Judul postingan kali ini terinspirasi dari film Julia Roberts: Eat, Pray and Love. Dia makan di Italia, berdoa di India dan jatuh cinta di Indonesia. Nah kali ini saya dan Desi, my partner in crime menjalani perjalanan another "kucing beranak"... Tiga negara juga sih, tapi tidak seperti Julia Roberts, kami kena macet di Vietnam karena malam Natal, ketemu banyak salju di Korea karena perginya saat winter dan cuma numpang tidur di Taipei karena.... nanti ya cerita lengkapnya 😅😆...  Saya sudah pernah ke Korea dengan Transit di Vietnam empat tahun lalu, terus kenapa pergi lagi? Jawabannya ya karena Korea itu luas dan masih banyak tempat yang bisa dikunjungi. Kami tidak menggunakan tur karena saya cukup percaya diri dengan kemampuan jiwa tour guide yang saya miliki, didukung pangalaman traveling selama ini. Kalau ikut tur kami tidak akan bebas, pergi mandiri walau lebih capek dibanding ikut tur yang cuma duduk manis, kami lebih bisa explore ke tempat-tempat yang kami inginkan, terutama lokasi drama Korea yang pengen kami kunjungi. Desi tidak banyak keinginan, diantaranya hanya ingin piknik di tepi Sungai Han, kalau saya pengennya tambah satu negara lagi  untuk nambah jumlah negara yang dikunjungi menjadi 12 negara. Dari hasil berburu tiket didapatlah Taiwan sebagai negara transit lainnya. Memang menjadi lebih mahal jika pergi dan pulangnya beda rute dibanding membeli tiket pp, tapi kan jadinya bisa dapat tiga negara yang dikunjungi. Paspor Indonesia bebas visa ke Vietnam, kemudian setelah mendapat visa Korea maka akan bisa mengurus visa ROC untuk masuk Taiwan. Jadi diputuskan perginya lewat Ho Chi Minh dan pulangnya lewat Taipei dengan masing-masing waktu transit selama mungkin.


Perjalanan ini bagi saya adalah perjalanan semacam "syukuran" selesainya kuliah S3 saya. Alhamdulillah setelah bertahun-tahun menyandang gelar mahasiswa untuk kesekian kali, akhirnya saya selesai kuliah juga. Bayangin sekolah tidak selesai-selesai dari TK, SD.... sampai sekarang belajar melulu... 😭 Alhamdulillah, ini juga mungkin berkat doa saya umroh tahun 2022 lalu dan tentu saja dibarengi dengan usaha keras. Tapi yang jelas, disertasi itu bisa selesai kalau..... dikerjakan.... kalau cuma dilihati, ditangisi dan direnungkan maka tidak akan selesai-selesai 😂... Sidang Bulan Oktober dan wisuda Desember 2023. Banyak orang yang bilang liburan akhir tahun ini dalam rangka perayaan selesai kuliah, tapiiii sebenarnya tiket sudah dibeli jauh-jauh hari di pertengahan tahun, dan saking supaya jangan pergi masih galau, maka ngebut agar bisa segera sidang dan menyelesaikan urusan lain-lainnya dan Alhamdulillah akhirnya berhasil.... horee... (loncat dari Namsan Tower)...

Setelah tiket dibeli, di Bulan November ngurus visa Korea. Seperti biasa tabungan harus dipersiapkan dengan nominal yang cukup selama tiga bulan. Syukurlah setelah berhasil mendapat visa Korea selanjutnya mengurus visa ROC untuk masuk ke Taiwan. Jadi, visa ROC ini bisa diurus kalau kita memiliki visa negara-negara tertentu seperti US, Japan, Korea, New Zealand dan lain-lain serta harus sudah dipake. Prosesnya cukup sederhana, mengisi data-data yang diperlukan dan tak lama visanya sudah dikirim ke email. Untuk penginapan, di Ho Chi Minh saya tetap memfavoritkan lokasi di District 1 karena dengan waktu yang singkat kami bisa ke beberapa tempat, maka menginaplah kami di Hotel Edoya. Di Seoul saya mengulang kembali menginap di Chungmuro, namun hotelnya sudah berganti nama menjadi Golden Park. Yang susah itu di Taipei, karena kami sampai di Taipei tanggal 31 Desember saat malam tahun baru, tarif hotel-hotel di tempat strategis seperti di main station atau Menara 101 sudah menjadi sangat mahal. Masa, untuk menginap satu malam saja rate nya lebih dari satu setengah juta rupiah. Akhirnya diputuskan kami menggunakan airbnb yang posisinya dekat dengan bandara. Jadi rencananya setelah koper dari Korea diurus langsung  ke Jakarta, kami begitu tiba di Taipei hanya membawa tas kecil berisi pakaian ganti, untuk dibawa keliling Taipei. Maunya sih hanya ke Menara 101 dan makan mie sapi halal khas Taiwan, dan ini optimis bisa dilakukan karena kami datangnya siang jam 2 dari Korea. Kenyataannya, nanti diceritakan secara lengkap di part terakhir postingan ini.

