Hari ini Tanggal 26 Desember 2020, seharusnya saya tidak berada di rumah, sedang melanglang buana entah ke mana, menghabiskan libur akhir tahun sebelum nanti pulang lagi menyambut tahun berikutnya untuk menjalankan rutinitas seperti biasa. Trusss... kenapa sekarang nyatanya saya masih di rumah saja dan sempat menulis blog... Yahhh... udah tahulah ya, terpaksa di rumah saja, sesuai himbauan menghabiskan libur di masa pandemi tahun 2020 ini yang semoga cepat selesai.

Dari tahap full WFH, kemudian berangsur masuk ke New Normal, sebenarnya sudah sangat bosan di rumah. Tapi mau bagaimana lagi, rumah adalah tempat yang paling aman saat ini. Tahun 2020 tidak terasa berjalan, mulai dari awal tahun 2020 yang terlalu gabut di rumah ngabisin umur dengan nonton berpuluh-puluh drama Korea, sampai sekarang walau belum full beraktifitas tapi kerjaan minta ampun banyaknya, yang paling bikin stress adalah menyusun proposal. Sudah pasang niat berbulan-bulan, tapi mumet, buntu gak punya ide, tapi harus segera maju proposal kalau nggak mau tamatnya semakin lama. Target, sebelum libur Desember harus selesai. Yang bikin pusing itu adalah.... Saya tidak bisa mengerjakan proposal kalau ada kerjaan lain. Jadi kerjaan lain harus diselesaikan dulu, baru bikin proposal. Tapi.... pada prakteknya, kerjaan lain selesai, pas waktunya mau mulai mengerjakan proposal, sudah capek, sudah ngantuk, jadi lanjut besok saja..... terus bergitu berhari-hari, berminggu-minggu kemudian... Mungkin ini karena kalau kerjaan lain sudah tau polanya, sementara bikin proposal ini saya belum ketemu polanya maunya apa...

Tapi Alhamdulillah ya, proposal sudah bisa dikerjakan walau masih menunggu revisi, sebelum masuk tanggal liburan akhir tahun, terima kasih buat playlist saya yang isinya Shane Filan, MLTR, Scorpion, Bon Jovi dan lagu-lagu lama lainnya yang sudah menemani kemumetan saya. Jadi sekarang ngapain.... gabut lagi... jadi langganan Viu dan Disney+ serta mempertimbangkan Netflix sekalian. Tapi karena Netflix harus pakai Kartu Kredit jadi males, karena saat ini tagihan kartu kredit sedang 0, dan masih menikmati jadi manusia tanpa tagihan kartu kredit. Lagian film di Viu dan Disney+ sudah banyak, cukuplah bikin betah menghabiskan waktu di rumah sambil ngayal kalau nggak ada pandemi, sudah jalan ke mana.

Dari postingan terakhir mengenai Drakor tentu saja saat ini Drakor yang saya tonton sudah bertambah lagi jumlahnya, diantaranya ada The Last Empress dan Alice. Heran deh, balik lagi ngomogin soal proposal tadi, kalau sudah duduk di kursi depan laptop biasanya saya langsung menguap dan keluar air mata, bukan karena terharu atau sedih, tapi karena ngeliat bantal lebih menarik, padahal kadang belum juga jam 9 malam. Nah khusus The Last Empress, ini juga jadi rekor untuk saya, karena saya tidak tidur untuk satu malam. Ini adalah drama kedua saya yang bikin tidak tidur selain Meteor Garden waktu kuliah dulu. Empress Ki saja yang jumlah episodenya sampai 51, diselesaikan berhari-hari karena nggak kuat begadang. Trus kenapa The Last Empress sukses bikin saya melek, mungkin karena ceritanya yang bagus dan saya penasaran sama ceritanya selain faktor Cho Jin Hyuk juga pastinya. Sementara Drama Alice saya nontonya bertahap karena memang masih on going waktu itu. Semakin banyak saja cerita yang mengusung konsep dunia paralel dari mesin waktu setelah End Game, termasuk di Drakor. Beberapa waktu yang lalu ada The King Eternal Monarch, kemudian Alice. Untuk ceritanya, Alice kadang bikin bingung, karena untuk satu karakter saja di tahun yang beda, dia bisa jadi orang baik padahal jahat, dan sebaliknya.

Sekarang di liburan akhir tahun 2020, di Viu saya nonton drama on going The Penthouse. Drama yang bikin darah tinggi, dan isi karakternya lebih dari 75% isinya orang jahat... Nontonnya nggak usah berekspektasi dan dinikmati saja. Sekarang sudah masuk episode 36, dan sepertinya minggu depan bakal tamat. Nah kalau di akhir pekan, ada Mr. Queen, drama lucu yang juga gak usah dipikirin, cukup ditonton dan terima aja akting lucu sang Ratu yang slebor abis.

So, balik lagi ke tanggal hari ini 26 Desember... ada apa di tanggal ini.... ya gak ada kejadian yang penting-penting amat sih. "Kejadian yang tidak penting" itu adalah kalau flash back kembali, ada saya di Macau, di Tokyo dan Seoul selama tiga tahun terakhir ini....😎😂 Sekarang di tanggal yang sama, saya di rumah, nulis blog sambil ngeces ngeliat foto-foto lama...

Macau, 26 Desember 2017


Tokyo, 26 Desember 2018


Seoul, 26 Desember 2019


Sekali lagi saya tulis di blog ini, semoga jadi doa, kalau setelah pandemi lewat, Insya Allah saya umroh, kemudian baru akan traveling ke tempat lain. Si Dilla, udah panas dingin ngajak traveling lagi, terutama pengen ke Jepang lagi, alasannya adalah.... karena banyak foto-fotonya yang hilang..... 😅 Oke deh... asal duitnya ada, boleh mau ke mana saja saiaa siaaapppp....

Hehe... udah kayak yang punya pengalaman traveling segudang gayanya... Nggak kok, ini tips dari saya (gak pake aku lagi) berdasarkan pengalaman pribadi, jadi... pasti tidak akan lengkap dan bisa tidak relevan lagi kalau ada perubahan, karena saya ke sananya sudah lama. Tapi... semoga bisa membantu kalian pembaca yang nyasar ke blog ini, siapa tahu bisa jadi referensi kalau mau traveling terutama ke tempat-tempat yang sudah pernah saya datangi. Tips ini bukan yang termurah dan tersimple ya, ini adalah versi saya saja. Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai catatan saya kalau mau traveling lagi, setelah pandemi di Tahun 2020 ini Insya Allah sudah lewat.

1. Barang Bawaan
Terus terang saya ini banci foto.... 😅 walau nggak punya kamera bagus atau ahli mengenai seni foto memfoto, tapi bagi saya dokumentasi itu super penting dan laporan di Instagram itu wajib. Saya baru akan pulang kalau sudah mendapatkan foto yang diinginkan *pengidap narsis akut* Jadi... untuk bawaan di koper, kombinasi pakaian itu penting, baju, bawahan ditambah jilbab. Baju andalan biasanya dipakai untuk tempat yang paling ikonik. Bagaimana caranya, kalau bisa jangan sampai foto di suatu tempat, look nya sama persis dengan di tempat lain.... *yah walau masih ada juga sih yang sama*... Yang bikin sengsara itu kalau pergi ke negara 4 musim saat winter. Dilema harus bertahan hidup bawa coat atau pakaian lain. Jadi tipsnya kalau saya, yang penting coat, baju di dalam coat bisa pakai beberapa kali. Tapi pilih yang warnanya netral dan jangan ada coraknya. Untuk dalaman juga tidak perlu banyak, usahakan bisa nyuci dan jemur di kamar mandi (jangan lupa bawa beberapa hanger), perkirakan keringnya kira-kira 2 harian. Kemudian biasanya kalau hotel di negara saat musim dingin, jemur cucian kecil di kamar mandi malah akan tambah lembab. Jadi kalau saya biasanya jemur di kamar mandi hanya sampai airnya tiris *mie kali* alias tidak netes lagi, kemudian pindahkan ke kamar, karena biasanya suhu kamar bisa di atur jadi panas seperti hotel-hotel di Jepang. Jadi dengan meminimalkan baju, area di koper tidak begitu sesak. Untuk alas kaki, biasanya saya bawa sendal selain sepatu. Untuk negara tropis saya lebih suka pakai sandal. Untuk negara dingin, jangan lupa bawa kaos kaki, sarung tangan dan long john. Kalau sudah sangat dingin, saya malah tidur pake kaos kaki, jadi bawanya harus lebih dari satu. Untuk sarung tangan, usahakan yang bisa dibuka jarinya atau bisa touch screen supaya kalau saat di jalan bisa sambil buka hp untuk ngecek maps misalnya. Untuk alat sholat saya bawanya mukena parasut, agar bisa disimpan dengan lipatan sekecil mungkin. Saya tidak bawa sajadah, biasanya untuk alas saya pakai jilbab saja. Semua pakaian saya taruh di koper dalam bentuk gulungan, kecuali jilbab segiempat. Pengalaman saya di Jepang, terpaksa menyetrika lagi di hotel, karena jilbab yang jadi kusut semuanya setelah digulung. Jadi khusus jilbab saya lipat jadi 9, ini tujuannya agar bagian tengah yang pada saat dipakai posisinya pas dimuka, tidak ada bekas lipatannya. Pakaian digulung menghemat tempat di koper dan bisa diambil tanpa terganggu pakaian yang bertumpuk. Setelah pakaian dipakai, biasanya saya simpan kembali di koper tetap digulung, tapi terpisah menggunakan kantong plastik agar bau keringat tidak tercampur dengan pakaian bersih. Khusus di negara pada saat musim dingin, pakaian tidak akan berbau keringat. Saya malah jarang mandi kalau lagi dingin, 😎 dan dandanan bisa bertahan seharian tanpa terhapus oleh keringat.

Untuk handuk, saya biasanya hanya bawa yang kecil, inipun hanya sebagai cadangan, karena hotel pasti menyediakan. Lagian repot kalau mau pindah-pindah bawa handuk basah. Walaupun di hotel biasanya ada toiletries, tapi saya tetap membawa alat-alat mandi pribadi. Alat-alat mandi saya bawa versi mini semua, sabun cair, sampo, face soap, pasta gigi, sikat gigi yang bisa dilipat. Karena punya niat mencuci, saya bawa deterjen sachet. Alat-alat make up juga dibawa yang biasa dipakai saja, alat-alat makeup buat kondangan disimpan baik-baik saja di rumah 😁. Obat-obatan pribadi juga harus dibawa, terutama obat standar seperti obat pilek, sakit kepala dan demam. Kalau saya tambah counterpain dan koyo salonpas karena jualan kaki nggak ada di jalan 😪..... Jika ke negara dingin jangan lupa bawa pelembab muka dan bibir, karena akan terasa sangat kering, bibir bisa jadi pecah-pecah. Untuk makanan instan, biasanya saya bawa beberapa pop mie ukuran kecil, energen dan kopi sachet, ini untuk sarapan kalau terpaksa, jika tidak ada sarapan di hotel. Untuk sarapan ini, biasanya saya juga beli roti di jalan untuk dimakan besoknya saat sarapan. Saya pernah punya pengalaman menemukan mie cup di Macau dan Hong Kong yang memiliki label halal, tapi minta ampun pedasnya. Jadi kali berikutnya saya kurangi sedikit bumbunya dan supaya tetap ada rasa, saat di Hong Kong saya pernah nggak punya malu minta garam sedikit untuk dibawa pulang buat makan mie, sama mbak-mbak di rumah makan Kowloon 😋.

Untuk peralatan elektronik, biasanya selain hp, saya juga bawa kamera dan power bank. Semua benda ini tentu saja harus dibawa beserta chargernya masing-masing. Liburan saya nggak mungkin bawa laptop, tapi untuk pindah data sebagai backup, saya bawa OTG USB. Nggak mau kan kehilangan data selama di jalan, ya misalnya... (amit-amit) terjadi sesuatu sama kamera, kita tidak kehilangan data. Biasanya beberapa hari sekali selama di jalan saya backup data (foto dan video maksudnya). Untuk colokan listrik juga harus jadi perhatian. Sebaiknya bawa adaptor universal, dan kalau saya sekalian bawa kabel panjang, supaya bisa ngecas beberapa alat dan sekalian sharing sama teman jalan. Di Malaysia, Singapura dan Brunei, colokan listriknya 3 kaki, kalau memang nggak bawa colokan yang sesuai, sebenarnya ada sih caranya untuk yang alatnya 2 kaki seperti punya Indonesia, yaitu dengan menambah satu kaki lagi pakai pena misalnya untuk yang kaki tengah, tapi cara ini kadang berhasil kadang tidak. Untuk colokan di Jepang, 2 kaki juga tapi pipih, jadi kalau tidak bawa colokan yang sesuai, kita terpaksa pinjam atau sewa dengan pihak hotel. Bantal leher memang membantu saat kita terpaksa tidur di bandara atau untuk di pesawat dengan durasi panjang, tapi untuk saya, pernah sekali bawa... tapi luar biasa repot saat di jalan terutama kalau pindah-pindah kota, turun naik kendaraan umum seperti kereta bawah tanah, jadi saya cenderung tidak mau lagi membawa bantal leher kalau traveling.

