya di toko obat di Phuket, benar-benar membantu dan si ibu sangat berterima kasih sama DP.

Yang biasa naik Air Asia, pasti tau menu ini


Sampai di KLIA 2, gempor jalan kaki karena kami turun di gate yang jauh dari terminal utama, ngelewatin sky bridge dan ke wc dulu, kira-kira setengah jam baru sampai imigrasi. Inilah yang aku suka kalau masuk Malaysia lewat bandara, ramaiiiii dan lamaaa... emang sih tidak separah antrian imigrasi masuk Singapura lewat Batam kemarin-kemarin, tapi aku sudah menetapkan diri bahwa aku benci antri di imigrasi. Ngambil bagasi sudah tidak karuan lagi karena kelamaan di imigrasi, conveyor belt untuk ngambil bagasi pesawat kami digabung sama pesawat yang mengangkut jemaah umroh, untung koper kami akhirnya bisa ditemukan walau sempat deg-degan takut hilang.

Pesan taksi entah kenapa dapat sopir yang tua lagi.... ongkosnya 70 MYR dan kami diantar sampai Bukit Bintang menuju hotel Alor Boutique. Kamarnya juga sempit seperti hotel kami di Singapura, tapi nyaman dan fasilitasnya juga lengkap, pemandangan dari jendela hotel luar biasa ramai. Karena sudah ketagihan bakso ikan di depan hotel, kami jadi beli lagi saat keluar untuk cari makan malam. Dua tahun lalu aku pengen makan nan tandoori, nah inilah saatnya mewujudkannya. Jalannya melewati Hotel Putra Bintang yang sempat kukunjungi 2 tahun lalu, masihkah Bang Akim kerja di sana.... hehehe... Lupakan Bang Akim sekarang mana nan tandoori yang kupengen itu, DP ikut-ikutan pesan makanan seperti aku, tapi kemudian kami kecewa... nggak enak dan... yah sudahlah.... mungkin ada nan tandoori di tempat lain yang enak, kami saja yang sial malam itu. Nan tandoori kucoret dari list makanan yang kukira kusukai.

Nan Tandooriku yang tidak kusukai...


Jalan-jalan malam muter di Bukit Bintang


Lanjut Part 8

Nah kalau ada puncak acara pada suatu kegiatan, hari inilah puncak acara dari seluruh kegiatan kami. Biasanya kan kalau habis puncak acara, para tamu dipersilahkan makan kemudian pulang.... *mulai ngelantur*... Oke sampai dimana tadi, jadi hari ini kami akan ke James Bond Island..... hahaha...

Batu nancap di laut itu memang sudah jadi incaran tempat yang harus kukunjungi suatu hari nanti, syukurlah hari ini tercapai. Walau filmnya sudah lama sekali, tapi tempatnya masih terkenal sampai sekarang dan benar-benar jadi magnet bagi turis.

Jam 8 pagi, sudah ada supir yang menjemput kami. Supirnya nggak banyak ngomong karena sepertinya kurang bisa berbahasa Inggris. Di mini van yang menjemput kami sudah ada keluarga bule cakep, ayah ibu sama anak gadisnya yang sudah menunggu kami. Kemudian mobil jalan lagi dan menjemput satu rombongan keluarga lagi, kali ini muka mereka agak kelatin-latinan. Kalau dinilai dari muka kayak orang-orang Brazil kali ya *sok analisis asal*.... ada ayah, ibu satu anak cowok kecil beserta dua cowok paruh baya kira-kira berumur 30an... *sok analisis umur*... Kemudian ke hotel keren menjemput pasangan bule suami istri yang sudah agak berumur dan terakhir kami sempat nyasar ke hotel yang pemandangannya indah sekali sebelum menjemput pasangan bule dari Jerman yang aku yakin sekali belum menikah *sok analisis status*... Jadi rombongan dalam mobil itu kita sebut saja, 2 cewek Indonesia, 3 bule sekeluarga yang cakep, 3 orang keluarga latin, sama 2 cowok 30 an, 2 bule suami istri dan 2 bule pacaran... haha... apa sih... Ini jadi kayak awal perkenalan tokoh di film-film trailer yang pemainnya satu demi satu dimakan buaya, atau ikan paus atau sejenisnya... *berdoa kami baik-baik saja sampai akhir film*

Nyasar di hotel orang yang pemandangannya kece...


Sampai di dermaga kami menunggu lagi mini van lain yang penumpangnya bakal sekapal sama kami. Rombongan makin ramai dengan munculnya keluarga Asia dengan beberapa anak kecil, keluarga India dengan satu anak cowok kecil yang manis, satu keluarga India lagi yang mukanya nggak seperti orang India dengan anak cowok yang agak besar, beberapa cowok-cowok yang entah berapa orangnya yang nggak keitung, beberapa orang entah darimana nggak kedeteksi karena nggak kedengaran mereka ngomong, satu cewek Afrika dan rasanya sudah semua,.... Tuh kan keliatan betapa kepo nya orang Indonesia itu.... Tapi prinsip DP sih kalau kepo harus maksimal, nggak boleh setengah-setengah.... Yang enaknya lagi, kepo di sana kami bebas ngomong tanpa takut mereka tersinggung karena mereka jelas nggak ngerti kami ngomong apa... 2 bule yang pacaran itu sebenarnya cowoknya cakep tapi ceweknya agresif, yang paling menyenangkan ibu dari keluarga India yang mukanya nggak kayak orang India yang anak cowoknya sudah besar, dia ramah dan hobi ngobrol dengan kami. Sementara keluarga India lainnya, bapak si anak cowok kecil cenderung kasar sama anaknya sendiri.... Sekian perkenalan isi kapal kami...

Sebelum berangkat, kami diberitahu untuk memakai sunblock, karena di laut nanti super panas.... Kami juga lagi-lagi saltum, karena orang-orang lainnya berpakaian tempur siap nyebur ke laut, sementara kami berpakaian seperti mau ke mall dan kucing takut air. Inilah perbedaan turis yang emang nyari petualangan sama turis narsis seperti kami yang hanya mementingkan foto. Bisa-bisa nanti sampai di James Bond Island dan sudah dapat fotonya kami minta pulang, tapi sayang.... acara utama selalu terakhir sehingga kami "terpaksa" ikut semua acara tanpa bisa protes...

