Pada perjalanan Nami Island sebelumnya, saya hanya sempat ke Nami Island saja tanpa ke tempat lain karena kesiangan akibat pindah hotel dari Myeongdong ke Chungmuro. Kali ini saya bertekad harus bisa sekalian ke Petite France juga. Untuk ke Garden of Morning Calm saya memang tidak mau, karena sekarang winter, pasti tidak banyak bunga yang bisa dilihat, selain itu juga takut tidak sempat. Ada banyak cara menuju Gapyeong dengan subway. Salah satunya adalah yang kami tempuh. Dari stasiun Chungmuro line 3 warna orange 2 stasiun menuju Yaksu line 6 warna coklat, kemudian 15 stasiun ganti line luar kota Gyeongchun di Sinnae dan setelah 12 stasiun yang jaraknya jauh, nanti stop di Gapyeong. Waktu tempuhnya kira-kira 1,5 jam. Kemudian benar seingat saya, begitu telah memasuki kereta ke luar kota, ada ahjuma yang berjualan di dalam kereta. Jualan targetnya orang tua karena dagangannya produk untuk kaki, pinggang dan lain-lain. 

Sampai di Gapyeong beli one day tiket di sopir bis. Ini bisa dipakai seharian untuk keliling-keliling, bisa dari Nami Island dan tempat-tempat lainnya. Kami memutuskan akan ke Petite France dulu, nanti pulangnya baru ke Nami Island. Ternyata yeorobun, jarak ke Petite France jauh juga, jalannya nanjak dan berbelok-belok, hampir saja saya muntah. Penderitaan kami tidak berhenti sampai di situ. Saat mau masuk ke Petite France ternyata sangat tinggi dan hampir membuat saya nyerah, ngos ngosan akhirnya kami sampai di depan loket tiket. Dila dan Ezar juga sudah ke sini saat pertengahan tahun, dan kata Dila masih enak kalo ke sana winter dingin, ketika mereka ke sana sudah ngos ngosan ditambah keringatan kepanasan, masih ada hikmahnya juga ternyata. 

Karena saya selalu mengeluh capek, maka saya disebut jompo. Dan ternyata Desi juga punya kelemahan, yaitu beser. Saya juga sering ke toilet apalagi saat dingin seperti ini, tapi Desi lebih parah. Dia akan ke toilet setiap kali kami di stasiun kereta, kadang malah di suatu tempat dia harus nyari toilet karena sudah kebelet. Jadi kesimpulannya perjalanan kami ini adalah perjalanan orang jompo dan beser 😅. Setelah tiket masuk di dapat, kami ke toilet dulu. Saya sempat beli minum jus jeruk dulu untuk menenangkan diri dari pusing di bis tadi. Setelah siap baru kami explore Petite France. Tempatnya kecil, ini adalah tempat lokasi syuting My Love from the Star dan juga Secret Garden. Maklum, orang tua.... jadi drama lama juga saya nonton... 😎. Tempatnya banyak rumah-rumah kecil bergaya Perancis kali ya. Sebenarnya juga ada yang rumah Italia, tapi kami hanya ke sini... lagi-lagi karena batasan waktu. 

Di Petite France


Another shot


Kami tidak lama di Petite France karena memang tempatnya kecil. Kami lanjut ke perhentian bus untuk ke Nami Island. Kesalahan kami adalah tidak menghapal jadwal bis. Ternyata bis hanya lewat satu jam sekali, dan bis nya baru saja lewat saat kami ke perhentian bis 😭. Itu artinya kami harus menunggu satu jam dalam cuaca yang super dingin. Inilah saatnya saya iri dengan para turis yang tinggal duduk manis di bis. Terpikir oleh saya untuk datang ke salah satu bis turis yang sedang menunggu untuk nego numpang ke Gapyeong atau Nami... 😁. Untungnya di dekat sana ada mini  market kalau kami ingin beli minuman hangat seperti kopi, Desi jangan ditanya sudah pasti numpang ke toilet lagi di sana. Nunggu sejam sempat ada insiden tiket bis saya terbang entah ke mana lagi. Untung akhirnya ketemu, ternyata terbang saat saya sedang ngeluh ngevlog. Jadwal bis ada di perhentian bis juga, bisa di lihat dengan detail kapan bis akan datang. Singkat cerita akhirnya bis datang dan kami bisa ke Nami Island. Kali ini saya sudah memasang target berapa lama di Nami agar tidak ketinggalan bis lagi ke Gapyeong dan tidak kemalaman sampai di Seoul karena jauh. 