Karena saya juga orangnya baik, selalu memikirkan orang lain sepulangnya traveling dengan membeli oleh-oleh, maka bawaan pergi dengan bawaan pulang pasti akan berbeda. Bawaan saat pulang pasti akan beranak pinak, oleh karena itu biasanya saya bawa tas tambahan lipat, yang baru akan digunakaan saat pulang. Oleh-oleh pun biasanya saya pilih yang kecil-kecil supaya bisa muat di tas, yang paling mudah pasti gantungan kunci dan magnet kulkas. Untuk rame-rame biasanya saya belikan makanan. Untuk negara yang muslimnya minoritas, agak susah kalau mau beli oleh-oleh makanan, di Tokyo ada di Laox Akihabara, sementara di Seoul ada toserba khusus muslim di Myeongdong di dekat restoran Kampungku di belakang Hotel Pacific. Spesial Seoul, oleh-oleh wajib adalah makeup dan skin care yang bertaburan di Myeongdong, semua ada...., asal tahan di dompet saja 😉. Untuk oleh-oleh pribadi, saya paling beli alat makeup dan dinner bell. Saya jarang beli baju, apalagi tas dan sepatu, karena akan sangat memakan tempat di koper. Mikirnya kan baju bisa beli di Indonesia *alat makeup juga kan ada di Indonesia ya cyinnn...*. Tapiiii... kalau sudah ketemu baju yang sangat ditaksir, oleh-oleh lain minggir dulu 😎.... haha... Jatah bagasi juga harus dipertimbangkan, standar saya 20an kg itu harus cukup. Tempat untuk membeli oleh-oleh ada banyak kan ya, tapi yang murah itu yang dicari, berikut ini beberapa tempat diantaranya, untuk beli oleh-oleh yang pernah saya datangi:
- Kuala Lumpur ---> Pasar Seni, Petaling Street
- Singapura ---> China Town, Bugis, Mustafa
- Bangkok ---> MBK, Suan Luam Night Bazaar (Chatuchak saya nggak pergi ke sana)
- Phuket ---> Jungceylong, Sepanjang jalan di Patong
- Macau ---> Sepanjang jalan menuju Ruins of St. Paul's
- Hong Kong ---> Ladies Market
- Tokyo ---> Daiso (rata2 100 yen), Sepanjang jalan Senshoji Temple (Nakamise Street)
- Kyoto ---> Sepanjang jalan Fushimi Inari
- Brunei Darussalam ---> Yayasan Hassanal Bolkiah
- Seoul ----> Insadong, Hongdae, Myeongdong untuk makeup dan skin care
- Ho Chi Minh ---> Di dalam Saigon Post Office

2. Uang
Ada banyak cara untuk membawa uang di luar negeri. Misalnya dengan kartu khusus transaksi seperti Jenius. Bisa juga dengan tarik tunai ATM berlogo khusus. Tapi saya tetap menggunakan cara konvensional dengan bawa uang tunai. Tarik tunai itu kalau terpaksa saja, dan dengan uang tunai, artinya sudah saya batasi bahwa budgetnya segitu. Pengalaman saya di Brunei, tidak bisa bertransaksi di ATM, entah apa masalahnya. Penukaran uang saya lakukan sebelum berangkat. Kalau memang tidak ada mata uangnya, saya tukar ke Dollar US dulu, seperti saat ke Macau dan Vietnam, ini pas sampai di negaranya terpaksa tukar di bandara, dan ratenya agak mahal. Kalau masih ada uang tunai sebelum pulang, pasti akan saya tukar lagi setelah saya sisihkan pecahan kecil untuk koleksi. Yang bisa ditukar lagi hanya uang kertas, uang logam saya habiskan untuk jajan sebelum pulang. Uang Jepang banyak menggunakan koin, karena pecahan kertas terkecil sebesar 1.000 yen yang setara dengan 136.000 rupiah, pengalaman saya yang kehabisan koin yaitu saat di Macau, karena di sana saya selalu naik bis dan bayarnya pakai koin. Di Vietnam tidak memakai koin, semua transaksi menggunakan uang kertas.

3. Dokumen-dokumen, Tiket Pesawat dan Hotel
Ini juga bentuk minimalisir resiko. Kalau saya juga selalu menyimpan dokumen-dokumen penting dalam bentuk softcopy di hp juga di email, mulai dari kartu identitas Indonesia KTP, SIM, kemudian paspor. Booking tiket pesawat dan hotel juga harus disimpan. Selain simpan softcopy, booking tiket pesawat dan hotel juga saya print agar tidak repot buka-buka hp lagi, saat tiba di hotel atau saat menghadapi petugas imigrasi yang minta bukti tiket pulang. Di pesawat, saya suka duduk di dekat jendela, saya biasanya saat check in pengennya kalau bisa di dekat jendela, kecuali kalau penerbangan malam, atau kalau sudah sering ke suatu tempat seperti ke Kuala Lumpur. Untuk Air Asia, saat memesan tiket pesawat ini harus bayar lagi kalau mau pilih tempat duduk. Untuk perjalanan durasi panjang, saya juga pasti sedapat mungkin pesan makanan halal, tapi untuk beberapa tujuan, ada juga maskapai yang tidak menyediakan makanan halal ini. Untuk hotel, rumus saya adalah harus strategis, kalau bisa dekat tempat makan, ada toserbanya dan dekat stasiun kereta atau bis. Ratenya bisa bermacam-macam tergantung negaranya. Pengalaman saya, Hotel yang mahal itu di Singapura dan Jepang. Yang paling murah pernah saya dapatkan secara beruntung tidak sengaja saat akan ke Phuket, pesannya saat Subuh... saya dapat sekitar 200 ribu dengan  lokasi hotel di dekat Pantai Patong, hotelnya baru dan bersih. Setelah saya selesai melakukan transasksi, harga hotelnya jadi naik lagi 😅. Hotel-hotel di Hong Kong berada di gedung-gedung Mansion yang biasanya ditempati beberapa hotel atau Guest House. Kamarnya sempit dengan harga standar, untuk sholat saja kadang nggak dapat spacenya sesuai kiblat. Sedapat mungkin saya pesan hotel harus yang privat dengan kamar mandi dalam, tapi di Tokyo saat Tahun baru dimana hotel-hotel sudah pada penuh, saya terpaksa menginap di hostel, walau masih kamar privat, tapi share kamar mandinya. Di Kyoto juga terpaksa share kamar mandi di Stay Inn Koto yang saya pilih karena pengen merasakan kasur futon khas Jepang, dan hotelnya menyediakan fasilitas itu serta dekat dengan Fushimi Inari. Di Korea, kasur dibawah itu namanya ondol dan saya juga coba supaya dapat feelnya pernah menginap di Hotel Mizo yang terletak di Myeongdong dengan nuansa Korea. Luar biasa alay ya... haha... 😅

Kasur Futon di Kyoto


Kasur Ondol di Seoul


4. Segala Macam Voucher
Apalagi ini maksudnya??... Kalau tidak mau susah saat membeli tiket masuk suatu tempat wisata, sebaiknya belinya dari Indonesia. Bisa dari toko online semacam Klook atau aplikasi lain. Pengalaman saya misalnya beli voucher untuk masuk Madame Tussauds dan Trick Eye Museum di Singapura, Combo N Seoul Tower, T Money, dan untuk transportasi seperti JR Pass, Kereta KLIA Express, Arex dari Incheon bahkan transportasi pribadi saat di Ho Chi Minh karena datangnya larut malam. Voucher bisa berupa QR code atau harus ditukar dengan tiket atau kartu asli. Khusus JR Pass di Jepang ini harganya luar biasa mahal sekitar 3,5 juta, tapiiii.... kalau pertimbangannya mau ke beberapa kota di Jepang, ini sudah menguntungkan dan praktis, karena JR Pass juga mengcover kereta JR Line di Kyoto dan Tokyo serta Narita Express selain Shinkansen ke luar kota seperti saat saya pp ke Kyoto. Sementara shinkansen itu tiketnya lumayan mahal kalau beli sekali jalan. Beli voucher online ini juga untuk menghindari antrian dan kehabisan tiket kalau beli di tempat.

5. Koneksi Internet
Ini... hal yang maha penting harus ada selama di jalan. Kalau dulu saya beli kartu lokal, misalnya Digi di Malaysia dan Singtel di Singapura, tapi sekarang saya lebih suka menggunakan paket international roaming yang bisa dipakai sekaligus di beberapa negara. Kelemahan kartu lokal adalah baru bisa diaktifkan saat beli, nah ini artinya harus melewati imigrasi dulu, jadi sebelum masuk imigrasi kita belum punya paket internet, trus kalau sudah pindah negara, kartunya tidak bisa aktif lagi, tapi di Macau ada kartu yang bisa juga dipake sekalian di Hong Kong. Untuk koneksi internet ini memang sih ada juga opsi lain seperti yang digunakan banyak traveler, misalnya kalau mau sewa pocket wifi, tapi saya nggak pernah pakai. Umumnya hotel-hotel akan menyediakan wifi, tapi kan kita juga butuh koneksi internet selama di jalan, terutama untuk membuka maps. Di Brunei, Telkomsel roaming tidak berlaku, pengalaman saya dulu tidak ada kartu lokal yang waktu aktifnya seminggu, jadi dapatnya yang agak mahal.

6. Survey Lokasi dan Transportasi
Pake internet sebelum berangkat maksudnya...Seorang traveler itu pasti pernah tersesat, tapi kita tidak mau kan tersesat terus menerus, rugi waktu dan tenaga jadinya. Kalau kita ikut tur sih nggak masalah, tinggal duduk manis, nggak perlu riset apapun. Tapi saya lebih suka jalan mandiri, ikut tur itu kalau memang harus, misalnya saat akan ke James Bond Island, kita harus beli paket tur kalau mau ke sana. Hari gini, dimana semua informasi bisa dicari, riset lokasi wisata sangat mungkin dilakukan. Dulu waktu saya masih newbie, jalan ikut saja sama teman jalan yang lebih ahli, tapi lama-kelamaan saya kan yang jadi senior dan lebih sering jalan, dan karena saya orangnya mendominasi kalau di jalan, maka artinya sayalah yang harus riset sebelum berangkat. Pengalaman jalan yang tidak siap seperti saat saya ke Singapura tahun 2015. Nyari hotel saja keliling-keliling hampir setengah Singapura rasanya, mana sambil nahan pipis rasanya seperti di neraka. Kemudian saat ke Merlion pake acara salah turun stasiun MRT lagi, ini repot karena artinya harus naik turun lagi ke stasiun MRT. Kemudian saat di Jepang, lebih parah lagi saat nyari hotel di tengah cuaca dingin. Pakaian belum siap, cuma jaket tipis, coat masih di koper...., kedinginan sambil ngeliatin maps yang nyasar-nyasar. Hotel juga kadang bukan di lantai 1, jadi nyasar lagi padahal alamatnya sudah benar, seperti pengalaman saya di Hong Kong. Jadi survey lokasi itu penting.... Sekarang kalau saya telah menentukan destinasi wisata yang akan dituju, akan saya searching "how to get there" nya, naik kereta turun di mana, pintu yang mana (stasiun bawah tanah pintunya pasti banyak), kalau bis nomor berapa dan info detail lainnya. Kemudian saya buka google maps dan cari lagi pakai view 3D supaya lebih jelas. Hampir semua lokasi saya dapatkan dari google maps 3D saat akan ke Korea dan Vietnam tahun kemarin. Dengan ini juga saya seolah merasa sudah pernah ke sana, jadi saat sudah benar-benar datang di lokasi, saya sudah sangat tahu mau lurus atau belok ke mana. Kalaupun masih bingung kan tinggal tanya-tanya sedikit ke orang lokal. Tapi cara ini tidak bisa dipakai kalau tempatnya tidak bisa dilihat di maps, saat ke Nami Island misalnya, mau cari patung Bae Yong Jun, yaaaa... masih nyasar juga... hahaha...