Untuk grup kami, dikasih gelang dari benang berwarna orange sebagai penanda. Tanda apakah ini, jika kami hilang atau tenggelam *amit-amit* apakah gelang ini akan menyelamatkan kami... *mikir konyol*. Jalan kaki menuju kapal lumayan jauh, ini aja sudah panas, kulit yang sudah item tambah jadi gosong.... orang-orang pada beli plastik untuk melindungi handphone mereka jika kecebur. Sementara kami kebingungan karena, selain handphone yang jumlahnya tidak satu, masih ada dompet, kamera, powerbank yang seharusnya bawaan ini bisa kami minimalisir dengan simpan di hotel. Untung kemudian ada penyewaan tas tahan air seharga 100 THB untuk kami bawa sehingga tas bisa ditinggal di kapal.

Kami naik di lantai 2 dan diminta memakai pelampung. Selain kami ada guide cowok lokal dengan kacamata hitam dan cewek lokal yang ngurusin konsumsi. Awak-awak lain ada di bawah, serta ada beberapa ibu-ibu yang masak, beberapa memakai kerudung. Belum apa-apa si Uma sudah ngucapin "Have fun..." di Line untuk kami. Kapal ini menyediakan makanan halal yang emang sudah dikasih tahu sama si Uma, pemiliknya muslim, cuma si Uma kemarin ngawur dengan menyarankan kami memakai celana pendek dalam perjalanan ini.... *ngemplang si Uma*

Kapal mulai jalan, semakin lama semakin menjauh dari daratan, pemandangannya luar biasa. Coba deh tiap hari lihat yang kayak gini, mungkin aku bakal betah di rumah.... Nggak tau ya gimana dengan Raja Ampat mungkin kurang lebih kayak gini juga kali ya.... laut yang dikelilingi pulau-pulau kecil alami dengan tebing-tebing berwarna hijau tosca. Sepanjang perjalanan, di kapal kami disuguhi buah jeruk, pisang dan biskuit. Juga air minum tak terbatas, termasuk minuman ringan seperti Coca cola dan Fanta. Cowok guide ngasih tau kalau perjalanan pertama kali adalah canoeing menyusuri gua. Satu canoe isinya 2 atau bisa 3 dengan satu pendayung. Kami tidak bisa berenang, dan mendapatkan pendayung abege ramah, tengil yang agak jahil namanya Goferi. Perjalanan menyusuri gua seram.... jadi ingat salah satu episode My Trip My Adventure.... guanya gelap dan bau, cahaya penerangan hanya dari pendayung yang memakai penerangan khusus di kepala mereka, penghuni gua tentu saja kerabatnya si Batman, si Goferi udah tau kami nggak bisa berenang sering goyangin canoe untuk buat kami makin cemas. Banyak stalaktit dan stalakmit dengan bentuk bermacam-macam, kami juga harus duduk berbaring begitu melewati tempat yang rendah. Canoe nya banyak jadi resiko tabrakan pasti ada, nggak kebayang kalau aku kecebur di situ... siapa yang nanti bakal nemuin.... *berdoa komat-kamit....* Suasananya ribut, orang-orang pada ngobrol seru, ada yang jahil nyiram-nyiram air sampai kena aku dan airnya masuk ke mulut saudara-saudara... ih nggak banget deh... air laut yang bau entah kandungannya apa saja itu rasanya super asam, cuma nggak bisa ku keluarkan lagi di sana, takut kualat kenapa-kenapa, terpaksa kutahan dan baru kumur-kumur begitu sampai kembali ke kapal. Jadi kalau ditanya apakah aku pernah menelan "air kotoran kelelawar" sepertinya jawabanku adalah pernah...

Pemandangannya super keren...


MTMA di gua...


Setelah menyusuri gua, adrenalin agak naik dan kami mengalami "canoe lag" jadi agak-agak menenangkan diri dulu kemudian. Berhubung sudah siang, guide ngasih tau saatnya makan.... lauknya enak, ada ayam, kentang, dan lain-lain... sayang supnya asam... kayaknya tom yam nanggung gitu. Kami dikasih tau giliran pertama makan adalah wanita dan anak-anak, tapi si bapak India yang anaknya kecil udah ngambil duluan sebelum si guide ngasih tau, alasannya sih untuk istri sama anaknya.... waduh kasihan istrinya jadi malu. Habis makan sudah dikasih tau, kami harus memasukkan sisa makanan ke tong sampah dan piringnya masuk ke wadah khusus, luar biasa emang mereka-mereka yang sekapal sama kami, tahu aturan dan tertib. Di meja aja, mana ada kulit pisang atau gelas habis minum, semua bersih.

Makan siang halal di kapal, makannya banyak....


Karena lupa baca brosur dan nama tempat-tempatnya sulit diingat, jadi kami tidak tahu perjalanan berikutnya. Kurang lebih satu jam kemudian, kami sampai destinasi berikutnya, lagi-lagi pake canoe dan aku mempertimbangkan tidak mau ikut karena agak jera. Tapi guide cewek di kapal yang ngurus makanan (lupa nanya namanya siapa) bilang ikutlah pemandangannya bagus, kami jadi terpaksa ikut daripada lama nunggu di kapal. Canoeing yang kedua pendayungnya masih sama, jadi ketemu si Goferi lagi. Baru mau turun, si Goferi udah teriak ke orang-orang di kapal yang lagi nunggu kalau  dua cewek dari Indonesia adalah penumpangnya.

Perjalanan kedua bukan gua, tapi pemandangan terbuka tebing-tebing dengan berbagai macam bentuk. Perjalanannya lebih panjang menuju daratan kecil dimana peserta tur boleh berenang di laut. Kali ini kami melewati batu nancap yang lebih besar, mirip di James Bond Island. Goferi banyak omong, tapi begitu kami ajak ngomong balik dia banyak nggak nyambung dan bilang dia nggak terlalu bisa Bahasa Inggris. Dia nanya berapa umur DP, begitu dijawab dia bilang umur DP sama seperti saudaranya, tapi dia nyebut saudaranya itu "brother me" yang membuat DP harus jadi guru Bahasa Inggris dulu untuk memperbaiki bahasanya si Goferi...

Batu James Bond KW 1


Sama si "brother me", Goferi....


Sampai di daratan yang entah namanya apa, orang-orang pada berenang, bule-bule langsung berbikini ria dan kami cuma duduk-duduk bengong. Nggak mau basah tapi terpaksa basah saat naik turun canoe. Setelah para bule puas berenang kami kembali ke kapal dan menuju destinasi utama.... James Bond Island.

Untuk menuju ke sana, kapal nggak boleh merapat karena tempatnya sempit. Maka kami dipindah ke long tail boat dengan mesin yang suaranya kuat seperti di film Bangkok Dangerousnya Nicolas Cage. Long tail boatnya lama merapat ke pulau karena nunggu antrian bersama long tail boat lain yang jumlahnya sangat banyak. Luar biasa deh entah darimana orang-orang ini muncul di tempat yang terpencil seperti ini, Efek marketing dari sebuah film terkenal, memang luar biasa. James Bond Island aslinya bernama Khao Phing Kan... (bener nggak ya).... gara-gara film itu beberapa puluh tahun lalu, makanya sekarang namanya diubah.