Untuk urusan paket internet sudah setia pakai roaming telkomsel agar tidak repot ganti kartu di setiap negara. Roamingnya pakai paket Asia Australia yang sudah termasuk Korea, Vietnam dan Taiwan. Memang sih akibatnya batere cepat habis, makanya power bank dibawa ke mana-mana dan selalu dalam keadaan berisi. Uang ditukar di Palembang untuk Won Korea, sementara untuk Dong Vietnam dan Dolar Taiwan disiapkan dalam bentuk US Dolar. 30 USD untuk ke Ho Chi Minh dan 50 USD untuk ke Taipei. Ini sekitar 700 ribuan VND dan 1.500 NTD, perkiraannya cukup untuk masing-masing sehari di sana. Rate KRW saat ini 12,5 kemudian VND 0,65 dan NTD 500. Masalah koper, saya sudah menyiapkan koper ukuran 28 dan satu tas kain di luar koper, sementara Desi membawa koper ukuran 24 dan 20. Koper harus dipikirkan isinya karena bawaan kami memang terpaksa ekstra berat oleh pakaian musim dingin. Luar biasanya, tahun ini saya tidak membeli coat karena sudah banyak sejak dari Jepang dan Korea waktu itu. Jadi mohon maaf kalau foto saya coatnya kebanyakan sama dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya 😁.

Singkat cerita perjalanan dari tanggal 24 Desember 2023 sampai 1 Januari 2024 dimulai. Subuh-subuh sudah otw dari rumah menjemput Desi. Ini bukan saya kerajinan ya mau capek-capek menjemput Desi. Ini karena pengalaman sebelumnya saat umroh, saya dibuat senam jantung gara-gara Desi datang super telat ke Bandara. Jadi kali ini saya diantar ke bandara plus sekalian Desi juga supaya aman sentosa dan berjalan lancar perjalanan dari Palembang ke Jakarta. Trusss... kata siapa berjalan lancar, tentu tidak gaes... naik Super Air Jet saya sudah punya cerita. Bulan November, saya pernah pulang dari Jakarta ke Palembang pagi dengan jadwal pesawat jam 8, sampai di Soeta jam setengah 7 sudah dipanggil saat mau check in karena pesawatnya berangkat ke Palembang jam 7. Jadi terkacar-kacar kalau dalam Bahasa Palembangnya, saya lari-lari ke pesawat karena jadinya sudah telat 😅. Dan sekarang terulang lagi gaes, Pesawat kami ke Jakarta seharusnya jam 07.45, namun jadwalnya berubah jadi sejam lebih cepat atau mau yang sejam lebih lambat. Kalau mau yang lebih cepat jam 06.45 tidak terkejar lagi, jadi kami terpaksa ikut yang jam 08.45. Tuh kan waktu kami jadi lebih pendek di Soeta untuk lanjut ke penerbangan berikutnya ke Ho Chi Minh jam 14.40. Pindah terminal ke Terminal 3 mengingatkan saya dengan perjalanan umroh yang juga berangkat dari Terminal 3, cuma bedanya sekarang kami mengurus semuanya sendiri, tidak lagi diurusin orang. Setelah sukses check in untuk ke Ho Chi Minh dan Seoul dan koper besar dipastikan akan langsung ke Seoul, selanjutnya kami eksplore Terminal 3 Soeta dulu. Kami ketemu tumpukan buntelan kain yang sering dipakai sebagai background foto-foto kalau para cewek-cewek Indonesia mau berangkat ikut ajang Pageant Miss apa gitu, fotonya biasanya membawa bendera.

Ikut foto di sini akhirnya... 