Untuk negara yang sudah punya transportasi memadai membuat kita jadi lebih mudah menuju tujuan. Kalau Indonesia sekarang punya MRT dan LRT, negara-negara lain punya berbagai macam kereta. Singapura punya MRT dan Monorel ke Sentosa Island, Malaysia punya Monorel, MRT, LRT dan Komuter, Thailand di Bangkok punya MRT dan BTS, Hong Kong punya MTR, Jepang punya jaringan kereta yang banyak, baik di Tokyo maupun Kyoto, nama linenya bermacam-macam. Di Tokyo, yang bentuknya melingkar dan mencakup tempat-tempat terkenal di Tokyo adalah JR Yamanote Line yang tercover juga dengan JR Pass, operasinya di atas, tapi untuk line lain operasinya di bawah tanah. Di Kyoto, keretanya semuanya di atas, bukan di bawah tanah. Stasiun keretanya juga kecil dan konvensional tidak seperti di Tokyo. Di Seoul, jaringan keretanya juga tidak kalah kusut, seingat saya dan kalau tidak salah, ada dua macam penamaan line. Kalau line yang namanya menggunakan angka, operasinya di dalam kota dan di bawah tanah, sementara yang menggunakan huruf operasinya ke luar kota dan berada di atas. Secara umum, beberapa stasiun MRT dan LRT ada di bawah tanah, kalau mau yang punya pemandangan bisa coba Monorel atau BTS seperti di Bangkok.

7. Aplikasi Pendukung
Sebelum berangkat, biasanya aplikasi yang harus ada di hp adalah maps (sudah pasti) yaitu google maps dan maps yang dipakai di negara yang dituju misal KakaoMap, arah kiblat, cuaca, aplikasi transportasi sesuai negara yang dituju misal KakaoMetro dan Tokyosubway. Jadi hp adalah benda yang maha penting selama di jalan, tapi juga harus ingat keamanannya, harus survey keamanan tempat yang dituju, jangan sampai lagi asyik buka-buka hp ngeliat maps di jalan, kemudian terjadi hal tidak diinginkan. Saking tidak diinginkan, tidak saya tulis ya...

8. Makanan Halal dan Sholat
Sebagai turis muslim, harus survey juga tempat-tempat makanan halalnya ada di mana saja kalau di negara yang bukan mayoritas muslim. Kalau masih di Singapura sih masih mudah cari makan, Thailand juga masih agak mudah. Kalau di Macau ada Lau Lang Islam Restaurant di dekat Ponte 16, di Hong Kong banyak makanan timur tengah seperti di Tsim Sha Tsui Kowloon dekat Masjidnya, di Ho Chi Minh saya sempat mencicip 2 makanan khas Vietnam di Kampung Pandan yaitu Pho dan Spring Roll, di dekat Pasar Ben Thanh juga ada The Daun Restaurant tapi saya tidak ke sana. Di Jepang, selama di Tokyo saya makan Nasi kebab di Pasar Ameyoko Ueno, Nasi Kari Jepang versi halal di Coco Ichibanya Akihabara dan Ramen halal di Asakusa. Di Kyoto, Yakiniku enak yang halal ada di Gion dan ada juga restoran halal di Yoshiya Arashiyama. Sementara di Seoul, saya hampir memakan semua makanan khas Korea versi halal, Bulgogi, Bibimbab, Tteokbokki, Odeng, Jajangmyeon, dan Samgyetang. Tempatnya, di Myeongdong ada Busan Jib, di Nami Island ada Asian Cuisine, di Itaewon nggak usah ditanya lagi, super banyak makanan halal di dekat Masjid Itaewon. Nggak khawatir gendut kalau makan banyak selama di jalan, karena apa yang dimakan bakal habis juga, karena energi yang harus dikeluarkan saat jalan. Selama jalan, saya juga sangat menghargai makanan, karena tahu susahnya nyari makan, seperti saat saya merasakan dingin-dingin di Kyoto nggak nemu makanan halal di sekitar hotel, jadi terpaksa hanya makan onigiri dan mie keras gara-gara air panas yang jadi dingin akibat hujan salju.... *langsing mendadak*

Selama traveling, untuk sholat, Subuh dan Isya bisa dilakukan di hotel, Magrib kalau tidak dapat waktunya, biasanya saya jamak dengan Isya. Nah untuk Zuhur dan Ashar, kalau bisa ketemu Masjid atau Mushola saat siang, biasanya saya jamak saat di waktu Zuhur, kalau tidak dapat.... bagaimana caranya bisa balik ke hotel saat masih ada matahari agar bisa jamak di waktu Ashar. Bawa mukena parasut juga agar mudah dimasukkan ke tas, karena beberapa tempat tidak menyediakan mukena. Berikut beberapa Masjid dan tempat sholat yang pernah saya temui di beberapa tempat di negara minoritas muslim:
- Phuket
Ada ruangan sholat kecil di James Bond Island
- Hong Kong
Masjid Kowloon di Tsim Sha Tsui
- Tokyo
   * Mushola Spirit Baru di Akihabara, ini adalah kantor yang juga membuka Mushola
   * Narita Airport, Prayer Room ada di Terminal 1 lantai 5
- Kyoto
Mushola di Restoran Yoshiya Arashiyama
- Seoul
   * Mushola kecil di Korea Tourism Organization (KTO building) di Cheonggyecheon Stream
   * Mushola di Restoran Kampungku dan Busan Jib Myeongdong
   * Masjid Itaewon
   * Di Nami Island, di lantai 2 Restoran Asian Cuisine
   * Incheon Airport, Prayer Room ada di gate 24

9. Sedikit Riset Mengenai Budaya, Situasi dan Kebiasaan Negara Tujuan
Orang Indonesia itu ya, kalau biasa tidak tertib... begitu di luar sana bisa bikin malu kalau tidak ikut tertib. Budaya yang paling mudah disebut misalnya antri. Orang-orang di luar sana sudah terbiasa dengan yang namanya antri untuk hal apapun. Di Kuala Lumpur, mau beli sarapan pagi saja pasti orang yang baru datang akan berdiri di belakang orang yang sudah duluan datang. Budaya antri ini juga sangat terlihat di tempat-tempat umum, seperti saat menunggu kereta atau menggunakan toilet. Saya pernah malu saat antri di toilet Hong Kong karena langsung berdiri di salah satu pintu toilet yang sedang digunakan, sementara orang yang baru muncul setelah saya, berdiri sebelum pintu toilet pertama yang kemudian diikuti oleh orang-orang lain yang baru datang. Untung pintu toilet yang saya tunggui langsung terbuka, jadi malunya saya tidak lama-lama. Trus kepalang ngomongin soal toilet, negara-negara seperti Thailand, Hong Kong, dan Korea biasanya toiletnya tidak ada semprotan air. Jadi kita hanya mengandalkan tissu untuk bersih-bersih, tissunya bisa langsung dibuang di toilet karena memang dirancang hancur kena air. Kalau yang nggak biasa tanpa air, mungkin bisa bawa botol kecil yang bisa diisi air di wastafel. Kalau di Jepang, toiletnya malah dilengkapi berbagai tombol, ada semprotan dari belakang maupun depan, juga ada musik suara airnya. Untuk tombol flush ada yang menggunakan sensor tangan. Tapi di Jepang, tetap ada juga toilet umum yang hanya menggunakan tissu untuk bersih-bersih.

Masih di Jepang, saat di kereta,  semuanya diam dengan kesibukan masing-masing, ada yang baca buku maupun sibuk dengan gadget masing-masing. Jadi nggak ada cerita segerombolan orang-orang yang heboh cekikikan atau ngegibah mengganggu orang-orang di sekitarnya. Di Jepang juga, saat kita berbelanja, untuk membayar kita menempatkan uang di atas nampan di dekat kasir, nanti kembalian juga diletakkan di sana, jadi bukan dari tangan ke tangan. Sepanjang kasir menghitung pembelian kita, dia juga akan terus mengoceh, ini katanya menyebutkan barang-barang yang kita beli *tapi pake Bahasa Jepang*, karena saya nggak ngerti, 😏... jadi biasanya saya mengangguk saja. Untuk merokok, jangan melakukannya sembarang tempat selama di Jepang, ada tempat-tempat khususnya di luar ruangan. Semua yang ingin merokok akan berkumpul di suatu tempat yang dibatasi oleh penghalang dengan tinggi sekitar bahu orang dewasa (orang Indonesia biasa nyebut ukuran begini, bukan ukuran satuan... 😅)

Beberapa tempat wisata juga menerapkan peraturan berpakaian. Untuk masuk ke Grand Palace Bangkok, harus menggunakan sepatu dan tidak boleh menggunakan celana pendek atau baju terbuka. Jadi di pintu masuk akan disediakan penyewaan untuk turis yang pakaiannya tidak memenuhi persyaratan. Tapi saya ke sana tahun 2010, entah sekarang masih berlaku atau tidak. Persyaratan pakaian ini juga ada seperti di Uluwatu Bali. Turis tidak boleh menggunakan pakaian yang pendek dan harus memakai kain yang disediakan di sana. Yang takut monyet, hati-hati saat ke Batu Caves Malaysia, ada banyak monyet sepanjang 272 tangga menuju ke atas. Sekalian ngomongin Bali, di Uluwatu juga banyak monyet, hati-hati megang hp atau kamera kalau nggak mau direbut sama monyet,... monyet di sana pada agresif, teman saya ada yang pernah ke sana sebelum saya, sendalnya direbut sama monyet. Pak Gede, sopir yang kami sewa mobilnya, memegang tongkat kayu untuk berjaga-jaga sepanjang kami berjalan, sok geer bakal diganggu monyet, eh ternyata kami dicuekin hari itu.... 😅

10. Visa
Ini dibutuhkan untuk ke negara-negara dimana Indonesia tidak bebas visa. Pengalaman saya mengurus visa adalah saat ke Jepang tahun 2018 dan Korea tahun 2019, dua-duanya pakai travel agent, karena tidak harus datang ke Jakarta. Syarat setiap negara beda-beda tergantung kebijakan masing-masing. Kalau Jepang sudah harus ada tiket pp ke Indonesia dan booking hotel, sementara untuk Korea harus ada bukti pajak. Secara umum syaratnya adalah bukti keuangan 3 bulan terakhir, foto, surat sponsor perusahaan, dan jadwal perjalanan. Yang paling harus disiapkan adalah bukti keuangan, tidak jelas batasannya berapa, tapi katanya sih uang tabungan harus cukup mengcover kebutuhan kita selama di negara yang dituju, misalnya 1 juta dikali berapa hari perjalanan. Uang tabungan jangan sampai banyak isinya tapi muncul tiba-tiba, ngerti kan maksudnya. Jadi arus keluar masuk uang harus normal dan wajar. Masing-masing negara juga punya form masing-masing yang harus diisi menyangkut biodata yang mengajukan visa. Yang menariknya di form visa Korea ada isian negara yang sudah dikunjungi beberapa tahun terakhir, dan untuk saya,... tempat isian formnya itu tidak cukup, karena beberapa tahun terakhir sebelum tahun 2019, saya sudah seperti setrikaan keluar masuk beberapa negara Asia.. *kibas rambut...* Belum hebat ya!! okeh... corona selesai, saya Insya Allah akan ke Eropa... 💪 eh salah... umroh dulu... 😁

So, di Tahun 2020 yang berbahagia ini 😓, merupakan tahun dimana aku tidak bisa merencanakan traveling ke mana pun (padahal next project pengennya Umroh 😢 ....), tidak bisa nonton bioskop (Black Widow diundur...), tidak bisa ke salon lagi (masih takut soalnya, dan salon langganan tutup, entah pindah ke mana...) tidak bisa nongkrong lagi di mall, tidak bisa.... tidak bisa.... dan tidak bisa lainnya... Aku nulis ini setelah memesan hand cream Saem di Shoppe, gara-gara terlalu sering cuci tangan maka harus sering juga pakai hand cream. Jadi.... maksudnya... mau pamer, hand cream yang dibeli di Myeongdong akhir tahun kemarin dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya gituuu... Sekarang sudah mau habis, so terpaksa beli online karena Incess gak bisa pakai produk lain... 😎 dan sayangnya ini gak bisa dijadikan alasan mau ke Korea lagi karena masih takut corona... *lah tadi katanya mau Umroh dulu...😅*

Menjelang akhir semester, di masa New Normal yang tentu saja keadaan dunia persilatan belum seperti sedia kala, di sela-sela kesibukan.... masih teteup nambah koleksi nonton drakor. Niat sih mau pasang Netflik, tapi nanti sajalah, karena sekarang masih banyak kesibukan lain. Nanti kalau sudah pasang Netflix bisa-bisa kerjaan terbengkalai semua...

Dari tulisan terakhir, aku lanjut nonton 2 dramanya Park Seo Joon dannnn namatin Dinner Mate beberapa hari yang lalu.

She Was Pretty
Nah ini, drama Korea dengan tema semacam Betty La Fea... yang menceritakan transformasi cewek jelek jadi cantik. Tema yang sudah umum, tapi aku suka... Sebenarnya drama ini ceritanya dari pemeran utama cewek yang kecilnya cantik, gedenya jelek terus cantik lagi... Sementara si cowok dulunya gendut eh pas gedenya gantian jadi ganteng. Ceritanya mereka, Sung Joon dan Hye Jin adalah teman kecil yang ketemu lagi kemudian, tapi Hye Jin malu karena merasa jelek, jadi dia nyuruh temannya yang cantik Ha Ri untuk menyamar menjadi dirinya, karena tidak mau merusak kenangan indah cinta pertamanya. Selesai mereka ketemu, Ha Ri membuat cerita seolah-olah dia akan ke Eropa sehingga mereka tidak akan ketemu lagi, eh tahu-tahu Sung Joon nggak sengaja ketemu lagi sama Ha Ri yang disangkanya Hye Jin saat sedang jam kerjanya Ha Ri yang seorang Hotelier di Hotel tempatnya bekerja. Ha Ri ini sebenarnya pengen ngaku, tapi ditunda terus dan lama-lama dia akhirnya juga naksir ke Sung Joon.