Akhirnya sampai juga, dan di pulau kecil itu, orang yang berkunjung luar biasa banyaknya. Dari berbagai macam bentuk dan bahasa, tumplek jadi satu. Mau ngambil foto aja susahnya setengah mati supaya dapat foto sendirian tanpa ada orang lain yang ikut kefoto. Dari semua foto, hanya satu dua yang bisa sendirian tanpa ada kaki, atau tangan orang lain yang ikut.

Mahal dan sengsara demi ini


Di sana banyak orang yang jualan suvenir, tapi Masya Allah, harganya berlipat-lipat, kami sampai dikejar-kejar si penjual setelah iseng nawar tapi emang nggak minat beli. Waktu di sana cuma sebentar, hanya 45 menit. Nggak puas rasanya, tapi mau bagaimana lagi, nanti antrian long tail boatnya pasti lama lagi, daripada kami ditinggal. Sudah repot banyak orang, si DP kembali rewel kalau foto, backgroundnya harus oke, sudah gedung-gedung di belakang Merlion nggak boleh kepotong, kali ini aku harus ngambil foto dengan daun di samping tulisan Khao Phing Kan juga harus utuh, seperti dia ngambil fotoku.

Tuh daun penting, jadi harus di foto...


Setelah waktu habis, kami antri untuk pindah ke long tail boat kemudian lanjut kembali ke kapal. Hari sudah sore dan ini adalah perjalanan terakhir. Menuju ke dermaga makan waktu kurang lebih 2 jam. Diperjalanan pulang, guide bersuit manggil sea eagle yang kemudian pada terbang mengikuti kami. Tapi cuma sebentar, selanjutnya mereka capek dan nyerah nggak ngikutin lagi. Di tengah jalan kapal pake acara mogok lagi, kami diminta menunggu 10 menit untuk ngecek kapal. Bengong lagi nunggu, ada kapal lain yang lebih besar penuh dengan bule dengan music yang terdengar adalah lagu macarena stop sebentar hanya untuk memberi waktu mereka ngeledekin kami, okey kami kalah... hanya bisa senyum-senyum. Untung tak lama kemudian kapal bisa jalan lagi, dan untuk mengisi waktu para bule di kapal kami pada tidur.

Kembali ke daratan kami naik ke mobil yang sama dengan supir yang sama juga seperti yang menjemput. Isi mobilnya juga tetap sama. Perjalanan darat kurang lebih sejam lagi, sampai di Patong sudah hampir malam kalau tidak macet, tapi karena macet, sampainya jadi malam. Pertama ngantar pasangan bule pacaran dulu, kemudian bule suami istri. Sampai di Patong seluruh penumpang kecuali kami turun di Bangla Road, kami yang terakhir turun di depan lorong menuju The Belle Resort.

Capek, tapi harus nyari makan malam. Habis mandi dan sholat kami keluar lagi demi DP yang ngidam fried rice with pineapple thai style yang kemarin dilihatnya di restoran yang kami lewati dan memasang tanda halal. Yo wes jadi kami ke sana, dan aku memesan nasi goreng ayam yang ayamnya disuwir ngumpet diantara nasi.

Nasi goreng lauk bawang bakung..


Baliknya masih belum puas beli pancake lagi, mumpung masih di Phuket. Kalau sudah besok, kami sudah aman kalau soal makan, karena di KL banyak makanan halal di sekitar hotel di Bukit Bintang.

video youtube

Lanjut Part 7

Tanggal 28 Desember 2015, sampai jam 9 pagi kami masih hibernasi dibalik selimut. Rugi banget memang ngabisin waktu buat tidur jauh-jauh ke Phuket, tapi pertimbangan ini kami ambil demi kelangsungan kisah perjalanan kali ini. Setelah merasa hari sudah siang, sudah bosan tidur dan merasa sudah sehat, kami bangun. Target hari ini adalah jalan ke Jungceylon, keliling-keliling Patong dan beli paket tur untuk besok. Diputuskan kami lebih memilih ngeliat batu James Bond daripada pantainya Leonardo Dicaprio.

Namanya Uma, kalau jadi orang marketing cocok banget. Dia nggak seperti penjual yang maksa-maksa, tapi lebih seperti teman baik yang membantu kami memilihkan paket tur yang bagus. Ketika kami datang lagi, dia sudah senyum-senyum, dan bertanya bagaimana keputusan kami. Jiwa jualannya baru keluar setelah kami menawar dengan sadis dan dia berkata, "No.... Can't..." dengan dialeg Thailandnya tapi sambil pura-pura seperti anak kecil.... Akhirnya setelah kira-kira dua jam kemudian kami sepakat untuk ikut paket tur James Bond Island besok, dengan harga 1300 THB. Kayaknya masih mahal deh, tapi nggak apa-apalah, inikan tahun baru, semua pada mahal.... nanya ke tempat lain nggak ada yang lebih murah. Selesai transaksi, kami minta nomor Uma jika ada apa-apa saat tur besok. Setelah jadi friend dengan DP di Line, mereka malah jadi sering ngobrol kemudian.....

Selesai urusan beli paket tur, kami makan lagi di restoran halal dekat hotel milik "temen kuliahku". Orangnya ramah dan kami langsung betah di sana. Luar biasa deh, orang-orang yang buka bisnis di bidang pariwisata kayak gini, semuanya pada ramah dan menyenangkan. Habis makan, kami dikasih nota pembayaran dengan tulisan tangan keriting yang disimpan DP sebagai kenang-kenangan. Kemudian kami menyeberang jalan ngeliat Patong Beach, komentarku.... persis Kuta, nggak ada satu spot pun bagi kami untuk ngambil foto tanpa ada bikini yang ikut-ikutan kefoto. Kami benar-benar saltum berpakaian lengkap dengan dikelilingi para bule yang berjemur.... Sayang nggak ada bikini syariah, jadi kami nggak bisa ikutan berjemur di sana.... hehe...

Patong Beach...


Lagi kami asyik berfoto ria, seorang bule kasihan ngeliat kami nggak bisa berfoto bersama. Jadi dia baik hati ngambil foto kami berdua, beberapa kali malah. Kami sangat berterima kasih dan menawarkan foto selfie bersama dia.... Karena nggak enak mungkin ngeliat pakaian kami sementara dia pake bikini, dia jadi pake kain dulu sebelum berfoto dengan kami. Dia dari Rusia, dan ketika kami mengatakan dari Indonesia, kami harus menambahkan embel-embel Bali supaya dia tau.

