Lagi-lagi Palembang menjadi tuan rumah event olahraga. Setelah pada tahun 2011 Palembang "disinggahi" Sea Games, kali ini di tahun 2018 lebih akbar lagi, yaitu.... Asian Games. So... kalau ditanya nonton apa aku selama Asian Games, masa aku jawab tidak ada.... kan rugi... Udah kena imbas macetnya, di jalan disuruh minggir sama pengawal mobil yang berbendera peserta, masa nggak terlibat langsung nonton event nya. Maka untuk memenuhi obsesi nonton pertandingan Asian Games paling tidak satu kali saja, pergilah aku sama Elsa nonton rowing.

Pertandingan yang dilangsungkan di Palembang cukup banyak, ada tennis, rowing, volley beach, sepak takraw, bowling, panjat tebing dan beberapa pertandingan lain. Karena waktuku terbatas hanya Hari Minggu atau tanggal merah, maka bisanya nonton pertandingan yang berlangsung hari itu saja. Karena terbatasnya waktu itulah agak susah milih pertandingan yang ada kontingen Indonesia nya. Pertandingan sudah memasuki babak yang lebih tinggi, dan kami tidak tahu Indonesia main di babak yang mana saja. Saat beli tiket di blibli.com, dipilihlah rowing, dengan harapan masih ada Indonesia karena pertandingannya kan sekali main langsung banyak negara.

Pagi-pagi jam 9, nyari parkiran mobil dulu sebelum masuk ke kompleks Jakabaring Sport City, dikarenakan di sana harus steril dari mobil masyarakat umum. Saat antri untuk menukar tiket didepan pintu masuk, kami ketemu suporter dari Malaysia, Thailand dan Jepang... Setelah lihat mereka di mall dan LRT, ketemu lagi di sini... Jepang? Okeh... Apakah ini pertanda bagiku, setelah ke Malaysia dan Thailand maka berikutnya negara yang akan ku kunjungi adalah Jepang... Haha...

Setelah tiket beres, kami masuk dan melewati pemeriksaan petugas. Baru kemudian menunggu bis gratis yang datang beberapa menit sekali.

Kayaknya suporter dari Jepang dan juga negara yang biasa teratur lainnya, syok ngeliat kelakuan orang-orang di sana, soalnya ketika bis datang, semua berebut masuk, sama sekali tidak ada antri-antrinya... Haha... Anehnya orang-orang Indonesia termasuk yang lagi nulis ini bisa ikutan tertib kalo lagi di luar sana...

Hore rebutan bis, seperti jaman kuliah di Unsri Indralaya dulu...


Bis melayani rute mengelilingi JSC, saat melewati wisma atlet terlihat beberapa bendera peserta yang terpasang. Yang kulihat diantaranya adalah bendera negara Korea dan Kazakhstan.

Lokasi venue dayung terletak di ujung, tempatnya lumayan luas. Jangan ada ide mau jalan kaki pulang keluarnya nanti, karena super jauh dan kaki pasti gempor....

Akhirnya sampe di danau JSC


Di awal pintu masuk ketemu sama para maskot.... Siapa lagi kalau bukan Kaka, Atung sama Bhin Bhin. Biasanya untuk atlet yang mendapat Medali emas dikasih boneka Kaka, Badak bercula satu dengan pakaian Palembang, Medali perak dikasih boneka Atung, Rusa Bawean berpakaian dari Jakarta dan Perunggu dikasih Bhin Bhin sang Burung cendrawasih dengan memakai pakaian Irian. Yang imutnya lagi para maskot dipajang lengkap beserta dengan jejak kaki masing-masing,

Juara I,II,III ditambah IV yang nggak punya jejak kaki


Di dalam, suasanya tidak terlalu ramai, malah cenderung sepi, mungkin karena banyak yang lebih memilih untuk nontong cabang olahraga yang lain. Kursi depan pada kosong karena puanas... Jadi kami menumpuk di kursi belakang yang terkena bayangan atap.