Hubungan pertemanan Hye Jin dan Ha Ri sangat dekat dan erat, mereka berteman dengan sangat baik. Ha Ri ini tipe cewek cantik yang pasti banyak ditaksir cowok, sementara Hye Jin penampilannya biasa saja. Kejadian paling menjengkelkan bagi seluruh cewek di dunia ini menurutku yaitu saat Ha Ri jatuh ke kolam renang, Hye Jin panik dan ikut jatuh juga, eh para cowok-cowok sibuk nolongin Ha Ri sementara Hye Jin nggak ada yang peduli... 😈. Balik lagi ke soal Sung Joon, ternyata Sung Joon kemudian menjadi bos Hye Jin yang bekerja di sebuah majalah fashion. Di sana juga ada karakter Siwon sebagai seorang penulis yang sehari-harinya cengengesan habis, dia manggil Hye Jin dengan sebutan Jackson, gara-gara saat pertama mereka bertemu, Hye Jin memakai sepatu hitam dan kaos kaki putih seperti Michael Jakson. Jadi terus kelanjutan ceritanya menceritakan tarik ulur keseharian Hye Jin bekerja bersama Sung Joon yang tidak tahu kalau Hye Jin yang asli adalah anak buahnya sendiri, sementara Hye Jin juga tidak tahu kalau Sung Joon ketemu lagi sama Ha Ri yang disangkanya dirinya. Karakter Siwon yang bernama Shin Hyuk diceritakan secara tidak sengaja mengetahui kalau Ha Ri menyamar jadi Hye Jin. Sementara Hye Jin diceritakan sering curhat ke Shin Hyuk masalah Sung Joon, dia pernah curhat sambil mabuk kalau dia dulunya cantik, tapi Shin Hyuk bilang kalau sampai sekarang pun Hye Jin masih cantik..... Nah ini, tipe cowok idaman yang tidak mementingkan penampilan, tapi sayang.... dalam catatan sejarah, second lead dalam drama Korea tidak akan pernah menang melawan first lead. Lama kelamaan Sung Joon juga memiliki perasaan terhadap Hye Jin sebelum akhirnya dia tahu bahwa Hye Jin yang di kantornya itulah Hye Jin yang asli yang merupakan cinta pertamanya.

Secara umum, oke sih menurutku... cerita yang ringan, drama yang tidak punya tokoh jahatnya, dan konflik yang bikin emosi penonton turun naik. Sama seperti di beberapa drama, aku lagi-lagi salfok dengan beberapa lokasi yang sudah pernah aku datangi. Ada adegan saat Sung Joon dan Hye Jin masih kecil, pulang sekolah naik bis dalam keadaan hujan. Sung Joon punya trauma saat naik mobil ketika hujan, karena ibunya kecelakaan mobil saat hujan. Jadi dia panik dan maksa mau turun dari bis. Hye Jin ikut turun untuk menenangkannya, dan tahu nggak sih, lokasi mereka turun itu di Ihwa Mural Village, di satu jalan sempit yang belok tajam 270 derajat dan menanjak setajam tanjakan ke Pagaralam. Kalau baru belajar nyetir mobil jangan coba-coba ngelewati jalan ini, dan pastinya kalau mau lewat harus pakai transmisi gigi 1 kalau mobil manual. Dulu kami lewat jalan ini jalan kaki, beloknya ke kanan ke Ihwa Mural Village naik pakai tangga, screen shot dramanya ada di gambar di bawah.

Ihwa Mural Village


Tidak hanya satu lokasi di drama ini yang pernah kudatangi. Lokasi kedua adalah di Bukchon Hanok Village untuk adegan Hye Jin dan Shin Hyuk. Dan kebetulan lagi, aku pernah tidak sengaja berfoto di depan rumah yang sama. Ini fotonya dan screen shot dramanya

Bukchon Hanok Village


Rumah no 48


Lokasi ketiga adalah di dekat DDP untuk adegan Sung Joon dan Ha Ri, dan ini pengambilan gambarnya malam hari. Lampu-lampu DDP terang berwarna kebiruan ternyata kalau saat malam hari. Sayang saat kami ke sana pada siang hari. Aku kasih tebakan ke Dilla, nanya ketiga gambar di She Was Pretty ini lokasinya di mana saja, dan tebakan Dilla jawabannya semua benar, hahaha...

Dongdaemun Design Plaza


Fight for My Way
Drama berikutnya, masih dramanya Park Seo Joon yaitu Fight for My Way lawan mainnya Kim Ji Won. Biasanya kan cerita drama itu salah satu kalau nggak cowoknya ya ceweknya yang miskin atau bukan siapa-siapa, tapi di drama ini pemain utamanya dua-duanya manusia gagal.... 😓 Yang satu gagal jadi reporter dan yang satu lagi gagal jadi atlet taekwondo. Cerita dramanya mengenai usaha mereka untuk bangkit dan menggapai cita-cita mereka masing-masing. Masih mengisahkan pertemanan semasa kecil, kemudian berlanjut sampai mereka dewasa. Tapi, jika dibandingkan dengan She was Pretty, aku lebih suka drama She was Pretty.

Dinner Mate
Drama Dinner Mate baru saja finish beberapa hari yang lalu, dan euforianya masih terasa sampai sekarang. Nggak bisa move on dari couple Song Seung Heon dan Seo Ji Hye. Jadi walau sudah dibahas di tulisan sebelumnya, aku masih mau bahas lagi sekarang. Drama yang ringan, romantis dan lucu, bagiku sangat menarik, hanya sayang kok bisa ratingnya tidak terlalu bagus. Seperti pada tulisan sebelumnya Dinner Mate menceritakan dua orang yang sudah capek dengan urusan cinta dengan mantan masing-masing dan kemudian sepakat akan jadi teman makan malam saja, tanpa harus direpotkan untuk mengenal satu sama lain. Woo Do Hee adalah Produser Perusahaan Media yang menghasilkan konten layanan streaming semacam Youtube sementara Kim Hae Kyung adalah seorang Psikiater. Mereka pertama kali bertemu di Pulan Jeju saat Produser Woo mendapatkan insiden dikhianati oleh pacarnya (si Alberto di CLOY), dr. Kim yang saat itu sedang menjalankan konseling dengan metode makan malam bersama pasiennya kemudian menolong PD Woo, dan karena salah paham... eh akhirnya malah dr. Kim tercebur ke laut dan kepalanya bocor.... *biasa typical drama Korea*

Singkat cerita mereka kemudian berteman singkat selama di Pulan Jeju dan Makan Malam sederhana di pinggir jalan. Karena merasa bersalah PD Woo berniat mentraktir balik dr. Kim setibanya mereka di Seoul nanti, tapi dr. Kim yang tidak ingin bertemu lagi, mencari kondisi yang agak tidak masuk akal yaitu jika satu lagu dengan genre Trot (semacam dangdut kali ya kalau di Indonesia) bisa menjadi posisi pertama di tangga lagu, maka mereka akan makan malam lagi di Pasar Ikan. Ini sebenarnya alasannya saja untuk menolak, karena lagu yang dimaksud tidak mungkin jadi nomor 1. Takdir berkata lain, dengan suatu keajaiban, lagu yang dimaksud dr. Kim benar-benar jadi nomor 1, dan mereka akhirnya ketemu lagi di Pasar Ikan untuk makan malam.

Drama ini benar-benar ringan, nggak perlu capek dan mikir dengan jalan cerita yang disajikan. Cukup ikuti saja aliran ceritanya, Visualnya juga keren dan jika drama lain cenderung ngezoom muka pemain di tengah layar kalau lagi dibutuhkan, misal untuk adegan kaget atau adegan yang harus fokus lainnya, drama ini justru mengambil screen dimana muka pemainnya jadi terletak di pinggir layar saat ngezoom muka. Soundtracknya juga bagus-bagus, musik yang cozy dan ringan, totalnya rasanya 5 lagu. Untuk ceritanya, yang agak bikin sebel itu kalau sudah nyangkut para mantan yang mau balik lagi ke mereka. Mantannya dr. Kim, No Eul adalah instruktur pilates yang cukup banyak memiliki penggemar, sementara mantan PD Woo (sebelum mantan yang dari Pulan Jeju) Jae Hyuk adalah Jurnalis Medis yang agak-agak psikopat.

Yang menarik bagiku di sini adalah pekerjaan para pemeran utama. PD Woo adalah Produser Kelas B, yang membuat konten video asal dan sesukanya. Banyak like yang mereka dapatkan justru dari kekonyolan yang mereka tampilkan, Bos CEO 2NBOX pengen PD Woo buat acara yang lebih berkelas dengan menyuruhnya berkolaborasi dengan dr. Kim. Tapi sayang justru tanpa tahu kalau mereka sudah ketemu di Pulau Jeju, PD Woo dan dr. Kim malah saling serang melalui email gara-gara dr. Kim merasa acara yang dibuat PD Woo adalah acara yang payah, konyol dan tidak mau terlibat, membuat PD Woo tersinggung. Acara saling umpat melalui email itu super lucu, sampai-sampai mereka saling mendatangi kantor masing-masing untuk lanjut berkelahi, tapi tetap tidak juga saling ketemu. Jika PD Woo gagal merekrut dr. Kim, konsekuensinya mereka harus kolaborasi dengan Jae Hyuk dan No Eul. Karena nggak mau kerja sama mantan, PD Woo masih usaha ngegaet dr. Kim dengan dandan secantik mungkin dan datang ke kantornya (dress merah dengan gaya super anggun, walau masih keluar juga judesnya). Tapi lagi-lagi dia tidak berhasil ketemu dengan dr. Kim.

Akhirnya PD Woo mengetahui juga bahwa pria yang ditemuinya di Pulau Jeju itulah dr. Kim. Karena itu dia ingin mereka berhenti menjadi teman makan malam, selain karena dia juga sudah mulai naksir dengan dr. Kim. Sementara dr. Kim beda lagi, setelah mengetahui siapa PD Woo, dia malah semakin maju dan berubah pikiran jadi ingin terlibat dengan proyek PD Woo walau harus kerja dengan mantannya, asal bisa dekat dengan PD Woo. Sementara para mantan tak punya akhlak, tidak peduli kalau PD Woo dan dr. Kim saling menyukai, mereka tetap mengejar buruan masing-masing 😓..... Rempong ya cyinn... permasalahan dengan para mantan ini....

dr. Kim adalah seorang Psikiater yang punya cara unik untuk konseling dengan pasiennya. Dia sering menerapkan terapi di luar sambil makan malam dengan pasiennya, kadang dia juga memasakkan makan untuk pasiennya saat pasien datang untuk konseling. Masalah pasien dr. Kim ini macam-macam, ada yang kelas berat sampai kelas ringan, misalnya pelajar yang saat konseling main HP sambil bicara menggunakan istilah-istilah kekinian yang tidak dimengerti dr. Kim. Akhirnya setelah pasiennya itu pulang, dia bilang ke perawatnya agar jangan menerima pasien dibawah umur 19 tahun lagi demi kesehatan mentalnya...😁 yang lucunya saat dr. Kim cerita ke PD Woo, dia tahu semua istilah ABG yang tidak dimengerti dr. Kim karena sebagai pembuat konten, PD Woo tentu saja harus update dengan Bahasa jaman sekarang. Ini membuat dr. Kim jadi minta maaf karena selalu menganggap hina acara yang dibuat PD Woo.

Habis nonton ini, aku jadi mikir bahwa aku sepertinya juga butuh konseling ke Psikiater. Tapiiii... maunya konseling sama dr. Kim... hahaha.. Sakit itu bukan hanya fisik, tapi juga mental, satu kutipan dr. Kim adalah "Makanan hangat memiliki kekuatan menghibur orang, saat sakit atau flu.... makanlah makanan hangat, karena makanan hangat tidak hanya menenangkan tubuh, tapi juga bisa menenangkan hati" *asyikkk!!!... habis nonton langsung masak sayur sop*. Kerennya lagi, dr. Kim masak secara Live di depan PD Woo,... sudah pinter, ganteng eh pintar masak lagi, sementara PD Woo, masak mie saja tidak bisa.... 😋. Pokoknya intinya drama ini keren, para pemeran utamanya sangat serasi... Couple Song Seung Heon dan Seo Ji Hye chemistrynya sangat dapat... Aku cuma nonton satu drama SSH yaitu Endless Love yang sudah tahu kan berakhir tragis, sementara SJH aku masih gak habis pikir tokoh Seo Dan yang high class, elegan dan super anggun dilepeh sama Hyun Bin di CLOY, maka di Dinner Mate ini, sambil nonton aku sangat berharap kisah mereka bisa happy ending, walau sempat ketar ketir karena menjelang episode akhir, ada adegan dr. Kim tertabrak mobil gara-gara menyelamatkan mantannya PD Woo yang psikopat. Kalau sinetron Indonesia pastilah sudah dibuat hilang ingatan atau semacamnya, tapi untunglah saudara-saudara... Writer Nim baik hati bikin endingnya manis, kalau nggak sudah disumpahi sama fans barbar yang malah ngarep mereka bisa jadian di dunia nyata...