Selesai beli tiket Ferry, kami menunggu tidak lama dan akhirnya sampai juga ke Nami Island. Ada rasa kangen melihat Nami lagi, ada beberapa perubahan yang saya lihat di sana. Bendera negara-negara yang berbentuk kotak sudah berpindah tepat dan dekorasi. Ada renovasi di depan Asian Cuisine sehingga kami harus masuk dari samping untuk makan, sholat dan ke toilet lagi. Satu menu yang harus saya makan di sana adalah Jajangmyeong. Dulu saya tidak pesan Jajangmyeon, Dila yang pesan. Saat itu saya benar-benar bosan makan mie, jadi selalu menghindar makan mie. Sekarang saya benar-benar pengen makan Jajangmyeon dan Desi juga pesan. Dan.... ternyata rasanya sangat enak. Kalau ditanya bagaimana rasanya, menurut saya seperti bumbu sate, karena ada rasa hangus bakar dan bumbu kacang. Di dalamnya juga ada dagingnya... pokoknya enakkkk... 

Kami punya waktu kurang lebih 1 jam sebelum mengejar bis lagi untuk pulang. Kami langsung menuju ke deretan pohon Ginkgo, karena menurut saya itulah spot paling worth it untuk kami di Nami Island yang waktunya sedikit. Danau kecil yang ada di sana airnya sudah beku, beberapa orang berani sampai berdiri ke tengah. Saya juga mencoba, tapi cuma di pinggir takut esnya pecah dan saya nyebur, kan lagi-lagi tidak lucu. Kali ini yang mau foto dengan patung Bae Yong Jun sama Choi Ji Wo sedang sepi, jadi kamu buru-buru ngambil foto dulu sebelum ramai, dan benar kan... setelah itu langsung ramai dan antri untuk foto di depan patung mereka. 

Jajangmyeon di Asian Cuisine

Danaunya beku


Yang ini lebih luas danaunya


Pohon khas di Nami Island


Dekorasi baru kotak bendera di Nami Island


Foto di atas menariknya semua negara yang saya pegang sudah saya datangi. Korea Selatan, Indonesia, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand. Kalau yang belakang-belakang belum... 😅 soon yah.... Setelah puas, kami bergegas menuju kapal ferry untuk pulang. Setelah kapal ferry mendarat, Desi ke toilet lagi dong, saya menunggu sambil ngitungin berapa menit lagi bis akan datang. Sampai di Gapyeong kami langsung ke stasiun kereta untuk kembali ke Seoul. Sementara para turis enak-enakan di bis tur, kami bergabung dengan para warga Korea di kereta bawah tanah. Di Korea selatan pemerintahnya akan broadcast pesan penting dengan sistem semacam alert yang langsung muncul di semua HP. Kami dapat pemberitahuan pertama saat di Gapyeong yang bikin cemas. Setelah di translate ternyata peringatan mengenai cuaca ekstrim. Pernah juga alert tentang kehilangan seoarang anak kecil. Lama-lama kami jadi terbiasa mendapat pemberitahuan seperti itu selama di Korea. 

Sampai di Seoul sudah malam, kami ke Myeongdong lagi dulu untuk membeli makan malam sekalian bungkus untuk sarapan. Karena di Chungmuro tidak ada tempat makan halal, hanya ada GS25 di dekat hotel untuk membeli air minum. Desi sudah ketagihan beli kue Bungeoppang yang berbentuk ikan atau Taiyaki nyebutnya di Jepang. Variasinya ada yang kacang merah untuk original, mangga, dan lain-lain. Sementara saya tetap setia dengan Fish Cake yang kombinasinya ada yang original, keju, daun perila, rice cake, dan lain-lain. Fish cake itu di Myeongdong harganya 4.000 KRW satu atau hampir Rp 50.000,- tapi saya tidak peduli, mumpung di sini, saya mau makan sampai puas. Kan capek kerja selama setahun, dihabiskannya dalam waktu satu minggu 😆.

Lanjut part 4



0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...