Untuk mengenali yang mana kontingen Indonesia, bisa dilihat dari pakaiannya, dari LED big board, dari suara komentator dan satu lagi yaitu dari bendera yang terdapat di masing-masing dayung peserta...

Mana atlet dayungnya...


Itu mereka nun jauh di sana.... In do ne sia!!!!


Setelah puas di sana, kami pulang dan berniat foto-foto di depan stadion. Mumpung keren dan masih banyak ornamen Asian Games di sana. Cuma sayang, nih bawa Elsa, anak kecil gak bisa ambil foto... pas aku yang ambil fotonya hasilnya bagus, pas giliran aku yang jadi model, hasilnya gak karuan... Gelap, tertutup jari dan umbul-umbulnya kepotong... Haha...*nangis*... Foto lain tidak ada yang bagus, kata Elsa sih salah di model... *gak jadi pamer IG*...

Ini aku yang ambil fotonya,....


Bandingkan saudara-saudara...


Lanjut besok-besoknya, hari Minggu masih mau coba lagi nonton, kali ini mak nya Elsa ikut dan dipilihlah pertandingan panjat tebing. Indonesia sudah dapat emas di panjat tebing, dan kami kepengen nonton, siapa tahu Indonesia menang lagi. Beli lagi tiket di blibli.com dan rencananya nanti pas datang ke JSC taruh mobil di OPI terus naik LRT ke stasiun Jakabaring.

Apa daya saudara-saudara ekspektasi tidak sesuai realita... Saat mau naik LRT, kartuku ternyata habis saldonya, selama Asian Games tarif LRT menjadi Rp 1,- dan itu artinya aku harus top up dulu... di mana top up nya? di situ yang antriannya panjang kayak ular naga panjangnya... Cape deh, kami terpaksa ketinggalan kereta pada jadwal saat itu. Eh setelah akhirnya berhasil isi saldo kartu LRT, kami juga belum bisa masuk karena sedang ada kunjungan Wakil Presiden... duh penonton kecewa lagi... Hari semakin siang dan takut ketinggalan pertandingan, akhirnya kami memutuskan keluar dari sana dan naik gocar saja...

Menanti gocar setelah lelah menanti mau naik LRT...


JSC sudah ramai, soalnya mulai hari itu masuknya gratis, nonton pertandingannya yang bayar. Untuk transportasi ada dua pilihan bis yang akan dinaiki selama di dalam JSC, koridor 1 dan 2. Untuk menuju ke venue panjat tebing kami harus naik bis koridor 1, saat ada bis datang tanpa ampun kami naik, dan ternyata bis itu adalah bis koridor 2.... pinter ya kami.... hahaha...

Sebenarnya bisa sih, ikut bis itu balik lagi ke pintu gerbang JSC untuk naik bis yang benar, masalahnyaaa... bang sopir ngomong mau istirahat dulu setelah ini, dan itu artinya kami harus turun. Turunnya di depan venue voli pantai yang tiketnya tidak kami punyai... Trus mau ke venue panjat tebing gimana???... nggak tau..., mobil di tinggal di OPI, gojek nggak ada di sana, becak juga apalagi, mau ikut mobil orang yang berstiker nggak diajak, mau naik bis atlet dicuekin... haha... judulnya kalau dalam bahasa Palembang adalah "tekaraw"... Pelan-pelan akhirnya kami jalan kaki sambil mengingat dosa kami apa hari ini sehingga jadi susah begini, sambil jalan tanya sana tanya sini, foto sana foto sini, sambil ngelewatin danau yang lagi ada pertandingan perahu nggak tau apa, di nomor apa, pokoknya beregu dan satu orang gebukin drum sebagai musik.... Hampir jam 3 sore baru kami sampai di tujuan, dan sebagai informasi, kami datang tadi dari rumah jam 11... kalau ke Jakarta naik pesawat bolak balik, sudah bisa dua kali...