Dinner di Pinggir Pantai


Okeh.... ini adalah tulisan keempat yang bahas drakor di blog ini di Tahun 2020. Bulan Januari sebelum corona bahas kisah traveling di Korea, Bulan April, Mei, Juni dan Juli isinya semua drakor. Nanti deh kalau dapat bahan lain, nulis juga tentang hal lain, kalau nggak bisa move on juga dari tontonan drakor, yo wes nulis drakor lagi.... 😎

Jadi sepertinya waktu masuk ngantor akan segera tiba dalam rangka "New Normal" tapi jadwalnya sepertinya tetap belum akan senormal seperti biasa, dari jadwal hari masuk maupun jam operasional. Yang jelas saat ini masih WFH, dan sekarang lanjut kerjaan sampingan selama di rumah saja,... masih tetep nonton drama Korea...

Jadi biasanya dalam menonton drama Korea, bagiku itu harus mempertimbangkan dua hal yang kunilai (secara subjektif) dan juga apa yang kurasakan selama nontonnya, yaitu dari segi cerita dan pemain, berikut kombinasinya:
1. Cerita oke, pemain oke ---> nonton habis
2. Cerita oke, pemain tidak oke ---> nonton kemungkinan habis kalau ceritanya super bagus
3. Cerita tidak oke, pemain oke ---> nonton pasti tidak habis, atau sering dipercepat adegannya
4. Cerita tidak oke, pemain tidak oke ---> tidak akan nonton, walau semua orang kasih rekomendasi

Kali ini 3 drama tontonanku yang terakhir, hasilnya yaitu:
* Ditonton sampai habis, *Alhamdulillah ya....*
* Ditonton tidak habis, walau pengennya habis tapi tidak mampu jua menghabiskan
* Ditonton pengennya habis tapi apa daya masih on going...

Jadi drama-drama mana sajakah yang beruntung aku tonton itu, berikut bahasannya:

The King Eternal Monarch
Ini udah pasti dong masuk kategori pertama, maksudnya drama yang ceritanya oke, pemain juga oke... tapi karena dramanya masih baru, nulisnya masih hati-hati karena nggak mau kasih spoiler. Baru saja tamat dan masih fresh from the open. Reviewnya sejauh ini oke, tapi aku tidak bisa melepaskan nuansa Goblin selama nonton drama ini karena Penulis Cerita dan Lead Femalenya sama. Nonton drama ini harus khusyuk kalau nggak mau bingung. Ini adalah drama di mana para pemainnya hampir semuanya memiliki dual roles. Udah tau kan ya, kalau ceritanya mengenai dunia paralel, satu di Korea sementara satu lagi di Corea.

Sejarah kedua dunia ini mulai berbeda pada suatu masa di waktu lampau. Di Corea pemerintahan di Seoul, tapi rajanya berada di Busan. Kalau lihat di peta Busan memang berada di Selatan dekat Jepang. Patung Laksamana Yi Shun Sin berada di Busan bukan di Seoul... *hebat nih CGI nya bisa mindahin posisi patung Laksamana Yi Shun Sin ke Busan* Raja di Corea adalah Lee Min Ho, mukanya ada pada mata uang yang dipakai di Corea. Menarik kan ya, pokoknya jangan sampai bingung saat nonton, adegan yang lagi tayang lokasinya di Korea atau Corea...

Drama ini juga nyinggung topik eksak berat, yaitu teori fisika kuantum. Teori kuantum ini macam teori yang juga dipakai di Film Avengers dimana juga terdapat dunia paralel. Kalau dalam Film Avengers kembali ke masa lalu, tidak akan mengubah masa depan melainkan akan menyebabkan muncul dunia alternatif lain. Sementara kalau versi Film "Back to the Future" kembali ke masa lalu bisa mengubah masa depan. Nah bagaimana dengan drama ini,.... nggak dibahas ya supaya tidak spoiler. Trus kalau aku ditanya apakah mengerti sepenuhnya cerita drama ini??? dengan terus terang aku akan jawab tidak. Ada beberapa hal yang tidak kumengerti masalah dunia paralel dan teori mesin waktunya. Mungkin akibat aku kebanyakan referensi film lain kali ya, jadinya ada beberapa adegan yang bikin aku jadi bingung. Tapi secara umum, menurutku dramanya unik dan keren, drama yang bisa kunikmati menontonnya dalam dua hari dan tidak diselesaikan dengan kepala yang pusing.

Adegan yang menjadi salah satu adegan utamanya dan selalu mucul di awal setiap episode, berlokasi di Korea yaitu saat Raja Corea datang ke Korea di Gwanghwamun Square bertemu dengan Letnan Jeong Tae Eul. Aku sudah memastikan sendiri ke sana secara langsung bahwa Patung King Sejon dan Laksamana Yi Shun Sin memang berada di sana. Kalau yang di Corea aku nggak tau ya, 😁... Mau pinjam sulingnya Lee Min Ho dulu kalau mau ke sana... Aku suka adegan ini, karena aku bisa membayangkan suasana di sana, dan mengira-ngira di mana mereka berdiri... Tempatnya sangat ikonik karena di dekat sana juga ada Gyeongbokgung Palace. Kalau setting waktu di drama, adegan itu sebelum Desember 2019, sementara aku ke sana Desember 2019. Jadi sepertinya saat aku ke sana, mungkin masih ada jejak kaki Lee Min Ho dan Kim Go Eun kali ya... 😅

Adegan Pyeha Corea naik kuda datang ke Korea


Turis +62 di Gwanghwamun Square depan Patung King Sejon


Operation Proposal
Drama kedua Operation Proposal yang merupakan drama lama, pemainnya Yoo Seung Ho, dan ini adaptasi dari drama Jepang Proposal Daisakusen. Aku nonton karena sudah menonton yang versi Jepang dan aku sangat suka. Jadi aku pikir bakal suka juga dengan drama ini, karena pemainnya oke dan cerita oke. Ternyata.... maafkan yah... feelnya nggak dapat, nontonnya nggak bisa habis, cuma ngintip episode terakhirnya setelah nonton beberapa episode awal.

Proposal Daisakusen versi Jepang sangat menarik. Typical cerita yang komik khas Jepang banget. Ceritanya mengenai seorang cowok bernama Ken yang menyesal karena cewek bernama Rei yang merupakan temannya sedari kecil, ternyata menikah dengan orang lain. Jadi ceritanya dia punya kesempatan kedua, ketemu semacam peri yang bisa membuat dia kembali ke masa lalu di masa yang sesuai dengan slide show foto yang ditampilkan saat resepsi pernikahan Rei. Dia berusaha mengubah takdirnya dengan memperbaiki dirinya di masa lalu. Di setiap episode fotonya beda-beda, jadi dia kembali ke masa-masa yang beda juga, ada saat masih di sekolah, ada juga yang saat mereka sudah kuliah. Si Ken ini tipe cowok yang tidak perasa, nggak ngerti maksud Rei, dia punya banyak kesempatan untuk mengatakan cinta, tapi tidak pernah bisa melakukannya. Sementara Rei sudah kepalang kecewa akan ketidak pekaan Ken dan akhirnya ketemu dengan cinta yang lain. Yang versi Jepang ini lucu dan gaya komik abis, terutama satu temannya yang namanya Tsuru, dia ngomong sedikit saja sudah pasti lucu... belum lagi tokoh kakek Rei, guru mereka, teman sekelas mereka yang namanya kalau nggak salah Socrates. Juga ada guru cewek yang cantik dan seksi namanya Cameron, udah lebih cocok jadi model dan kalau jalan kemana-mana diikuti murid-murid cowok.... lah kok jadi ngomong panjang yang versi Jepang...

Intinya yang versi Korea tidak sampai membuat aku jadi penasaran menonton setiap episodenya. Ada adegan yang sama tapi yang beda lebih banyak. Aku terlalu membandingkan dengan versi Jepang dan akhirnya memutuskan tidak akan lanjut nontonnya. Walaupun menurutku tokoh cowoknya, si dedek ini sebenarnya lebih cakep yang versi Korea dari Jepang. Memang sih sudah biasa drama Jepang diadaptasi lagi seperti Hana Yori Dango yang dibuat jadi versi Korea dan Taiwan yang malah lebih dulu munculnya. Masing-masing versi punya kelebihan dan kekurangan, tapi semuanya bisa kuterima, tapi kalau Proposal Daisakusen menurutku tetap yang terbaik. Jadi akhirnya bagiku drama Operation Proposal ini masuk kategori ketiga, pemain oke tapi cerita tidak oke.

Adegan Operation Proposal


Adegan Proposal Daisakusen


Dinner Mate
Nah ini, aku suka banget drama ini. Tapi sayang masih on going. Saat aku menulis ini baru setengah perjalanan, masih ada setengahnya lagi yang harus ditunggu setiap minggunya. Aku suka karena ceritanya menarik, tentang dua orang yang capek dengan urusan cinta dan kemudian berteman. Sebagai dua orang asing yang berbagi tapi tidak sampai harus kepo lebih jauh dengan urusan pribadi masing-masing, hanya sebatas teman makan malam. Selama makan, tidak harus jaim dengan makanan yang tidak disuka dan semuanya dijalani dengan mengalir saja. Yah... tapi udah tau lah ya, pasti nanti muncul perasaan lain, lebih dari teman sebagaimana biasanya drama Korea, tapi disajikan dengan menarik, bagiku malah membuat aku jadi tambah suka.

Drama ini masuk kategori... pemain oke dan cerita juga oke, dan sepertinya aku bakal bertahan sampai akhir nontonnya. Pemainnya Seo Ji Hye yang jadi Seo Dan di Crash Landing on You dan Song Seung Heon yang main di Endless Love. Usia terpaut lumayan jauh, tapi penampilan Song Seung Heon benar-benar masih keren di usia 40 an. Ngeliat karakter Song Seung Heon sebagai psikiater di sini membuat aku jadi mikir, aku nggak akan pernah bisa seandainya jadi psikiater, menghadapi semua masalah pasien, karena aku pasti akan jadi ikut gila. Tapi psikiater adalah orang yang paling mengerti dengan permasalahan semua orang, jadi bayangkan seorang wanita memiliki hubungan dengan seorang psikiater yang selalu maklum dengan apa yang terjadi padanya. Nggak pake marah-marahan misalnya gara-gara mantan yang mengganggu, semuanya bisa dimaklumi... Sudah mapan, dewasa, pengertian, ganteng lagi... *single available pasti*... coba di mana nyari pasangan yang seperti ini, kira-kira biro jodoh punya nggak ya stok yang kek gini, satu gitu.... gak usah banyak-banyak... 😅

Kasih kartu nama setelah sekian lama sering makan malam



Dan tau nggak sih, ternyata selama 3 bulan ini, perolehan nonton Film dan Drama Korea selama aku di rumah, jumlahnya memecahkan rekor sebanyak 25 judul... 😱 Ha ha ha... Memang sih, beberapa tidak habis ditonton *juga tidak semuanya diulas di blog*, tapi ini kan luar biasa... dan sepertinya jumlah ini akan terus bertambah... 😎 walau waktuku sekarang setelah New Normal tidak sebanyak seperti WFH kemarin...


Mau masuk bulan ketiga "Stay at Home" dan "Work from Home", sudah mati gaya di rumah, sudah kehabisan ide mau ngapain ngisi waktu, Puasa sudah lewat dan lebaran juga sudah hari ke sekian. Baru tahun ini libur lebaran nggak ada bedanya dengan hari-hari biasa yang tidak libur. Masih di rumah saja, nggak bisa ke mana-mana tapi walau bosan maksimal, Alhamdulillah masih diberi nikmat kesehatan dan baik-baik saja. Tetap menjaga kesehatan, cuci tangan terus sampai tangan jadi kering, untung sudah beli banyak hand cream di Myeongdong.

