Untuk postingan kali ini mohon bersabar ya melihat muka saya, karena foto-fotonya banyak, sebab jadwal hari ini adalah jalan-jalan, haha... alias city tour kali ini Madinah... Selain itu, hari ini saya juga harus menghabiskan list oleh-oleh saya karena besok sudah akan pulang. Solat subuhnya kali ini datang ke Masjid saat mendekati azan, dapat tempat di luar tentu saja. Selesai solat kami masuk ke Masjid karena mau mengambil air zamzam, soalnya kan air minum yang di luar bukan air zamzam. Kalau saya lihat, interior di dalam Masjid Nabawi mirip dengan gaya Mesir dengan warna selang seling antara putih dan abu-abu. Saya sempatkan berfoto setelah mengambil air zamzam.


Solat di luar, masuk untuk mengambil air zamzam


City tour dimulai pagi-pagi setelah sarapan. Agendanya ke Masjid Quba, Jabal Uhud dan Kebun Kurma. Ustad Muthawif ada ide mengajak kami besok pagi sebelum ke Jeddah, untuk mengunjungi percetakan Al Quran dan Jabal Magnet untuk melihat unta, tapi kami harus bayar 25 riyal (SAR) karena ini bukan bagian dari agenda asli dari pihak tur. Menurut saya 25 riyal okelah ya karena kami juga akan mendapatkan mushaf Al Quran asli juga dari percetakan Al Quran. Ustad Muthawif kami ini ya super semangat mengajak kami kemana-mana termasuk belanja, dia nanti akan mengajak ke tempat belanja yang murah, kemudian dia juga baik, dia tahu keinginan para jemaah termasuk obsesi akan ayam Al Baik, semalam dia buka order kalau ada yang mau titip, akan dibelikan di gerai Al Baik di dekat Masjid Nabawi. Mau pesan Al Baik itu kabarnya susah kan ya, perempuan dan laki-laki dipisah, mana kabarnya juga ramai saat memesannya, saya dan Desi rencananya akan memberdayakan adik Desi untuk beli Al Baik lagi, tapi ternyata Ustad sudah duluan ngasih tawaran, jelas kami terima kan ya rezeki ini. Luar biasa emang nafsu belanja para ibu-ibu dari tur kami, semalam sudah belanja diajak Ustad Pak Haji, hari ini sore belanja lagi rencananya, saat tur nanti juga pasti belanja, besok sebelum pulang dipastikan belanja juga. Sepertinya acara shopping ini baru selesai kalau kami sudah naik ke pesawat... 😅 Berhubung saya semalam tidak ikut belanja lagi karena sudah capek dan mengibarkan bendera putih, maka hari ini tenaga saya sudah full di cas dan siap untuk belanja juga... 😎

Memang ternyata tepat sekali keputusan pihak tur menyusun jadwal ke Mekah dulu. Karena sekarang kami sudah santai, ibadah tetap jalan, tapi shopping juga jalan. Kelihatan sekali para jemaah yang baru datang di Madinah dan belum melaksanakan umroh, selalu berombongan dan properti mereka masih dipakai lengkap seperti syal untuk tanda khas tur masing-masing. Kalau saya syalnya sudah jadi hiasan tas selama di Madinah, hanya tinggal pakai lanyard ID Card saja... 

Perjalanan dimulai, tempat yang kami kunjungi pertama sama seperti standar tur travel umroh, yaitu Masjid Quba. Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad. Solat di dalam Masjid Quba, pahalanya sama dengan berumroh. Seperti biasa di segala tempat pasti ramai, saya masih mendapat tempat yang lumayan enak di dalam masjid untuk solat tahiyatul masjid dan dilanjutkan dengan solat dhuha.