Setelah makan kami menuju gate Vietnam Airlines ke Ho Chi Minh. Gatenya di Gate 1 saudara-saudara, gate paling ujung yang ditempuh jalan kaki, mungkin jauhnya sama seperti perjalanan sa'i bolak balik saat umroh 😓. Perjalanan ke Vietnam ini saya duduk terpisah dengan Desi, komposisi kursinya 3 3 karena jarak perjalanannya lumayan dekat. Saya duduk diantara dua bapak-bapak. Btw pisang ambon besar berwarna hijau yang selalu saya dapatkan saat 4 tahun lalu di semua pesawat Vietnam Airlines ternyata tahun ini dapat lagi. Karena saya sayang dengan makanan, maka saya usahakan habis dimakan, eh bapak sebelah ngeliat saya makan pisang jadi mau ngasih pisangnya dikiranya saya suka makan pisang 😀. Sampai di Ho Chi Minh sudah malam, setelah dari imigrasi kami mencari taksi. Saat itu malam natal, mbak di counter taksi ngasih harganya luar biasa mahal lebih dari 400.000 an VND, katanya sih karena bakal macet karena saat itu malam Natal. Saya ingat pernah ngeliat gojek di Vietnam, seingat saya namanya Goviet, maka Desi membuka Aplikasi Gojek dan syukurlah ada Gocar juga di Vietnam. Karea gopay kami tidak berlaku di sana, maka kami akan membayar dengan cash, harganya menjadi 200.000 an VND. Kalau dulu dari Aplikasi Klook saya menggunakan transportasi pribadi ke Hotel, namun sekarang sudah tidak ada lagi. Kami menunggu Gocar di antara tiang-tiang tempat mangkal petugas yang menawarkan transportasi ke Kota. Kata mereka Gocar nggak boleh menunggu di sana, maka jalanlah kami ke tempat lain. Komunikasi dengan sopir Gocar juga tidak lancar, akhirnya kami berinisiatif memfoto lokasi kami, plus selfie agar si bapak mudah mencari kami. Ternyata si bapak parkirnya agak jauh, dan dia turun mencari kami, untung ada foto kami jadi dia mudah mengenali kami. Perjalanan ke District 1 seharusnya kurang lebih 30 menit, namun jadinya molor karena macet di mana-mana. Samalah ya seperti Indonesia, crowded di mana-mana motor dan mobil bercampur jadi satu. Mana untuk menuju ke Hotel jalannya lumayan sempit, jadi kami harus menjadi manusia sabar ngelewati macet. Hari belum terlalu malam, masih cukup waktunya setelah sampai di Hotel Edoya, untuk mencari makan dan jalan-jalan seputar Hotel.

Sampai di Hotel Edoya, kami dikasih info kalau mereka ada rooftop di lantai 7 dan boleh dikunjungi secara gratis, jadi rencananya kami juga akan ke sana. Setelah meletakkan barang di kamar, kami menuju ke Tempat makan Halal Saigon dan lokasinya sangat dekat. Karena kami masih kenyang dari makan di pesawat, jadi kami hanya beli minum dan makanannya dibawa pulang saja untuk dimakan sarapan besok. Selanjutnya kami menuju ke suatu tempat seperti alun-alun. Tempatnya bisa melihat Sungai dan jembatan, serta di kejauhan bisa melihat Gedung Tinggi  Vincom Landmark 81. Tak jauh dari sana ada dermaga namanya Ga Tau yang pernah masuk di Vlognya Jerome Polin, dan juga ada gedung yang mirip tower Avenger. 

Di Halal Saigon

Bungkus makan untuk sarapan


Dermaga Ga Tau


Vincom Landmark 81 di kejauhan


Untuk menuju tempat-tempat di atas, kami harus berjuang menyeberang jalan yang super ramai. Mau cari Zebra Cross nggak tau di mana, jadi kami nekat nyeberang jalan sendiri. Luar biasa usaha kami untuk menyeberang jalan yang ramai karena malam Natal, kalau kami kena senggol motor kan tidak lucu jadinya. Untunglah akhirnya kami berhasil menyeberang jalan untuk pulang ke Hotel. Sempat mampir dulu ke mini market untuk membeli minum. Sebelum balik ke kamar, mampir dulu ke rooftop hotel untuk sekedar melihat Kota Ho Chi Minh saat malam.

Pemandangan dari rooftop Hotel Edoya


Balik ke kamar beberes sedikit, pagi-pagi besok sudah harus ke Bandara dan sudah memesan taksi sama resepsionis. Mungkin lain kali kalau saya ke Vietnam lagi bisa ke Hanoi untuk ke Halong Bay ngeliat gugus pulau dengan air laut berwarna tosca.

Lanjut ke part 2

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...