Jadi tulisan ini menyambung tulisan sebelumnya yang membahas mengenai tontonanku selama masa karantina. Kali ini bukan cuma drama Korea yang kutonton tapi film-filmnya juga sekalian. Kenapa film juga, karena setelah punya pengalaman tersiksa nonton marathon drama sebanyak 51 Episode rasanya agak trauma mau nonton drama dengan durasi yang panjang-panjang lagi. Review ini bersifat sangattttt subjektif dari sisi penilaianku, dan mengandung spoiler yang disarankan tidak dibaca kalau ada yang pengen nonton drama atau filmnya. Reviewnya juga ngasal, bukan cuma soal pemain, dan cerita, tapi berantai ke hal-hal lain. Berikut drama-drama dan film-filmnya:

1. Empress Ki
Masih dalam rangka JCW mania, kali ini aku niat pengen nonton Empress Ki. Sebelum nonton, mempersiapkan mental dulu, karena ini settingnya jaman dulu, penuh intrik, ngebahas juga perang-perangan dan durasinya super panjang. Ada 51 episode dengan satu episode kurang lebih 1 jam. Kalau dibabat habis tanpa tidur dan tanpa diselingi kerjaan lain, bisa lebih dua hari, dan aku menghabiskan waktu menontonnya, start dari Hari Minggu pagi kemudian finish Hari Rabu siang.... Luar biasa ya... rasa lelahnya setelah nonton ini sama seperti saat aku balik dari Korea beberapa bulan lalu. Bawaannya ngantuk mulu, capek pake banget. Hari pertama Minggu, nontonnya setelah sahur, diselingi kerjaan-kerjaan rutin di rumah, malamnya tidur jam setengah 2 sebelum bangun lagi untuk sahur. Senin lanjut lagi sambil juga tetap ngerjain kerjaan-kerjaan harian, malamnya tepar tertidur jam 9. Hari Selasa kembali gila, lebih memilih lanjut nonton daripada tidur karena penasaran, kali ini lebih hebat lagi, tidurnya cuma satu jam sebelum terbangun sahur gara-gara dibantu bocah-bocah pembangun sahur yang lewat di depan rumah. Kata Elsa, mukaku sudah sembab kayak Zombi saat dia lihat aku, di tengah malam masih nonton 😱. Setelah selesai nontonnya rasanya lega luar biasa, tidur jadi nyenyak... tapiiii... walau begitu, effort yang harus dikorbankan sesuai dengan nilai dramanya.... kerennnn... drama dengan isi yang padat, kalau dibanding dengan drama-drama lainnya Empress Ki ini jauh lebih banyak persoalan yang dibahas. Yah karena aku tidak nonton drama yang lebih panjang lagi seperti Dong Yi maka bagiku Empress Ki ini yang terpadat masalahnya. Kalau bukan karena Corona, aku nggak akan punya waktu nonton drama ini, walaupun masih maksa nonton di waktu normal, pasti akan makan waktu berminggu-minggu.

Okeh, sekarang baru bahas isi dramanya. 3 pemain utamanya adalah Ha Ji Won, Joo Jin Mo dan Ji Chang Wook, btw... Joo Jin Mo sang Raja Goryeo ini yang main jadi mas produser ganteng di 200 Pounds Beauty. Ji Chang Wook di sini namanya nomor 3, jadi pertama kali ngeliatnya aku mikirnya dia adalah second lead male, tapi... *siap-siap spoiler* menurutku porsi pemain kedua pemain cowok di sini berimbang, sementara Ha Ji Won sebagai pemain utama cewek tentu saja memiliki porsi yang paling besar. Setelah ngeliat Ji Chang Wook di Healer dan K2 yang tiap beberapa menit gebukin orang, di Empress Ki ini agak kaget ngeliat karakter yang dimainkannya. Tapi itulah hebatnya dia, dengan ubah gaya poni, pasang tampang bloon, ubah gaya pakaian... jadilah dia orang lain lagi. Karakter Kaisar Ta hwan dari Yuan (China) yang dimainkannya pada awalnya adalah Kaisar yang cengeng dan cuma nyusahin orang-orang, tapi seiring waktu berjalan dia menjadi Kaisar yang lebih pintar, berani dan tegas dengan dibantu oleh kehebatan Seung Nyang (karakter Ha Ji Won) yang mulanya adalah penyelamatnya di Goryeo, tawanan di Yuan, pelayan, selir dan akhirnya nanti jadi permaisurinya.

Geser dikit dari bahasan Empress Ki, aku dari dulu memang suka cerita yang diangkat dari sejarah. Jadi ingat jaman dulu ada sandiwara radio yang judulnya Tutur Tinular *saking tuanya aku* yang diangkat dari cerita  jaman masa Kerajaan Singhasari dan Majapahit, nama tokoh utamanya Arya Kamandanu. Kemudian dari sandiwara radio lanjut diangkat jadi film. Aku suka baca dulu di Pelajaran Sejarah mengenai cerita ini walau saat dengar di radio banyak hal-hal yang diubah dan disesuaikan termasuk beberapa tokoh tambahan. Nah sama seperti Empress Ki ini, *spoiler lagi*... saat Seung Nyang yang waktu itu masih selir dan Kaisar punya anak yang namanya Ayushiridara, otomatis aku langsung buka wikipedia karena penasaran, dibanding Ayushiridara dan Pangeran Maha (anak Kaisar dari Permaisuri) siapa yang bakal jadi Kaisar berikutnya... hahaha... *kepo kumat*

Dibanding dengan drama Korea dengan latar belakang jaman dulu lainnya, Empress Ki ini super banyak persoalan. Satu persoalan selesai, muncul persoalan lainnya. Adegan perang mereka juga dikisahkan dengan detail. Tokoh jahatnya amit-amit banyak bener, sampe-sampe aku mikir kalau memang ada yang seperti ini, kok mereka gak takut ya sama neraka... hahaha... Yang teman bisa jadi lawan, yang lawan bisa jadi teman, tergantung siapa yang akan menguntungkan. Koalisi politik berubah terus, perdana mentri digulingkan, oleh Seung Nyang yang satu tim sama ibu suri, eh habis itu ibu suri ke tim lain lagi untuk gantian musuhin Seung Nyang... Nggak ada tokoh super baik di sini seperti  di sinetron hidayah yang ngomong saja santuy dan pelan, yang disakitin terus tetapi selalu memaafkan... "Iya, saya maafkan... kita semua bersaudara" 😇😪... semua tokoh baik di drama Empress Ki ini harus kudu seterong menghadapi semua masalah. Tapi kalau tokoh jahatnya persis seperti di sinetron hidayah yang jahatnya Nauzubillah.... "Dia tidak tau, kalau minumannya sudah kuberi racun!!" *istri kedua ngomong dalam hati* 😅😎... *aku bukan penggemar sinetron hidayah ya, ini cuma dialog gak sengaja terdengar karena di rumah ada yang suka nonton...* 😁

Jadi, drama Empress Ki ini terbagi menjadi beberapa bagian. Bagian awal sekitar episode 1 sampai 10 rasanya, menceritakan Karakter Ji Chang Wook yang ke Goryeo (Korea) untuk diasingkan oleh Perdana Mentri Yuan yang super jahat dan berkuasa. Sang perdana mentri punya 3 anak, 2 laki-laki 1 perempuan, semuanya jahat... mungkin kalau perdana mentri punya anak keempat, bisa dipastikan masih jahat juga, saking jahatnya keluarga ini.... sementara Kaisar saat ini, adiknya Ta Hwan sakit-sakitan di Yuan. Ta Hwan sengaja dikirim ke Goryeo untuk dibunuh, jadi maksudnya si Perdana mentri, kalau Kaisar meninggal karena sakit, sementara kakaknya terbunuh kan jadi dia berkuasa penuh. Raja Goryeo Wang Yoo dan tim, termasuk Seung Nyang yang menyamar jadi cowok, mati-matian melindungi Ta Hwan agar tidak dibunuh, karena bisa gawat kalau kakak kaisar meninggal di tanah Goryeo, mereka bisa disalahkan. Goryeo saat ini adalah kerajaan kecil dibawah dinasti Yuan. Singkat cerita, Kaisar meninggal dan Ta Hwan berhasil dilindungi dan jadi Kaisar, tapiiii Raja Goryeo dan tim tetap salah dan dinilai mau mencelakakan Ta Hwan dan diangkut semua ke Yuan tanpa sepengetahuan Ta Hwan. Karena Ta Hwan takut sama perdana mentri, dia tidak membela tim Wang Yoo, makanya Seung Nyang benci banget sama dia.

Terus beberapa episode kemudian, di Yuan, Seung Nyang jadi musuri, pelayan yang paling rendah di istana. Sementara para cowok dari Goryeo ikut tim Jendral Bayan ikut perang di daerah lain. Kaisar Ta Hwan punya permaisuri yang merupakan anak Perdana Mentri, dan satu selir dari Goryeo. Seung Nyang dari musuri naik pangkat jadi pelayan istana karena berhasil bantu selir Kaisar. Tokoh jahat lain di istana adalah ibu suri, tapi karena Seung Nyang belum terasa mengancam, jadi ibu suri mulanya musuhin permaisuri dulu. Terus nanti ibu suri menjatuhkan permaisuri dibantu Seung Nyang yang sudah jadi selir, eh kemudian karena dianggap Seung Nyang terlalu dominan, dia nyari permaisuri lain untuk koalisi melawan Seung Nyang.... ah cape deh.... rempong pokoknya... masalah para wanita di lingkungan istana. Kalau masalah lainnya, sementara Raja Goryeo Wang Yoo yang digulingkan, sibuk disuruh perang dan kerja keras mengatur strategi, Kaisar sibuk caper dengan Seung Nyang...😕. Salah satu adegan awal pertemuan kembali di Istana Yuan antara Kaisar dan Seung Nyang adalah saat Seung Nyang sedang menjemur kain-kain putih. Adegan ini menarik bagiku, karena aku selalu nggak paham kenapa yang dijemur selalu kain-kain polos di drama Saeguk. Di drama lain, kain-kainnya malah berwarna-warni. Aku sendiri menyaksikan secara langsung properti untuk turis berupa jemuran kain-kain warna-warni seperti di Drama Saeguk saat mengunjungi Namsangol Hanok Village. Tapi emang sih secara visual, adegan dengan slow motion tatap-tatapan dengan latar belakang kain yang bergerak-gerak diterbangkan angin, manis banget kali ya, mungkin fungsi jemurannya untuk itu... *sok tau*

Saat Wang Yoo selesai perang dan ke istana Yuan, Kaisar gantian sibuk baper ngeliat Wang Yoo dan Seung Nyang. Wang Yoo ini diidolakan para cewek-cewek di istana Yuan, mulai dari pelayan sampai permaisuri pun ada suka sama dia. Kaisar super cemburu sama Wang Yoo, katanya Wang Yoo sok keren dengan gayanya yang menaruh tangan di belakang badan, dan dia juga hitam *udah body shaming ni Kaisar 😅*. Satu kutipan dialog Wang Yoo yang kusuka adalah dia pernah bilang "Laki-laki tidak menangis karena dirinya, tapi karena orang lain". Saking cemburunya Kaisar sama Wang Yoo, dia sampai menantang bikin pertandingan bola yang dianggapnya sebagai pertandingan Yuan melawan Goryeo dengan Seung Nyang sebagai pialanya. Kaisar mengancam timnya harus menang 💪, kalau tidak dia akan memenjarakan istri dan anak-anak mereka, untung Gol Ta pelayan pribadinya mengingatkan kalau mereka tidak punya istri dan anak-anak.😅. Ngomong soal pelayan, para pelayan di istana harus tunduk sama Kaisar, numpahin air sedikit atau bicara terlalu keras mereka langsung sujud dan bilang "Hamba pantas mati Yang Mulia" padahal belum tentu juga Kaisar marah atas kesalahan mereka. Trus kalau Kaisar baik sedikit sama mereka atau ada hal yang menyenangkan, ucapan mereka ke Kaisar adalah "Anugrah Yang Mulia sungguh berlimpah" sambil menunduk.

Memang sih tokoh jahatnya satu demi satu akhirnya pada mati, ada yang digantung, diracun, ditusuk pedang, tapi minta ampun sampai mau habis, masih ada tokoh jahat yang muncul. Untuk drama 51 episode, nonton 4 hari 3 malam, tidak akan cukup diceritakan dalam satu tulisan di blog. Sebenarnya sih aku nggak peduli kalau perdana mentri, permaisuri, ibu suri, jendralnya jahat semua. Cuma aku menyayangkan penulis di episode akhir membuat... *spoiler lagi* pelayan terdekat Kaisar yaitu Gol Ta ternyata juga jahat. Apa ini udah kehabisan ide ya, siapa lagi yang mau dibuat jadi jahat kalau semua udah pada mati,... Kenapa aku menyayangkan hal ini, walau sebenarnya karakter Kaisar juga tidak sepenuhnya orang baik, karena aku sudah suka melihat loyalitas para pelayan pribadi terdekat raja setia sampai akhir, ... seperti pelayannya Raja Lee Hwon di drama The Moon that Embraces the Sun. Lagian yang main sebagai Gol Ta ini aktor yang nyebelin main di Descendant of the Sun, yang sibuk nyari permata di reruntuhan gempa bumi. Aku udah kepalang mengganti mindset kalau si aktor nih ternyata bisa juga jadi tokoh baik pada 40an episode sebelumnya... super baik dan setia serta lucu meladeni segala tingkah laku tidak masuk akal sang Kaisar. Tapi udahlah ya, terserah writter nim...