Pemandangan di jalan


Perjalanan berikutnya kembali mengunjungi perbukitan. Jabal Uhud adalah salah satu tempat Rasulullah dulu berperang, perangnya juga sangat terkenal. Cuma sayang saya di sini tidak bisa fokus melihat-lihat tempatnya karena diganggu para penjual yang banyak menjual barang-barang murah sepanjang pinggir jalan menuju Jabal Uhud. Saya kali ini tidak bisa mengabaikan apa yang saya lihat, akhirnya lebih banyak belanjanya daripada melihat Jabal Uhudnya. Di sini murah-murah sekali barang-barangnya, uang riyal saya langsung menipis, uang Jokowi memang tidak ada lagi di dompet, sepertinya nanti di sekitar Masjid Nabawi harus mencari ATM, Desi juga mau ambil uang, jadi nanti dia akan transfer dulu, supaya saya ambilnya bisa sekaligus agar kena cas cuma sekali. Satu lagi tips selama di Jabal Uhud, jangan lupa bawa kacamata hitam dan payung kalau perlu, karena panas dan sangat silau sekali. November ternyata tidak dingin sama sekali, saya hanya merasakan satu kali hujan di Mekah, dan jaket saya cuma jadi pemberat di koper. Saya jadi menghitam walau sudah pakai sunblock, tapi tidak apa-apa... ini sebagai bukti bagi orang-orang kalau saya memang dari pantai, eh baru pulang umroh... 😁

Di Jabal Uhud

Perhentian selanjutnya ke kebun kelapa sawit eh kebun kurma. Selama ini saya kira kebun kurma yang selalu dikunjungi jemaah umroh itu cuma satu tempat, ternyata banyak pilihannya saudara-saudara. Satu tur bisa beda-beda kebun kurma yang didatangi. Kebun kurma yang dimaksud adalah toko yang menjual banyak sekali pilihan kurma, sementara dibelakangnya ada tempat khusus untuk sekedar duduk-duduk makan atau jajan karena banyak juga yang jualan makanan atau bahkan pakaian di sana. Di sana ada yang jual bakso, Desi beli tapi saya tidak mau karena harganya 20 riyal alias 80 ribu rupiah. Saya rasanya tidak rela mengeluarkan uang segitu untuk bakso. Di sana ada yang jual pacar untuk kuku, dan yang menarik cara dia menawarkan dagangannya dalam Bahasa Indonesia, "Ayo ayo yang tidak punya pacar, beli pacar... " loh... kok jadi begitu tawarannya... intinya yang jomblo jangan sedih, pakai saja pewarna kuku mungkin itu kali ya maksudnya... 😅 Tidak perlu bisa Bahasa Inggris selama di sana, karena semua dalam Bahasa Indonesia, tulisan tempatnya saja Berbahasa Indonesia, mungkin yang punya memang orang Indonesia. Kalau memang perlu penerjemah Bahasa Arab, tenang Ustad Muthawif sangat jago berbahasa arab. Saya pernah sok sok an nawar pakai Bahasa Inggris, dijawab Bahasa Indonesia sama penjualnya, kan saya jadi kecele atau cugak dalam Bahasa Palembang... 😂

Pohon Kurma


Saya dan teman baru saya


Siangnya kembali ke hotel dan solat di Masjid Nabawi lagi sebelum lanjut belanja di seputaran Masjid Nabawi. List oleh-oleh saya belum tercoret semua, baik yang emang dititip oleh orang-orang maupun benda-benda yang memang ingin saya cari. Sebenarnya saya ingin beli mukena, tapi tidak ada yang jual mukena di sana. Kemudian rencananya saya ingin cari abaya, pengen punya baju yang emang dibeli langsung di Arab Saudi, dan sampai H-1 sebelum pulang masih belum saya dapatkan, jadi hari ini harus dapat. Solatnya tidak kami sengaja tunggu per waktu solat seperti di Masjidil Haram yang menunggu dari Ashar sampai Isya karena takut tidak bisa masuk ke Masjidil Haram. Di sini kami bisa solat dulu, kemudian makan, solat lagi kemudian belanja dan solat lagi di Masjid Nawabi, karena itu tadi hotel, pertokoan dan masjid itu sangat berdekatan.