Di pintu masuk kami ketemu mbak-mbak volunteer yang ramah dan menyilakan kami masuk. Mereka bilang pilihlah tempat duduk sebelum ramai, karena sebentar lagi pertandingan mulai dan pasti ramai. Tuh kan... pertandingan yang pertama sudah selesai, kami jadi hanya kebagian pertandingan selanjutnya. Tapi yah okelah untung masih bisa ngeliat pertandingan walaupun ternyata tidak ada Indonesia yang bertanding hari itu.... Yang bertanding dari negara Korea, Jepang, Hongkong dan Kazakhstan. Elsa sibuk nyari atlet dari Iran yang kemaren menang, sayang dia nggak main...

Ketemu Ade yang jadi volunteer di sana...


Itu tebingnya yang mau didaki eh dipanjat...


Luar biasa deh atlet-atlet panjat tebing di sana, kalau aku di suruh naik pasti sudah nyerah di posisi pegangan tangan pertama, sementara mereka manjat seolah tangannya lengket di dinding... Spiderman banget...

Secara keseluruhan penyelenggaraan Asian Games menurutku seru, cuma sayang cabang favorit seperti Badminton dimainkan di Jakarta. Harus cukup puas nonton di tv saja, sambil pegangin jantung yang rasanya mau lepas ngeliat Indonesia bertanding di final.... Kemudian.... Asian Games selesai, artinya aku juga bakal jarang nonton tv lagi.... sedih deh...

Jadi... kalau ditanya apakah aku nonton Asian Games yang berlangsung di Jakarta dan Palembang, aku bisa dengan bahagianya menjawab, kalau aku nonton dua pertandingan... hahaha... Dan kalau diingat-ingat lagi aku sudah 3 kali nonton event internasional termasuk Asian games, Piala Asia tahun 2007, saat Indonesia bersama 3 negara lain jadi tuan rumah, pertandingan antara Saudi Arabia dan Bahrain di kualifikasi grup dan perebutan tempat ketiga antara Jepang dan Korea Selatan, satu lagi tentu saja Sea Games saat berlangsung tahun 2011 yang lalu pada pertandingan synchronous swimming... Jadi kapan ya aku nonton Piala Dunia atau Olimpiade, harus di selenggarakan di Palembang dulu kah atau siapa tahu aku memiliki takdir nonton di negara lain... *ngarep*....

Dengan adanya LRT baru-baru ini di Palembang, aku jadi pengen merangkum wisata kereta yang telah ku coba sampai hari ini. Kalau mau bahas wisata kuliner rasanya aku tidak sanggup saking banyaknya makanan yang pernah singgah ke perutku, so kereta saja, karena masih sedikit dan bisa ditulis. Tempat-tempat dari kereta yang sudah dicoba yaitu di Singapore, Malaysia, Thailand dan Hong Kong. Sementara saat aku ke Macau beberapa waktu yang lalu selalu naik bis, karena di sana tidak ada kereta angkutan massal.

1. Singapore
Negara Singapura bagiku adalah negara pertama yang memperkenalkan kereta sebagai angkutan transportasi massal. Aku ke sana pertama kali sekitar 11 tahun yang lalu, masih muda, dan culun. Masuk pertama kali dari Johor Bahru, naik MRT yang stasiunnya bisa di atas atau di bawah tanah bagiku sangat keren. Selama naik MRT, aku juga terpaksa menyesuaikan diri dengan warga di sana yang disiplin dan jalannya sangat cepat. Naik eskalator saja harus berdiri satu sisi, dan membiarkan sisi yang kosong untuk dilalui mereka yang masih mau jalan cepat-cepat. Saat itu rasanya pengen banget Indonesia juga punya, syukurlah sekarang di Jakarta sudah dibangun juga MRT.