Selain Empress Ki, drama Korea kolosal yang pernah aku tonton dan agak mirip dari segi line story adalah The Moon that Embraces the Sun serta Queen, Love and War. Tiga-tiganya temanya kerajaan, persaingan kandidat permaisuri/selir, perebutan tahta, selalu memiliki banyak pelayan dan pengawal yang mengiringi keluarga kerajaan, dan pasti mertua si raja/kaisar adalah orang jahat. Trus pada umumnya drama Korea menentukan pendamping raja berdasarkan klan. Biasanya yang terkuat adalah klan ibu suri, selain menteri A,B dan lainnya. Keluarga permaisuri lama, akan berusaha agar calon dari keluarga mereka akan kembali menjadi permaisuri, agar klan mereka semakin kuat di istana. Nah ini yang lucu, mereka tidak merasa sekeluarga dengan raja. Bukannya kalau misalnya keponakan ibu suri yang jadi calon istri, artinya kan dia sepupu raja. Raja seolah-olah dianggap berdiri sendiri sementara orang-orang disekelilingnya berebut mencari tempat terbaik.😕  Kalau Raja di The Moon that Embraces the Sun terkesan susah dibunuh karena punya pelayan setia dan pengawal yang jago pedang, nah si Kaisar di Empress Ki ini lemah banget, orang-orang disekelilingnya nggak ada yang benar-benar bisa diandalkan selain Seung Nyang, eh sebenarnya ada satu sih tokoh idola cewek cewek yaitu Tal Tal lupa dibahas... Tapi dibanding 2 drama tadi, Empress Ki jauh lebih berbobot dari soal cerita, pasti biaya pembuatannya sangat mahal. Pemainnya banyak, yang cuma muncul dikit-dikit saja bisa aku kenali main di drama lain. Dan yang bikin aku betah nontonnya adalah karena pakaian mereka bagus-bagus. Kalau Kerajaan Goryeo kan pakaiannya sudah bisa dikenali, kalau raja pasti jubah merah, putra mahkota jubah biru, kasim pakai baju hijau, pengawal pakai topi ada bulu burungnya, bangsawan pakai topi lebar, dan permaisuri bajunya lebih ribet dibanding hanbok biasa. Nah di Empress Ki ini baju Kaisar dan permaisurinya ganti-ganti terus. Kelihatan khas dan keren menurutku. Pakaian raja, permaisuri dan ibu suri selalu berwarna cerah, ungu, orange, kuning, hijau, dan merah. Sementara baju pelayannya ada warna-warnanya sebagai pembeda, sesuai level dan tingkatannya. Kalau dilihat dari Istana juga interiornya, Drama Empress Ki di Yuan ini terlihat lebih luas dibanding drama dengan setting di Goryeo.

Kesimpulan dari cerita 3 tokoh utama di Empress Ki adalah persaingan antara Wang Yoo dan Kaisar Ta Hwan mendapatkan cinta Seung Nyang. Kalau Wang Yoo karakternya kuat, karismatik dan pekerja keras, Kaisar Ta Hwan justru sebaliknya sangat kekanakan dan lemah walau akhirnya mengalami peningkatan karakter di akhir cerita. Btw karakter Kaisar Ta Hwan ini menurutku agak-agak mirip Tao Ming Tse karena  kebucinannya ke Seung Nyang. Tapi tema besarnya dari drama ini tentu saja sesuai judulnya, mengenai kehebatan Seung Nyang yang perjalanan hidupnya dari yang bukan siapa-siapa sampai bisa menjadi Permaisuri di Yuan walaupun dia berasal dari Goryeo.

Aduh udah ya, capek nulisnya, berhubung judulnya bukan Empress Ki, masih mau lanjut bahas cerita yang lain...



2. Secret Mother
Saking lelahnya nonton Empress Ki, butuh waktu bagiku untuk bisa nonton drama lain. Masih di Bulan Puasa, aku lanjut nonton Secret Mother 16 episode. Ini masih normal ya, bisa dihabiskan 2 hari tanpa terburu-buru dengan jam tidur juga normal. Ini bukan drama dengan fokus cinta-cintaan... fokusnya ke keluarga dan juga sedikit thriller. Aku nonton ini karena dapat jaminan akting dari pemain-pemainnya ada Song Yoon Ah dan Kim So Yeon yang main jadi cewek jahat di All About Eve.

Intinya ada ibu rumah tangga mantan psikiater yang mengalami trauma kehilangan putrinya, dia berteman dengan 3 ibu-ibu komplek rempong dan seperti umumnya ibu-ibu lainnya juga hobi ngegibah dan bersaing soal prestasi anak. Mereka berusaha mendapatkan pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Yang luar biasa, 3 dari 4 suami ibu-ibu ini, mereka pernah selingkuh, hanya satu yang tidak selingkuh, tapi yang tidak selingkuh ini hutangnya banyak...😅. Song Yoon Ah karena dinilai oleh suaminya terlalu kelelahan mengasuh putra mereka akhirnya mempekerjakan seorang guru privat yang jadi bahan gibah ibu-ibu lainnya. Di sinilah letak sedikit misterinya, si guru privat Kim So Yeon sengaja memilih Song Yoon Ah, karena kakaknya menghilang setelah dulu konsultasi pada seorang psikiater yaitu Song Yoon Ah ini. Sementara Song Yoon Ah masih penasaran dengan putrinya yang meninggal karena kecelakaaan. Peristiwa kecelakaan itu, memiliki hubungan dengan kakak si guru privat ternyata. Adegan pertama sudah disuguhi adegan flash back sang guru privat terlempar dari atap ke kolam renang sebuah hotel. Sisanya yah... seperti drama sejenis, penonton sibuk mikir siapa nih yang ngelempar,... ibu 1, ibu 2, ibu 3, ibu 4, si suamik atau siapa sih... juga siapa yang sebenarnya membunuh putrinya Song Yoon Ah, cuma sayang... karena aku terlalu kepo, nyari informasi sinopsis kebaca spoiler, siapa yang ngebunuh putri ibu psikiater ternyata adalah.... *banting tv*😈 gak seru lagi,... tapi udahlah ya, teteup bertahan nonton sampai habis juga...

3. Confidential Assignment
Kalau yang ini film durasi 2 jam, yang main Hyun Bin. Aku baru tahu selain Crash Landing on You, ternyata Hyun Bin sudah pernah bermain sebagai tentara Korea Utara sebelumnya. Ceritanya kurang lebih seperti Rush Hour, Hyun Bin diawasi oleh seorang polisi Korea Selatan supaya tidak mengganggu penyelidikan. Hyun Bin nya adalah Jackie Chan, sementara sang polisi Korea Selatannya Chris Tucker, kira-kira begitulah...

4. Rampant
Nah kalau rampant ini film Train to Busan tapi di jaman Joseon. Jadi ceritanya Hyun Bin adalah seorang pangeran, menghadapi kerajaannya yang diserang zombi akibat ulah Jang Dong Gun yang pengen mengambil alih kekuasaan. Gak banyak yang bisa dibahas, intinya film ini bahas zombi di jaman dulu.

5. Fabricated City
Ini sih gara-gara aku ngeliat bakal ditayangin di TV nasional pas lebaran. Ada Train to Busan dan 200 Pounds Beauty juga, kelihatannya bagus nih film. Yang main Ji Chang Wook yang jadi seorang pengangguran tapi lihai main game. Dia dituduh melakukan kejahatan yang akhirnya berusaha membela diri dibantu oleh teman-teman sesama hobi main game. Adegan kehidupan di penjara selalu serem bagiku, walau di film ini tidak sekompleks masalah seperti adegan di Film Shawshank Redemption. Aku juga pernah baca buku Shidney Sheldon "If Tommorow Comes" yang juga ada membahas kehidupan penjara wanita. Kerasnya kehidupan di penjara lebih berat dibanding kehidupan di luar penjara. mereka harus bisa bertahan sampai masa hukuman berakhir atau akhirnya melarikan diri. Tapi fokus film ini bukan di adegan penjaranya, fokusnya lebih ke usahanya tokoh Ji Chang Wook membuktikan dia tidak bersalah.



Next Project aku seharusnya nonton The World of the Merried. Tapi karena sudah terlalu heboh dan terlalu banyak dapat spoiler jadinya malas. Nanti-nantilah nontonnya kalau sudah ada minat. Itaewon Class juga nanti saja nontonnya, belum pengen lanjut nonton nih drama. Sudah mencoba nonton 2 episode ternyata masih juga belum dapat feelnya.

Okeh, ngegabut di rumah entah sampai kapan selesainya, nonton drakornya juga sepertinya akan lanjut terus...


Tahun 2020 ini adalah tahun yang benar-benar prihatin. Siapa yang sangka kalau dunia akan menghadapi Pandemi Virus yang tidak main-main. Semoga Wabah Corona ini cepat berakhir, dan dunia kembali bisa seperti semula.... ,aminn... Aku sekarang nggak mau bahas soal Coronanya, karena aku awam, aku cuma warga negara biasa yang patuh dan taat dengan aturan yang sudah ditetapkan. Aku cuma berharap nanti suatu saat, aku akan membaca kembali tulisan ini, saat masa yang tidak diinginkan oleh siapapun ini sudah berhasil dilewati.

Nggak mau melow-melow, aku cuma pengen mencatat kegiatan selama "Stay at Home" dan "Work From Home" di blog yang sepi pembaca ini. Berhubung Vlogku di youtube kontennya murni travel, maka untuk Hobi nonton Drakor ini ditulis di Blog saja. Trus apa kerjaannya selama di rumah,.... yah aktifitas biasa di rumah, ditambah aktifitas wajib, mengajar dan membimbing mahasiswa secara online. Kemudian untuk bertahan hidup untuk mengatasi kebosanan, jadi rajin nonton Drama Korea secara Marathon. Seperti yang sudah pernah kutulis, aku memang suka nonton Drakor, tapi aku tidak akan mencari, hanya menerima saja masukan dari sana sini, rekomendasi drama apa yang bagus. Kalau setelah dibaca sinopsisnya dan pemainnya aku oke, maka aku akan nonton.... masalahnya... selama ini yang namanya Drakor itu pasti jumlah episodenya banyak, minimal 16, dan aku selalu kesulitan untuk nonton, karena alasan tidak punya waktu. Yang bikin tersiksa itu, kalau aku sudah semangat nonton, tapi pulang ke rumah sudah malam, jadi bisa nontonnya paling cuma beberapa episode. Aku nggak mau bergadang, karena biasanya kalau bergadang besoknya aku pusing dan tidak konsen seharian. Jadiiii... satu drama kuhabiskan minimal 4 hari, untuk aku yang suka penasaran, ini serius nyiksa, karena aku juga tidak suka dikasih spoiler atau ngintip sedikit bagian akhir untuk tahu ending ceritanya. So... kesimpulannya dengan aku gabut di rumah saja, masalahku yang tidak punya waktu,.... sekarang!!!! bukan lagih.... waktu bukan masalah lagi.... mau marathon nonton sehari semalam nggak masalah, sampe-sampe mandi, makan dan sholat kadang jadi telat..... haha....

Balik dulu ke masalah Corona, Virus ini bikin hobi nomor satuku yaitu traveling jadi stop dulu. Yah emang iya sih aku cuma jalan-jalan akhir tahun, tapi kan niatnya harus dari awal tahun. Setelah dari Jepang dua tahun lalu dan Korea tahun kemarin, tahun ini pengennya Ibadah Umroh. Tapi mau bagaimana lagi, keadaan jadi begini ditambah tabungan juga masih sedikit, sepertinya niat Umroh akan semakin tertunda. Selain Umroh sebenarnya gatal juga mau nambah ke mana gitu, Eropa kek.... tapi duitnya Mak, kagak ada.... waktu yang disediakan juga harus banyak kalau mau ke Eropa, paling sedikit aku maunya sebulan supaya bisa keliling. Tapiiii. yah aku liburnya akhir tahun cuma dapat dua minggu. Kalau sekarang sih bukan libur, tau sendiri, .....kita sekarang sudah hampir sebulan disuruh di rumah saja, bukan disuruh pecicilan kemana-mana... Mau ke Eropa, nanti dulu... ngeri ngeliat data negara yang terjangkit Corona yang paling banyak didominasi negara-negara Eropa...

Jadi sesuai judul, muter lagi ngomongin Drakor. Aku ke Korea Desember kemarin merasa sudah banyak mendatangi lokasi yang pernah dipakai di Drama-drama Korea. Diantaranya ke Ihwa Mural Village, ada lokasi Drama Ecounter, tangga yang dilukis ikan dan bunga (yang sudah dihapus) dan rumah yang dipakai di Drama Strong Girl Do Bong Soon dan Doctors. Dan sekarang saat aku nonton drama-drama lain, aku bisa senyum-senyum sendiri ketika ngeliat suatu lokasi yang sudah pernah aku datangi. Misalnya Istana Changdeokgung dan Namsan Tower di Rooftop Prince, serta Bukhon Hanok Village di Personal Taste.