Foto habis solat


Saya lagi dan payung raksasa


Di pintu 328 saat saya menunggu Desi sedang masuk di sebuah toko, ada Bapak-bapak Malaysia yang manggil saya, ternyata dia sedang membantu seorang bapak-bapak dari Indonesia yang sudah tua tersesat terpisah dari rombongannya. Karena saya juga dari Indonesia, Bapak Malaysia mengira saya bisa membantu bapak yang tersesat itu. Bapak baik sudah mengecek dari bapak yang tersesat lokasi hotelnya tapi kok katanya jauh sekali. Saya kemudian melihat lanyard ID cardnya, namanya Bapak Selekun, ada info nomor tour leadernya selain nama hotel di Mekah dan Madinah. Akhirnya saya telpon wa tour leadernya setelah saya kirim pesan wa terlebih dahulu kalau menemukan Pak Salekun di depan pintu 328. Alhamdulillah teleponnya diangkat, Bapak tour leadernya minta tunggu 3 menit dia akan langsung datang menjemput. Si bapak baik dari Malaysia sepertinya buru-buru, setelah memastikan akan ada yang menjemput dia pergi setelah ngasih Pak Salekun sebotol air minum dan sebungkus kebab, dia bilang agar Pak Salekun tunggu di situ jangan pergi sampai ada yang datang menjemput. Setelah saling mengucapkan terima kasih bapaknya pergi, luar biasa baik ya orang-orang di sana. Saya menunggu untuk memastikan Pak Salekun jangan pindah tempat sampai penjemputnya datang. Tak lama saya ditelpon tour leadernya, katanya sudah di pintu 328, saya bilang di luar pintu bukan di dalam, akhirnya ketemulah mereka... Alhamdulillah, senang sekali ngeliat wajah Pak Salekun yang awalnya kebingungan langsung gembira melihat tour leadernya. Ini juga jadi pelajaran bahwa identitas jemaah umroh itu sangat penting, terutama untuk orang tua dan anak-anak apalagi kalau tidak punya akses menelpon. 

Pintu 328


Lanjut nyari ATM, karena isi dompet sudah menipis. Dapat ATM nya didekat pintu dekat starbucks. Kartu ATM saya sudah saya ubah jadi visa dari GPN, saya narik uang agak banyak nanti bagi dua sama Desi. Untuk pilihan yang mana yang paling murah untuk mendapatkan uang riyal. Berdasarkan pengalaman saya yang paling mahal kalau menukar uang di Indonesia, dapatnya 4000an sekian untuk 1 SAR dari IDR. Kalau dari ATM juga 4000an tapi masih lebih murah dari menukar dari Indonesia, tapi ingat ada cas 20.000 rupiah sekali narik ATM. Kalau menukar di Arab Saudi saya tidak punya pengalaman karena tidak membawa uang tunai rupiah untuk ditukar. Yang ajaibnya kalau belanja pakai uang rupiah, kadang bisa dihargai 4000 untuk uang Jokowi, maksudnya misal 100.000 rupiah sama dengan 25 riyal. Ini juga untung-untungan, kalau Desi nanya harga barang biasanya dua versi, harga riyal berapa... kalau pakai uang Jokowi berapa... kemudian dia akan ambil yang lebih murah. Uang Jokowi ini bukan kami yang mempopulerkan sebutannya ya, ini sudah disebut para penjual di sana saat kami belanja... 😁

Sekarang, mari kita bahas cerita belanjanya. Ceritanya kami kembali lelet untuk gabung ke rombongan, dari kamar hotel setelah banyak urusan hana hini, akhirnya kami menyusul Ustad Muthawif dan rombongan belanja di tempat yang lebih murah. Ada adik Desi yang sudah ikut rombongan dan jadi informan kami untuk nanya lokasinya. Untuk Ibu-ibu seperti Ibunya Desi dan ibu Ida jangan ditanya lagi ke expert an mereka untuk urusan belanja, mereka sudah jalan sendiri dan lebih tahu toko-toko mana yang menjanjikan untuk di kunjungi mana yang tidak. Saat menuju ke tempat yang lebih murah sesuai petunjuk adik Desi, kami menemukan spot foto yang langka di Madinah. Ada bingkai besar yang terpasang untuk dijadikan properti foto. Coba kalau di Singapura, Orchard itu sepanjang jalan foto able semua, Korea, Jepang, Hong Kong semua tempat-tempat ramai turis banyak sekali spot fotonya... Nah ini kami tidak sengaja nemu satu, lumayan lah ya... agak berasa turisnya... 😀