"We are from Indonesia, do you know Bali?"....
"Yes sure..."
"Okey... Bali is Indonesia..."

hahaha.... urusan beres, dia pasti ngerti dan tau Indonesia. Sebenarnya pengen sih nyebut Palembang untuk menjelaskan Indonesia... kira-kira gini pertanyaannya seandainya kalau diubah.

"We are from Indonesia, do you know Palembang?"....
"Sorry i don't know where is it..."
"Okey fine,...." *tertunduk lesu*...."Palembang near Bali...." *berkata lirih* hehehe....

Foto sama bule baik...


Rela minggir demi tulisan Patong Beach...


Kabel listriknya semrawut...


Foto kaki (lecet) yang agak penting, eksis di Patong...


Puas ngelayap di Patong, kami melanjutkan perjalanan menyusuri Bangla Road menuju Jungceylon. Niatnya mau cari mango with sticky rice dan cari oleh-oleh. Kalau nggak dapat mangga yang dimakan sama ketan ini, aku nggak mau pulang, karena ini masuk dalam salah satu list "must to do..."

Hore ketemu....


Kalau untuk oleh-oleh makanan, kami susah nyarinya, karena semua pada nggak halal. Untung ada keripik "Greenday" keripik buah-buahan produksi Thailand yang halal, dengan berbagai macam rasa. Pisang, Strawberry, Anggur, Nangka dan lain-lain.... semua dikemas utuh seperti bentuk aslinya..... Lho kok jadi gaya ngiklan... hahaha.... Gara-gara keripik "Greenday" juga, bawaan tas jadi penuh tapi enteng... Di Bangla Road juga ketemu pop mi halal yang wadahnya mangkuk, lengkap dengan tutupnya. Karena bagus jadi tertarik dan pengen bawa pulang ke Palembang. *nambahin bagasi lagi....*

Setelah puas belanja, kami balik lagi ke hotel, tapi malamnya keluar lagi dan kembali ke Bangla Road. Bangla Road ini kalau malam penuh sama manusia, kendaraan bermotor nggak boleh lewat, semua kios, toko, cafe dan rumah makan, karyawannya pada turun ke jalan untuk menarik konsumennya, sampai Mc D juga nggak ketinggalan. Kali ini kami memilih makan malam beli kebab, cape deh... di Palembang juga ada. Gara-garanya sih tertarik ngeliat dagingnya ditusuk dan ditumpuk besar yang kayak foto di bawah, nah di Palembang nggak ada yang kayak itu...

Kebab di Bangla Road


Satu lagi yang masuk list "must to do" di Thailand, yaitu makan pancake. Ibu penjual pancake menjelaskan bahwa dia bukan muslim, tapi bahan-bahan pancakenya bebas pork, maka kami pesan Banana Vanilla dan Mango Caramel. Selama pesanan kami dibuat, Ibunya nggak keberatan difoto, juga dibuat video. Ini nih akibat kebanyakan nonton TV program jalan-jalan, jadi kelihat pancake di Phuket dan harus diwujudkan... Pancakenya kami bungkus bawa pulang ke hotel. Karena emang udah kenyang jadi sisanya masuk kulkas, untuk dimakan lagi buat besok....

Yang sebelah kiri harganya 50 THB, yang sebelah kanan 100 THB, yang tengah tidak dijual...


Tara... ini pancakenya...


Lanjut Part 6

Hari H akhirnya tiba, kami akan ke Phuket.... horeee..... Check out pagi-pagi dari hotel menyebalkan dan mencari taksi untuk ke bandara. Ternyata sudah hotelnya tidak memuaskan, resepsionisnya tetap mau untung banyak. Kami dicarikan taksi dan katanya ongkosnya 130 MYR. Okeh... kami bayar karena memang tidak tau pasaran ongkos taksi ke bandara, dan ternyata.... sopir taksi kami yang sudah tua dan bawa taksinya super pelan itu, argonya masih jalan, dan angka menunjukkan 70 MYR begitu kami sampai di bandara. Jadi kesimpulannya si resepsionis untung banyak hari ini, semoga dia rejekinya lancar dan dibukakan jalan yang benar nantinya... Daripada nyumpahin lebih baik kami berbesar hati....

Selesai drop bagasi, kami nyari sarapan dulu eh makan siang ... apapun namanya whatever lah. Dikatakan makan pagi sudah kesiangan, tapi dikatakan makan siang belum nyampe waktunya. Sepertinya kami sudah terbiasa dengan jadwal makan yang berantakan ini, semoga maag tidak kambuh nanti, dietttt!!!.... nggak jelas lagi.... Jarang makan, tapi sekali makan, makannya buanyakkk....

Celingak celinguk nyari makan, pilihan kami benar-benar menunjukkan kami cinta Indonesia atau lebih tepatnya kami sangat tidak kreatif. Kami makan di Bumbu Desa, dan memesan makanan perpaduan makanan Indonesia dan minuman Malaysia.

Nasi kuning dan teh tarik.


Selesai makan, masih banyak waktu. Tapi karena sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan kami menuju gate L2. Bandara KLIA2 berbentuk letter H, tapi Hnya landscape bukan portrait. Kaki-kaki dan tangan-tangan huruf H itulah dimana para pesawat pada parkir nyari penumpang.... hehe.... Gate L adalah ruang tunggu yang lumayan dekat setelah melewati imigrasi, tinggal belok kanan dan sampai. Tapi sayangnya karena kami terlalu cepat jadi pintunya masih dikunci. Jadi kami menunggu dengan duduk-duduk di luar. Nah seandainya mendapat gate P atau Q, maka celakalah kami, karena itu artinya harus menyeberang sky bridge yang merupakan pinggang dari huruf Hnya yang jaraknya lumayan jauh.

Semakin mendekati waktu boarding, daerah di sekitar kami semakin ramai, dan kami sudah merasakan aura Phuket, sebab kenapa.... sebab penumpang-penumpang yang akan naik pesawat dengan kami semuanya bule. Ya ada sih yang Asia, bahasa mereka kedengaran Jepang atau Korea gitu, sisanya adalah bule. Waktunya tiba, pintu dibuka dan masuklah kami ke ruang tunggu. Waktu tunggunya tidak lama, beberapa saat kemudian kami sudah dipersilahkan masuk ke pesawat.