Gate MRT Singapore


Jika menuju ke Sentosa Island, salah satu caranya adalah dengan menggunakan monorel. Dulu sebelum ada Universal Studio dan Madame Tussaud, aku belum nyobain monorelnya, setelah datang lagi beberapa tahun kemudian, baru menjajal monorelnya. Jaraknya pendek dan hanya 4 stasiun kalau tidak salah.

Monorel di Sentosa Island


2. Malaysia
Malaysia adalah negara yang paling sering kukunjungi dan artinya seharusnya aku sudah sangat sering berwisata menggunakan kereta di sana. Ada LRT yang salah satu stasiunnya bisa langsung muncul di KLCC Petronas. Sama seperti jenis kereta lainnya, naik LRT harus lihat dulu tujuan paling ujung stasiun yang dituju, agar tidak salah mengambil tempat menunggu, kan nggak lucu mau ke selatan eh tau-tau naik yang ke utara. Jadi harus jelas nunggunya di kiri atau kanan. Untuk stasiun yang juga merupakan interchange maka kita harus lebih teliti lagi dalam melihat jalur kereta yang kita tuju

Stasiun LRT di Kuala Lumpur


Kalau untuk yang jarak jauh, sampai ke luar kota, di Kuala Lumpur ada Komuter. Karena dulu aku pernah menginap di wilayah kos kosan UKM, maka Komuter jadi salah satu moda transportasi yang kupakai. Gerbongnya lebih panjang dan tentu saja waktu tempuhnya lebih lama. Aku pernah naik Komuter ditengah hujan lebat sambil mikirin jemuran yang lupa diangkat.... haha...

Salah satu stasiun Komuter


Nah kalau mau lebih pendek dan jalurnya lebih ekstrim dari LRT, pilihan berikutnya adalah monorel. Salah satu stasiun monorel ada di Bukit Bintang, daerah wisatawan yang super rame. Banyak mall juga hotel-hotel di sana. Bisa bolak balik dari hotel ke mall kalau belanjaan kurang banyak... hehe...

Monorel yang lewat di Bukit Bintang


Satu lagi sebenarnya kereta massal di Kuala Lumpur yaitu MRT, cuma sampai saat ini aku belum pernah coba, karena masih dibangun. Gambar maksa di atas, yang modelnya harus difoto bergitu monorelnya lewat, memiliki latar belakang konstruktsi MRT yang masih dalam tahap pengerjaan, jadi area Bukit Bintang agak sedikit crowded.

3. Thailand
Aku sudah dua kali ke Thailand, sekali ke Bangkok, dan satunya lagi ke Phuket. Kereta massal ada di Bangkok, dua jenis yang kucoba adalah BTS dan MRT. Sepertinya kalau dibandingkan, BTS lebih banyak dipilih di sana, karena BTS lebih punya pemandangan dibandingkan MRT yang lebih banyak gelapnya. Aku pernah menginap di hotel dengan pemandangan jendela langsung menghadap ke rel BTS. Jadi kalau lagi bete dan kurang kerjaan, bisa melamun nungguin BTS lewat, ngitung kereta lewatnya berapa kali dalam berapa menit.

Rel BTS dari Hotel


Pernah juga nyobain MRT, samalah seperti MRT di tempat lain. di bawah tanah, kita nunggu di pintunya yang nanti kebuka sendiri kalau keretanya datang. Yang beda adalah cara masuknya, tidak pakai kartu, tapi seperti koin yang berwarna hitam, cemplungin aja ke tempatnya buat masuknya.

MRT Bangkok tidak pakai kartu


4. Hong Kong
Nah ini yang seru, selama di Hong Kong, aku tidak pernah naik mobil.... selalu MTR karena sudah sangat bagus, terintegrasi ke mana-mana, jalurnya banyak dan bisa dipilih sesuai keinginan.