Rumah di Ihwa Mural Village


Drama Doctorsnya Park Shin Hye


Drama Strong Girl Do Bong Soon, cuma kali ini cat rumahnya beda


Selain ngeliatin lokasi-lokasi yang pernah aku datangi di Korea selama menonton Drakor, aku juga mendapati bahwa beberapa drama pernah menggunakan properti baju yang sama. Ini gak sengaja aku sadari saat ngeliat baju hijau yang dipakai Lee Min Ho di Personal Taste, pernah aku lihat dipakai Siwon di Oh My Lady. Selain baju, lokasi rumah juga kadang dipakai lebih dari satu Drama, seperti rumah yang aku datangi di atas dan satu lagi rumah yang dipakai di Rooftop Prince yaitu Rumah Neneknya Yong Tae Yong ternyata juga dipakai di Drama K2 sebagai rumahnya Choi Yoo Jin.

Siwon di Oh My Lady


Lee Min Ho di Personal Taste


Adegan Drama Rooftop Prince


Adegan di The K2


Trusss... Drama apa saja yang kutonton sampai saat ini selama "Stay at Home"? lumayan banyak ternyata... Dimulai dari Search WWW dan dilanjutkan dengan Angel Last Mission Love yang sengaja ku copy dari Ceha sebelum "Acara di rumah saja" dimulai. Sudah sok-sok an ngasih Hardisk Eksternal buat ngopi banyak drama, eh ternyata yang ditonton cuma dua itu, dan tidak selesai lagi dua-duanya. Search WWW bercerita tentang seseorang yang bekerja di Kantor semacam Google yang kemudian pindah ke kantor saingannya. Dari segi konsep, oke sih menurutku.... pusat cerita bukan romancenya, tapi lebih kepada kehidupan di dunia kerja bagi seorang wanita dewasa, konflik pekerjaan dan hubungan, baik dengan teman maupun musuhnya..... cumaaaa.... kok aku bosan ya, beberapa konflik bagiku seharusnya bisa diselesaikan bukan dengan cara begitu, rasanya aku banyak tidak sependapat dengan si penulis cerita.... hahaha... ini susahnya kalau penonton punya jiwa penulis gagal, jadinya banyak ngoceh selama nonton, akhirnya stop nggak lanjut lagi, cuma sempat ngintip sedikit endingnya karena penasaran. Sedangkan untuk Angel Last Mission Love, ceritanya fantasi. Emang sih aku sudah mempersiapkan diri dengan jalan ceritanya yang pasti tidak akan masuk akal, tapi kok baru beberapa episode aku putuskan berhenti saja karena aku tidak tertarik dengan ceritanya.

Terus, akhirnya karena Drama-drama yang dicopy dihardisk tadi sinopsisnya tidak ada yang menarik bagiku, aku putuskan akan download sendiri saja. Nahan hati, senam jari nyari filenya untuk didownload ditengah serbuan iklan. Subscene nggak bisa dibuka, jadi nyari yang hardsub atau dari sumber lain. Pencarian drama yang akan ditonton dibagi menjadi beberapa bagian; 1. Drama yang sudah pernah kutonton dulu, tapi akan kulanjutkan lagi. 2. Drama yang pemainnya adalah pemain idolaku. 3. Drama dengan rating tinggi.... Dan inilah hasilnya: (kemungkinan spoiler ya tulisan di bawah)

1. Personal Taste
Drama lama yang sudah pernah kutonton satu episode dulu sekali, tapi tidak kulanjutkan karena aku tidak suka tokoh ceweknya.... loh... haha... padahal aku nggak tahu sama nama pemainnya, seingatku pernah main di drama apa, dan aku tidak suka. Luar biasa ya... i am shallow person. Tapi.... sekarang ditengah browsing-browsing ngegabut, ternyata pemain cewek di Personal Taste itu Son Ye Jin nya Crash Landing on You, yang tentu saja aku sangat oke dong buat nonton drama ini. Ternyata bener deh, "kamu akan mendengar apa yang kamu ingin dengar" dan juga "akan melihat apa yang ingin kamu lihat"... Jadi pelajarannya, aku seharusnya memperluas pandangan dan jangan berpikiran sempit. Dramanya lumayan oke, aku nontonnya sambil mengingat-ngingat lokasi Bukchon Hanok Village yang pernah kudatangi, termasuk Sanggojae yang sempat tidak sengaja kufoto. Nonton drama ini makan waktu dua hari, ditengah-tengah suasana dingin karena dua hari itu hujan lebat.

2. Rooftop Prince
Rooftop Prince juga sudah pernah kutonton dulu sekali, sebanyak satu episode. Aku berhenti nontonnya karena aku baru saja nonton The Moon that Embraces the Sun waktu itu, jadi masih terbayang-bayang suasana jaman Joseonnya, sementara Rooftop Prince ini episode awalnya juga di jaman Joseon dengan beberapa pemain yang juga main di The Moon that Embraces the Sun, jadi aku merasa kok sama, ujung-ujungnya jadi malas nonton. Sekarang setelah baca sinopsisnya lagi, sepertinya menarik, adegan di jaman Joseonnya hanya di episode awal dan akhir, sisanya di jaman sekarang. Lucu juga ngeliat Raja dan 3 pengikutnya kebingungan terlempar 300 tahun ke masa depan. Drama ini menyajikan tema bahwa reinkarnasi itu ada. Pemain ceweknya Han Ji Min, aku suka saat adegan dia masak Omurice, nanti kapan-kapan aku juga mau coba resepnya. Dibanding Personal Taste aku lebih suka drama ini, walaupun pemain cowoknya tidak secakep Lee Min Ho. Cuma.... di episode-episode akhir aku jadi seperti ikut uji kesabaran nonton drama ini, serasa nonton Sinetron Indosiar. Adegannya berbelit-belit, tokoh antagonisnya licik dan selalu bohong, tapi selalu bisa juga cari alasan. Salah satu adegan yang bikin aku jadi super sebel adalah saat Park Ha yang mencari ibunya menyimpan foto ibunya di amplop sedang bicara dengan seorang Nyonya kaya yang sebenarnya adalah ibunya. Nyonya itu mau lihat isi amplopnya, yang tentu saja kan... kalau dia lihat maka tahulah Park Ha kalau si nyonya itu ibunya, eh tau-tau.... jeng jeng... handphone si nyonya bunyi, dia gak jadi lihat isi amplop, episodenya jadi bisa nambah panjang lagi.... Tapi walau nonton sambil menggerutu, aku tetap menghabiskan drama ini karena sebenarnya ceritanya menarik.

3. Hyde Jekill and Me
Nonton drama ini alasannya cuma satu, karena Hyun Bin yang main. Dia jadi CEO Wonderland yang memiliki kepribadian ganda. Lawan mainnya Han Ji Min yang juga main di Rooftop Prince. Aku menghabiskan drama ini dengan kepala yang pusing, karena aku nggak cocok dengan cerita model kepribadian ganda seperti ini. Aku juga pernah membaca buku Sidney Sheldon tentang kepribadian ganda juga, dan ternyata otakku agak susah menerimanya, walau aku percaya alter itu ada. Kesamaan drama Rooftop Prince dan Hyde Jekill and Me adalah tokoh yang diperankan Han Ji Min sama-sama mengajak menikah di ujung cerita tapi kemudian ditinggalkan. Kalau di Rooftop Prince, dia menikah dengan Raja Joseonnya sebelum sang raja kembali ke 300 tahun yang lalu, sedangkan kalau di Hyde Jekill and Me, dia menikah dengan Robin, alternya Koo Seo Jin sebelum menghilang dan menjadi satu dengan pribadi aslinya.

4. Healer
Sebenarnya Healer ini sudah sering disebut orang-orang disekelilingku yang katanya bagus, tapi baru sekarang punya kesempatan nonton. Setelah nonton, magnetnya satu! Ji Chang Wook.... bodo amat sama cerita dan lain-lain, pokoknya terpesona ngeliat adegan baku hantam yang pemainnya super keren. Nontonnya di youtube karena makan hati mau download susah amat gagal terus. Ceritanya keren juga sesuai sinopsisnya. Park Min Young di sini berbeda sekali penampilannya seperti saat di Secretary Kim.

5. Melting Me Softly
Nah kalau yang ini sih udah jelas gara-gara Ji Chang Wook. Cuma setelah nonton, (walaupun habis juga nontonnya), aku agak kurang tertarik dari sisi cerita. Ceritanya tentang orang yang dibekukan kemudian bangun 20 tahun kemudian, yah.... semacam Kapten Amerika mungkin ya konsepnya. Setelah nonton sekali, aku nggak minat mau ngulang lagi.

6. The K2
Udahlah ya, ini juga gara-gara Ji Chang Wook awal sebenarnya. Semula malas sih nontonnya, karena sepertinya bakal sama seperti Healer, di sini pasangannya Ji Chang Wook adalah Yoona. Tapi setelah lihat lagi nama-nama pemainnya, ada satu yang ku tahu, Song Yoon Ah yang main di Hotelier. Drama favoritku sepanjang masa ada dua, yaitu All About Eve dan Hotelier. Nah Song Yoong Ah ini adalah idolaku selain Chae Rim. Jadi, aku putuskan aku akan nonton demi Song Yoong Ah, dan aku tidak menyesal saudara-saudara. Song Yoong Ah di sini berperan sebagai istri calon Presiden yang juga merupakan ibu tiri Yoona, sementara Ji Chang Wook adalah bodyguardnya. Karakter Song Yoong Ah di sini adalah antagonis, dia akan melakukan segala cara agar jalan suaminya menuju kursi Presiden mulus, termasuk menyembunyikan anak tirinya, sementara suaminya sendiri hanya bisa ikut apa kata dia. Tapi, walau antagonis, perannya sangat menarik, kita sebagai penonton mengerti kenapa dia seperti itu, dia kadang seperti evil berdarah dingin, tapi kadang-kadang menunjukkan sisi lemahnya sebagai manusia. Kalau lagi ketawa serem, tapi kalau lagi nangis kita juga ikut sedih. Menariknya lagi, aku merasa chemistry Ji Chang Wook lebih oke kalau dengan Song Yoon Ah dibanding Yoona, walau tentu saja umur mereka berbeda jauh. Ini drama action lama ya, jadi kalau baca-baca pendapat atau review orang-orang, ada yang sependapat, dan tentu saja ada yang tidak. Untuk dramanya, luar biasa.... dari sisi penyajian action dan ceritanya menurutku luar biasa. Adegan actionnya sangat banyak, ceritanya jauh lebih berisi dibanding Healer. Kalau yang sudah siap muak dengan intrik Politik, bisa nonton drama ini bagi yang belum nonton. Khusus untuk Ji Chang Wook yang perannya bernama Kim Je Ha, aksinya kerennn... Adegan di episode 3 saat dia dan Choi Yoo Jin (nama peran Song Yoon Ah) ngebut karena mobil mereka diretas disajikan dengan detail yang keren dan bikin deg degan. Mereka yang awalnya musuh akhirnya jadi teman, karena kata Choi Yoo Jin "Musuh dari musuhmu adalah temanmu"

Car Scene yang super keren


Di episode 5, ada adegan keren lagi saat Kim Je Ha menyelamatkan Choi Yoo Jin dari ruang rapat saat berada dalam "serangan" keluarga adik satu ayahnya yang ingin melengserkan dia dari perusahaan miliknya setelah menerima saham bibinya yang baru meninggal. Di sini adegan Kim Je Ha menerobos pertahanan 6 bodyguard untuk menyelamatkan Choi Yoo Jin menurutku sama kerennya seperti adegan Black Widow di Iron Man 2 saat menerobos gedung, menghajar orang-orang bersama Happy Hogan. Trus... setelah menghajar para bodyguard dia menjemput Choi Yoo Jin pakai payung yang sudah disiapkannya karena dia sudah membuat hujan lokal, gara-gara membakar kertas di toilet.... adegan termanis menurutku dari semua drama dan film yang pernah kutonton.

Bodyguard keren...


Umbrella scene


Di The K2 ini ada cermin milik Choi Yoo Jin yang merupakan bentuk Artificial Intelligence, bisa ditanya apa saja hanya dengan suara. Yah agak-agak mirip Jarvis, Veronica dan Fridaynya Tony Stark, walaupun tidak secanggih seperti di Film-film Marvel. Nah kok jadi banyak ngomongin film Marvel, okelah mungkin nanti aku juga bakal buat review film-film Marvel sebagai salah satu fans film-film Marvel, khususnya Thor... disela-sela kegabutan sekarang ini.

Next apalagi ya yang mau ditonton, "Stay at Home" nya diperpanjang lagi, jadi acara nonton Drakornya juga harus nambah lagi kali ya...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...