Perjalanannya memakan waktu kurang lebih satu jam. Saat hendak mendarat sudah benar-benar terlihat kayak Bali. Bandaranya di tepi laut, begitu mau mendarat kanan kiri adalah laut, begitu keliatan pantai, langsung mendarat. Gila tuh orang-orang di pantai bawah, nggak takut dihinggapi pesawat....

Masuk imigrasi Thailand udah merasa kalau kami adalah orang asing. Hanya kami berdua yang berkerudung, emang sih penampilan warga lokal mirip sama orang Indonesia, tapi kalau mereka ngomong udah langsung beda, lain halnya di Singapura dan Malaysia dimana banyak orang yang masih memakai Bahasa Melayu.

Selesai urusan imigrasi, kami ditawari sim card gratis, true move yang sepertinya memang ditujukan untuk turis. Kartunya gratis tapi pulsanya kosong. Untuk top up bisa dilakukan di sevel atau family mart. Urusan selanjutnya adalah taksi, untuk yang privat ongkosnya bisa mencapai 800 THB ke Patong, tapi kalau mini van yang berisi 10 orang, hanya 180 THB. Tentu saja kami memilih yang murah, walaupun harus menunggu penumpang lain sampai hitungannya cukup. Kami juga ditawari paket menuju pulau-pulau, tapi kemahalan dan kami yakin ada yang lebih murah bisa kami temukan di Patong.

Perjalanan menuju Patong sangat menarik. Yang paling menarik perhatian tentu saja tulisan keritingnya. Setelah kuperhatikan tulisan Phuket dalam tulisan Thailand seperti ejaan nina dalam huruf latin. Ditengah perjalanan, mobil berhenti di kantornya mini van yang membawa kami. Kami turun untuk didata lokasi hotelnya, sekalian mereka promosi menawarkan paket tur mereka yang lagi-lagi kami tolak. sesampainya di Patong, kami didrop di pinggir jalan karena letak hotel kami masuk ke dalam dan jalannya sempit. Dan ternyata.... sopir menurunkan kami di lorong yang salah, begitu kami jalan masuk dengan menggeret koper kami yang sudah berpengalaman diajak tersesat, kami tidak menemukan The Belle Resort, letaknya setelah ditanya ke orang-orang ada di lorong satunya setelah melewati Mc D. Cara baca nama hotelnya juga ternyata salah, Belle dibaca beww .... baru mereka tahu dimana.... *banting koper*

Yah tapi nggak apa-apalah, jalannya dikit juga, dan kami ternyata dihibur dengan fasilitas hotel yang sangattttt...(t nya banyak).... memuaskan.... Hotelnya lumayan sedang, bersih dan nyaman. Kamarnya lebih luas dari di 85 Beach Garden, TV kabel, pemanas air minum, kamar mandinya oke, showernya tanpa cela, ada pengering rambut. Padahal, dari 4 hotel yang kami pesan dalam perjalanan kali ini, hotel inilah yang termurah, kami beruntung mendapatkan harga kurang dari 200 ribu rupiah per malamnya. Yang kurang hanyalah ketiadaan lift itu saja. Lantai atasnya terbuat dari kayu, jadi kalau jalan kami nggak bisa cepat-cepat karena akan bikin keributan.

Hari ini kami tidak punya acara khusus, pokoknya mau cari pulsa dulu dan kemudian makan. Sisanya kami sepakat akan istirahat karena kami merasa sudah sangat capek dalam 4 hari ini harus bangun pagi dan jalan kaki jauh. Hitungan langkah kami sudah luar biasa kalau dihitung dari pedometer. Kakiku sudah lecet, kalau nginjak kamar mandi yang basah, pedih banget. Jalan hari ini juga jadinya dipakein hansaplast, dan pake kaos kaki supaya lecetnya tidak bertambah.

Keluar cari makan, kami beruntung ada satu tempat makanan halal di dekat hotel yang bisa kami kunjungi. Pemiliknya bapak-bapak yang mukanya mirip temen kuliahku dan sangat ramah, kami pesan kangkung dan tomyam ayam berhubung dedek alergi seafood... minumnya teh Thailand dingin dan panas pake myu.... alias milk.... *Les spelling sama Mario Maurer*

Saia dengan minuman teh dikasih myu...


Ayamnya tenggelam susah dicari...


Habis makan, ke family mart. Beli pulsa, makanan kecil dan air minum, karena minuman di hotel kurang banyak. Aku langsung patah hati karena ternyata pulpy orange di sana tidak ada label halalnya. Selain itu susah cari makanan kecil yang halal, hanya beberapa. Makanan beku di sana sudah pasti tidak ada yang halal, kasirnya yang berkerudung sangat tidak merekomendasikannya.

Keluar dari sana nyebrang cari obat, dua butir obat sakit kepala yang kubawa dari rumah sudah kumakan kemarin dan akan habis kumakan malam ini, jadi aku butuh obat sakit kepala baru untuk jaga-jaga. Selain sakit kepala, tenggorokan rasanya kering dan badan rasanya mau demam. Duh nggak lucu banget jauh-jauh ke Phuket nyicip rumah sakitnya. Urusan obat selesai, kami nyari paket tur untuk besok, ada banyak pilihan di sana, tapi kami menjatuhkan pilihan kepada kios di depan toko obat yang orangnya sangat ramah. Ada banyak pilihan, untuk ke Phi phi island maupun James Bond Island. Naik kapal besar, sedang atau speedboat, harganya juga bervariasi. Dasar kami cewek, pelit, dan hemat.... tawar menawar berlangsung alot. Untung penjaga kiosnya periang dan tidak mudah tersinggung kami tawar semurah-murahnya. Akhirnya karena tidak ada kata sepakat, kami ambil brosurnya dan janji balik lagi kalau sudah mikir-mikir.

Balik ke hotel saatnya istirahat, keputusan kami sudah bulat. Tidak sempat kalau mau ke Phi Phi Island besok dan lusa ke James Bond Island, kami harus pilih, karena sepertinya fisik tidak mengizinkan. Besok kami akan istirahat setengah hari, bangun siang dan jalan-jalan di Patong saja. Lusa yang baru ikut tur, daripada besok kami maksa jalan jauh lagi, bisa-bisa kemudian kami tur ke rumah sakit.

Lanjut Part 5

Untuk menuju ke Kuala Lumpur, kami harus naik bis dari Johor Bahru melalui Terminal Larkin, tapi sebelum ke sana kami harus ke Terminal Queen Street dulu. Kali ini aku sudah sangat yakin dimana posisi Terminal Queen Street dari Aplikasi Waze, setelah mendapatkan pengalaman tersesat beberapa kali kemarin. Karena kami belum membeli tiket, maka kami harus cepat. Takut nanti di imigrasi kelamaan dan kalau tidak sampai ke Kuala Lumpur hari ini, kami bisa ketinggalan pesawat ke Phuket besok. Jika tidak jadi ke Phuket, maka itu artinya kacau balaulah dunia persilatan...