Petunjuk Stasiun MTR Hong Kong


Kalau mau ke Disneyland, jalurnya khusus, keretanya juga khusus. Super unyu-unyu dengan jendela dan pegangan tangan berbentuk kepala Mickey Mouse.

MTR khusus ke Disneyland


Ke airport pun jalur dan keretanya khusus, banyak tempat buat taruh koper, kursinya juga lebih eksklusif, tapi tentu saja lebih muahal dibanding tujuan lainnya.

MTR khusus airport Hong Kong


Sesampainya di bandara, di dalam bandara pun saking luasnya harus naik kereta khusus menuju gate masing-masing. Kalau tidak salah, tidak ada kursinya, semuanya berdiri, sayang aku nggak punya foto yang bagus karena jaraknya pendek.

Penutup...
5. Indonesia
Entar deh, kalau moda transportasi di Jakarta jadi, aku akan ke sana dan nyobain. Sementara kalau yang lebih konvensional, sebenarnya aku sudah pernah naik kereta dari Palembang ke Lampung, serta Surabaya menuju Jogja. Sementara yang lagi kekinian sekarang adalah LRT di Palembang. Serasa piknik ngajak keluarga buat nyobain naiknya, super rame dan seru.

Stasiun LRT


Akhirnya Palembang nggak kalah, selama naik LRT aku serasa tidak mengenal Palembang... serasa di mana gitu... Ngeliat Palembang dari atas rasanya nggak biasa, soalnya aku kenal sekali tempat-tempat yang dilalui. Beberapa Mall yang selalu dikunjungi, Masjid Agung, stadion dan tentu saja Jembatan Ampera. Kalau naik pesawat ngeliat Palembang dari atas kan kejauhan,  dengan LRT ngeliat dari atasnya lebih dekat. Informasi barunya adalah aku baru tahu kalau banyak masjid bagus-bagus di Palembang...  He he he....  Selama naiknya juga, aku beradu eksis dengan penumpang lainnya, siapa yang eksis dan yang lebih eksis. Snapgram sampai selfi dengan penumpang lainnya... (kami yang diajak selfi, bukan kami yang ngajak)...Yah nggak apa-apa lah ya. Namanya juga masih baru...

Saat kami mencoba LRT tersebut, pada suatu kesempatan dari Bandara, kami menunggu kereta yang akan berangkat beberapa menit lagi. Sudah duduk manis di sana, sudah sempat nolongin ngambil foto untuk keluarga yang duduk di depanku, pas hampir mau berangkat tiba-tiba ramai orang-orang berjalan menuju gerbong paling depan, ada apa nih.... *kepo kumat* oh ternyata ada salah satu menteri yang sedang melakukan kunjungan. Hikmah dari persiapan Asian Games di Palembang, aku sudah ketemu dua menteri dalam beberapa hari terakhir, karena beberapa hari yang lalu aku sempat ikut sosialisasi LRT dengan nara sumber salah satu menteri juga. Kembali ke cerita tadi, kami berencana mau berhenti di Picon, karena si oren diparkir di sana.  So saat sampai di Picon kami turun, kami jadi orang aneh karena cuma kami yang berhenti di sana. Niatnya mau lanjut turun dari tangga yang ada di depan, eh dihadang nggak boleh lewat, disuruh lewat tangga satunya yang agak jauh, untung ada mbak-mbak salah satu rombongan di gerbong depan, manggil-manggil ngajak naik ke gerbong mereka. Duh sayang sekali kami mau turun bukan baru mau naik, jadi ajakan tersebut terpaksa tidak bisa kami terima, dan kami turun dari tangga di depan, hehe...

So kesimpulannya apakah nantinya masih akan nambah pengalamanku naik kereta ini, doakan saja saudara-saudara, perjalanan selanjutnya ke Jepang..... paspor selesai, tiket dapat dan visa dikabulkan.... sehingga aku bisa nyoba kereta-kereta di sana terutama Shinkansen... *kencangin dompet*...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...