Satu-satunya spot foto di dekat Masjid Nabawi


Untuk urusan belanja, siapkan dompet dan mental baja. Mental baja di sini perlu untuk urusan tawar menawar dan juga penangkis rayuan para penjual. Soalnya penjual di sana kebanyakan genit-genit, jadi ini serius kita yang perempuan harus hati-hati. Main-main sedikit supaya dapat harga miring sih boleh tidak apa-apa, tapi jangan sampai kelewatan... Saat mau beli abaya, saya banyak dapat pilihan abaya yang memang bahannya bagus, ada juga yang standar, setelah dapat abaya nya seolah membaca pikiran saya, penjualnya menawarkan baju untuk anak-anak, karena saya memang mencari baju untuk keponakan saya, ya akhirnya saya melihat-lihat dan tawar-menawar lagi. Setelah oke, saya minta dua jenis karena keponakan saya kembar. Saking serunya tawar menawar tidak sengaja tangan saya kesenggol, ya batal lah wudhu dari Ashar saya untuk Magrib nanti. Kalau masalah kesenggol itu okelah ya, mungkin dia juga tidak sengaja, tapi ketika saya sudah selesai beli abaya dan baju kembar keponakan saya, masa jalan saya dihalangi pakai tangan. Emang jalannya sempit sih, diantara tumpukan pakaian, jadi untuk lewat saya harus melewati penjualnya dulu. Kali ini saya sudah tidak senang, kok tidak boleh berhenti sih belanjanya "Saya sudah selesai, mau lewat!" kata saya judes, baru dia menurunkan tangannya. 

Cerita lain lagi saat saya mencari mukena yang tidak ada itu. Semua perempuan di sana tidak ada lagi yang memakai mukena, karena baju mereka sudah panjang. Jadi sebagai penggantinya saya melihat-lihat pashmina dan hijab. Penjualnya kali ini sudah agak tua, ketika saya nawar hijabnya agak kelewatan, masa si bapak mukul saya pakai hijab yang dipegangnya... 😓 Emang sih main-main, tapi kan kaget juga ngeliat si bapak sok akrab. Di toko lain lagi kali ini saya dan Desi mau mencari tambahan gantungan kunci dan aksesoris lain. Penjualnya masih muda dan asli genit. Dia sok sok ngerayu pakai Bahasa Indonesia, ngomong cantik dan sok asik ngajak bercanda. Trus ngomong-ngomong seolah tahu dengan nyebut soal artis Indonesia yang dulu ada masalah, Saya langsung cut, "No... " saya sebut nama artisnya "bad" kata saya. Terus dia menyebut Sulawesi seolah-olah dia dari sana, padahal mukanya asli arab, kali ini saya ngajari dia supaya jangan sok tahu, "Indonesia itu luas, pulaunya banyak, bukan cuma Sulawesi, ada Kalimantan, Jawa, Sumatera dan lain-lain" Mungkin dia dapat banyak info dari pelanggan Indonesia yang datang ke tokonya yang mau diajak ngobrol. Kemudian mungkin karena saya banyak omong sama dia sambil melihat-lihat barangnya, dia narik tas saya dari belakang, sampai saya kaget. Duh ni orang tidak bisa dikasih ramah, saya cepat-cepat ngajak Desi untuk menyudahi transaksi, takutnya nanti semakin berani jangan sampai ujung-ujungnya ke fisik. 

Belanjanya selesai dulu, karena sudah Magrib, toko-toko juga akan tutup setiap waktu solat. Karena sudah jelas saya sudah batal, Desi juga sudah batal gara-gara tos dengan salah satu penjual, kami mengambil air wudhu dulu sebelum mencari tempat solat di Masjid Nabawi. Selesai solat Magrib, karena sudah lelah kami putuskan akan menunggu sampai Isya saja daripada bolak-balik hotel. Saking capeknya saya, saya tidur-tiduran di sana. pemandangan yang saya lihat selain langit adalah gedung-gedung hotel dan payung yang tertutup. Pulang hotel harus packing lagi, karena besok sore sudah harus ke Jeddah untuk pulang. Pesawat kami take off nya lewat tengah malam, jadi besok tidurnya dipastikan di bandara Jeddah.

Foto yang diambil saat menunggu Isya sambil berbaring


Bersambung Part 8...

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...