Pagi-pagi setelah sarapan kami check out dan mulai kembali menggeret koper. Tenaga sudah pulih, kaki sudah diolesi counterpain dan batere sudah penuh. Menuju ke Terminal Queen Street, baru dua kali belok dan menemui lampu merah di samping Bugis Junction, DP sadar tempat itulah ketika kami menelpon hotel untuk menanyakan posisi hotelnya. Jaraknya ternyata dekat sekali, sementara kami jalan tidak karuan mutar sana mutar sini mengelilingi Bugis seperti orang gila.... *pingsan*.... Ya okelah, bye bye... lupakan Singapura, kami lanjut ke destinasi berikutnya....

Sampai di Terminal Queen Street kami antri untuk membeli karcis dan naik bis menuju Terminal Larkin. Begitu disiplinnya orang Singapura, ketika aku lelet karena ngurusin geret koper untuk naik ke bis, bapak-bapak di belakangku tidak mendahului dan tetap mempersilahkan aku duluan untuk naik ke bis, yah sebenarnya aku bisa lebih respek lagi jika dia bantuin bawa koperku, tapi memang orang Singapura selain disiplin juga mandiri... sehingga artinya aku juga harus mandiri bawa koperku sendiri... *kaki kegencet roda koper lagi*

Perjalanan menuju perbatasan Singapura dan Johor Bahru ditempuh kurang lebih satu jam. Sampai di imigrasi si koper mulai merepotkan untuk naik turun eskalator.... Untunglah ada tulisan bahwa yang bawa koper bisa lewat lift. Sampai di Imigrasi antrian tidak terlalu lama dan kami keluar dari Singapura untuk naik bis lagi untuk menyeberang ke Johor bahru, karena kami transit maka tinggal tunjukkan tiketnya tanpa bayar lagi.

Imigrasi Malaysia antriannya panjang, tapi masih bisa ditoleransilah, tidak seperti masuk dari Batam kemarin, gedungnya luas dan atapnya tinggi. Setelah urusan imigrasi selesai kami bergegas turun mencari bis transit. Tapi emang sudah nasib kami selalu nyasar, kami jalan entah kemana dan tidak ketemu bis yang kami cari, naik turun bolak-balik beberapa kali, baru dapat bis yang akan mengantar kami ke Terminal Larkin.

Sesampainya di Terminal Larkin kami mulai diserbu penjual tiket, tapi semua kami abaikan dan masuk ke gedung terminal. Kami beli sim card dulu, kali ini aku beli dua, satu untuk bb satu untuk android karena kartu di sini tidak semahal di Singapura, sayang sekali aku lupa berapa harganya, Digi untuk android dan Maxis untuk bb. Si penjual juga orang Indonesia dan dia bilang semua kartu sudah aktif dan tidak perlu beli paket data apapun. Dia juga menawarkan tiket ke Kuala Lumpur dengan harga bagus, kalau tidak salah 35 MYR, ya sudah kami terima.

Pas bis mau jalan, ada yang ngasih tau kalau bis transit dulu sebentar di Seremban. Cewek di belakangku langsung marah-marah, bilang kalau dia ditipu dan sudah bayar mahal kenapa masih ke Seremban, dia mengumpat-ngumpat dan memaki-maki yang kalau kutulis tinggal ****, dia juga minta uangnya dikembalikan. Nih cewek kayaknya belum ke Indonesia deh.... baru gini aja sudah ribut. Setelah beberapa umpatan dan makian yang dicuekin aja sama orang-orang, akhirnya tuh cewek diam dan bis akhirnya jalan.

Kira-kira 4 jam perjalanan diisi dengan bengong, sopir masang musik India yang sama sekali tidak kusepakati untuk kudengar. DP duduknya jauh di belakang, akhirnya aku cuma bisa ngedengerin musik lewat earphone sendiri untuk mengisi waktu. BB tidak bisa buka apapun karena sepertinya cewek yang jual kartu tadi salah. Harus beli paket bb dulu baru bisa aktif. Browsing-browsing akhirnya dapat info beli paket di *100# baru bisa aktif paket bbnya.

Sampe di Seremban cuma stop sebentar menurunkan penumpang kemudian lanjut lagi menuju KL, sampai di KL masih siang dan aku berencana jalan ke KLCC sorenya karena masih sempat. Kami stop di terminal baru dan berdasarkan pengalaman kemarin kami memutuskan naik taxi dari sana. Bisa sih murah kalau ke KL Sentral tapi aku sudah tidak tahan membayangkan kami turun naik monorail bawa koper dan nyari hotel seperti pengalaman di Singapura.

Hotelnya di Bukit Bintang, karena pembangunan MRT jalannya jadi sedikit sempit. Sampai di Hotel Royal Palm Lodge, kami terpaksa naik tangga, karena hotelnya kecil dan ada di lantai 2. Ternyata saudara-saudara hotelnya mengecewakan, masa katanya kamarnya penuh dan kami kemudian ditransfer ke hotel lain. Katanya yang hotel pengganti itu malah ada breakfastnya. Tapiiii.... ternyata hotelnya sangat tidak sesuai seharga yang kami bayar karena itu Guest House. Jaraknya emang dekat, tapi geret koper tetap lumayan repot, saking menyebalkannya namanya tidak bisa kuingat, tempatnya seperti rumah, catnya banyak terkelupas, lembab, TVnya tidak bisa hidup, air panasnya terlalu panas, dan kasurnya tidak enak. Untuk review Agoda jelas semua uneg-unegku akan kutulis di kolom komentarnya, untung kami hanya semalam di hotel ini. Untuk hotel berikutnya di KL sekembalinya kami dari Phuket, tadi tidak sengaja telah kami lewati dan sepertinya lebih baik dari yang kami tempati sekarang.

Istirahat sebentar, kami keluar. Sempat cicip-cicip jajanan sekitar Bukit Bintang yang banyak makanan halalnya. Kami juga sempat ke Hotel Alor Boutique untuk memastikan kamar kami empat hari lagi available. Naik monorail terus lanjut LRT ke KLCC. Sama bosannya di sini, tapi DP kan baru pertama kali, jadi aku harus temani dia dulu. Sepertinya aku baru semangat dalam perjalanan ini kalau sudah di Phuket besok.

Familiar dengan gedung ini


Tongsis sudah mulai rusak baut tongkatnya


Ada penjaga yang teriak kalau ada yang berdiri ditengah-tengah air mancur...


Masuk KLCC kami nyari makan, tapi sebelumnya ke Sephora dulu beli eye liner. Belinya dua, tidak satu karena nggak ada jualannya di Palembang, tidak tiga karena lumayan mahal.... haha... Ternyata buat aku bahagia itu sederhana, cukup berhasil beli eye liner dan baguslah moodku hari itu. Mau makan, Food court nya ada di lantai 4, kali ini aku pesan nasi lemak dan teh tarik, sama seperti di Singapura, ini adalah makan siang sekaligus makan malam bagi kami...

Linner or Dunch...


Pura-puranya nyobain mesinnya buat top up kartu....


Pemandangan di depan stasiun LRT Dang Wangi


Pulang ke hotel beres-beres, sebagian isi koper kami masukkan ke tas lipat sehingga kira-kira kalau ditimbang koper kami berdua beratnya 25 kg, sisanya terpaksa dibawa diluar. Awas deh kalau udah balik dari Phuket, kami akan balas dendam, shopping habis-habisan karena jatah bagasi kami sudah dibeli, total 40 kg untuk pulang ke Palembang, kira-kira cukup kalau mau beli beberapa baju dan borong sepatu atau sandal di Vinci....

video youtube

Lanjut Part 4

Bangun subuh kaget, karena kamarnya gelap. Lho ada juga cerita mati lampu di Singapura. Bangunin DP dan katanya semalam ada seperti ledakan kecil tempat aku ngecas hp jadinya konslet. Terpaksa nelpon resepsionis, dan dia datang untuk membantu menghidupkan listrik di kamar kami. Ngeri deh, untung konsletnya nggak sampai ke seluruh hotel.

Hari kedua adalah hari yang padat, setelah sarapan pop mi kami keluar hotel jam 8 pagi, rencananya mau ke Merlion dulu demi DP. Aku sebenarnya sudah bosan, rencananya kalau masih punya waktu malam mau ke Merlion lagi, pasti suasananya sangat beda.

Naik turun MRT hari ini ringan, karena koper sudah diungsikan di hotel. Untuk ke Merlion seingatku stop di Clarke Quay. Begitu sampai, keluarnya kami ketemu jalan yang harus naik tangga secara manual sebanyak 90 anak tangga. Ini serius nyiksa deh kayaknya, feelingku kayaknya nih jalan salah. Benar saja, setelah keluar stasiun, nggak jelas dimana hotel Fullerton, setelah di cek pake waze ternyata salah besar lokasinya. Haha... si DP pasti kesel guide nya abal-abal, aku dua kali mengunjungi Merlion Park, sekali dengan my sister yang hapal jalan jadi aku nggak repot harus tau jalan, kedua dengan rombongan diantar sopir. Jadi jangan salahkan aku kalau sampai sekarang aku masih tidak tahu jalan menuju ke Merlion. Kemudian kami turun lagi ke stasiun MRT, dan kali ini ganti tujuan ke Raffles. Keluar stasiun bingung lagi kemana arah ke Singapore River. Berdasarkan feeling, peta dan nanya... akhirnya kami sampai.

Kami di Merlion Park


Setelah puas videoin, ngambil foto dengan latar di gedung duren, singapore flyer, marina bay sand serta merlion, kami lanjut lagi jalan menuju stasiun MRT untuk ke Sentosa, sebelumnya mampir sebentar beli es krim di depan Hotel Fullerton.

Yahhh... foto sama tiang ini lagi...


Lumayan, ada petunjuk ke stasiun MRT walau kecil banget...


Sesampainya di Harbour Front, kami menuju Vivo City di lantai 3 untuk naik monorail. Oh ya kami dapat pinjaman kartu Ez Link yang tinggal di top up sehingga tidak repot dua kali antri, antri tiket dan antri masuknya. Entah kenapa rasanya karena kejadian kemarin aku agak trauma masuk antrian. Antrian mau masuk monorail aja sudah panjang, tidak terbayang kalau harus antri dulu lagi untuk beli tiket karena sangat panjang juga.

Kami stop di stasiun yang lebih jauh dulu yaitu Imbiah. Suasana di depan Big Merlion sudah berubah lagi sejak terakhir aku datang. Bang Bruce Willis masih setia menunggu di bawah. Tapi kali ini kami sudah punya tiket untuk ketemu tokoh-tokoh lainnya di atas, setelah melewati 5 eskalator.

Suasana di depan Merlion Sentosa


Di Madame Tussauds kami menukarkan tiket yang didapat dari Matahari Mall, dan mulailah perjalanan kami di Madame Tussauds. Yang tidak kami ketahui berikutnya adalah, ternyata kami harus ikut tur dulu sebelum ketemu tokoh-tokoh yang kami incar untuk difoto. Kami digiring menuju suatu ruangan dan ternyata kami peserta terakhir, begitu kami masuk ruangan langsung ditutup. Jumlah rombongan saat itu kurang lebih 20 orang.

Di ruangan pertama ada seorang pemandu yang menggunakan Bahasa Inggris dengan bersemangat menceritakan sejarah Singapura sambil sesekali berinteraksi dengan peserta. Entah berapa lama dia mengoceh selanjutnya kami beralih ke ruangan berikutnya. Ruangan yang berkonsep seperti bioskop dengan 4 layar kecil seperti bingkai foto dengan masing-masing layar berisi seorang tokoh dan mereka saling berbicara seperti lukisan Harry Potter. Sementara mereka mengobrol, ada satu layar besar memanjang ke bawah yang terletak di samping yang menayangkan foto peta dan visual-visual lainnya yang seperti menerangkan kisah perjuangan Singapura dulunya, semua pertunjukannya dilengkapi dengan musik yang sesuai dan ruangan yang digelapkan. "Bioskop" tersebut memiliki kursi teater, panggung diganti peti-peti dan kotak-kotak yang memberikan kesan di masa lampau.

Selesai dari pertunjukan tadi kami pindah ke ruangan lain di lantai 2, Kami ketemu lagi pemandu berikutnya yang berdiri di samping kolam kecil buatan, lengkap dengan jalanya. Entah dia ngoceh apa yang jelas pikiran sudah tidak konsen karena merasa pertunjukannya lama sekali dan sudah tidak sabar ke tujuan sebenarnya. Setelah dari itu kami pindah ke dua ruangan lagi dengan beberapa layar kecil yang juga entah menceritakan apa, karena aku tidak menyimak. Selanjutnya pindah ruangan yang gelap lagi, dimana kali ini si pemandu berinteraksi dengan patung yang seolah-olah bicara. Kemudian pindah lagi melewati ruangan dengan patung-patung yang menceritakan kehidupan masyarakat. Seperti anak yang main layangan, ibu-ibu yang berjualan dan lain-lain. Untuk ke ruangan selanjutnya kami diminta menunggu, sepertinya pemandu berikutnya belum siap. Beberapa saat kemudian kami masuk ke ruangan dengan deretan kursi dan layar besar. Pemandu menceritakan tentang perang yang dulu terjadi di Singapura, layar menunjukkan pesawat terbang dengan ledakan-ledakan seperti di film Pearl Harbour. Kali ini si pemandu agak lebay, selesai pertunjukan dia lari ngajak kami seolah sedang dikejar musuh. Kami sih nyantai ngikutin dia... si pemandu lebay melucu garing dengan bersembunyi di sela dinding yang ada tanaman rambat. Di kegelapan dia mengarahkan senter ke mukanya dan mengucapkan selamat jalan kepada kami yang lewat.

Kemudian kami menonton pertunjukan yang modern. Singapura masa kini, menggunakan dinding sebagai media untuk video mapping. Keren deh pokoknya, dilengkapi dengan musik membuat aku tertarik. Dan kemudian kami sampai ke "danau" yang melingkar yang lebarnya seukuran satu perahu. Perahu tersebut kursinya dua dua, dengan penumpang kalau tidak salah berjumlah 6 untuk satu perahu. Luar biasa deh pengelolanya kreatif bikin tempat seperti itu di gedung yang dari luar biasa saja. Tur air dimulai... di sekeliling "danau" itu banyak patung-patung entah siapa saja, juga miniatur merlion yang menyemburkan air dan semburannya stop begitu ada perahu lewat dibawahnya. Juga ada Marina Bay Sand serta ada pesawat di atas kami. Oke kali ini aku sangat tertarik.....

Selanjutnya perjalanan sesungguhnya dimulai, taraaa.... yang pertama kali menyambut kami adalah Pak Soekarno... Sebagai turis narsis yang lebih mementingkan foto ketimbang pengalaman, maka kami punya standar tersendiri untuk satu foto. Fotonya baru ganti objek kalau sudah dapat yang bagus... Dan ternyata DP lebih parah.... standar dia jauh lebih tinggi daripada aku... kalau foto, latar belakangnya juga harus utuh, seperti Merlion yang gedung-gedung di belakangnya nggak boleh kepotong. Foto tidak boleh blur dan syarat lainnya. Jadi tidak heran kalau untuk satu foto bisa sampai 10 kali dan semuanya dikali 2 berhubung kami berdua....

Saking nafsunya rasanya mau foto dengan semua patung, tapi karena sadar ternyata patungnya banyak sekali, jadi kami yang awalnya foto dengan semua patung akhirnya jadi milih-milih. Ruangan pertama adalah tokoh Dunia, ada Soekarno, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Barrack Obama, Ratu Elizabeth dan lain-lain.

Dengan Soekarno


Di ruangan kedua adalah atlet-atlet, kami foto diantaranya dengan David Beckham yang sedang sit up, Muhammad Ali, Yao Ming, Ronaldo, dan Tiger Woods.

Gila Yao Ming tingginya...


Kostum Messi


Yang gila-gilaan adalah beberapa ruangan yang berisi artis-artis... dari Bollywood sampai Hollywood, Shahrukh Khan, Amita Bachan, Katy Perry, Taylor Swift, Michael Jackson, Beyonce, banyak banget.... sampai nggak bisa disebutin satu persatu... Beberapa dari mereka juga dilengkapi dengan properti khusus, seperti rambut palsu, topi dan kacamata yang bisa kita pakai...

Wawancara dengan Oprah Winfrey...


Ketemu Bang Tom Cruise


Sama Tante Madonna


Karena sadar sudah siang, kami lapar dan masih banyak tempat yang harus dikunjungi, termasuk museum trick eye. Akhirnya kami cabut setelah sampai di patung terakhir. Sialnya di luar hujan, nekat kami mencari jalan melewati hujan dan turun menuju stasiun monorail menuju Waterfront.

Kami tidak ke Universal Studio, tapi masih sempat foto dengan bola dunianya. Kami menuju ke museum trick eye, dan lagi-lagi bisa ditebak kami harus antri lagi.... OMG. Okeh, antri ini memang harus dimaklumi daripada kami sesak napas di dalam sana kebanyakan orang.

Setelah berhasil masuk, rumusnya sama di Madame Tussauds, satu objek foto harus berkali-kali motonya supaya dapat hasil yang bagus. Spotnya banyak sekali sampai membuat kami kembali lupa diri.

Saia tidak mau terjun...


Kasihan gadis kecil penjual korek api kedinginan...


Ini apa ya...


Hore naik Merlion...


Santai dulu ya...


Setelah puas, lelah dan lapar kami kembali ke Vivo City dengan seperti biasa antri untuk masuk ke monorailnya. Kali ini kami makan di Vivo City, makan pertama kami secara resmi di Singapura setelah semalam cuma makan makanan beku dari Seven Eleven serta tadi pagi makan pop mi yang difasilitasi hotel untuk pemanas air di kamar, dan menu yang kubeli adalah ayam goreng sama ikan asin.... Luar biasa deh puasnya, kapanlagi makan ikan asin di Singapura, yang kurang adalah lalap daun ubi rebusnya.

Kembali akrab dengan MRT kami ke Chinatown. Aku hanya beli sedikit suvenir di sana karena terus terang aku sudah bosan, sementara DP kukasih pesan, jangan terlalu banyak beli barang, ingat bagasi kami yang hanya 25 kg bagi dua untuk ke Phuket sekali jalan.

Habis dari Chinatown kami iseng ke Orchard, keluar stasiunnya kami di Wisma Atria, bingung lagi mau keluar dari sana lewat mana jalannya. Kaki sudah sangat pegal, tapi perjuangan belum selesai.... Misi hari ini harus tuntas. Akhirnya ketemu juga jalan keluar setelah nanya ke bagian informasi. Nggak belanja apa-apa, cuma DP kutunjukin Lucky Plaza, dan mall-mall lain serta arah tempat hotel kami menginap dulu saat Bulan September.

Balik ke hotel sudah malam, rencana mau ke Merlion lagi saat malam dibatalkan karena kaki sudah minta istirahat, makan malamnya bisa ditebak, karena susah nyari makanan halal, lagi-lagi ke Seven Eleven beli makanan beku, kali ini aku beli ayam hainan yang rasanya aneh bagiku

video youtube

Lanjut Part 3

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...