Aku berencana naik KLIA express untuk pindah ke KLIA 2, tapi masalahnya pesawat dari Tokyo sampai di Kuala Lumpur jam 12 malam, sementara jadwal terakhir KLIA express adalah jam 1 lewat 10 menit tengah malam. Maka aku bertekad akan mengurus semuanya secepat mungkin agar terkejar keretanya.

Tapi ya namanya nasib mau bagaimana lagi, pesawat ANA nya tepat waktu mendarat di Kuala Lumpur seperti tertera pada estimasi di layar GPS pesawat, tapi aku lupa di KLIA harus naik aero train dulu. Ini antri dan menunggu, sampai di terminal masuk pemeriksaan imigrasi tidak lama, tapii bagasiku yang lama... Hampir setengah jam aku menunggu koper dan tas tambahanku. Saat aku sudah turun lift di stasiun KLIA express, kereta terakhir baru berangkat. Yo wes, aku terpaksa naik free shuttle bus di level 1 pintu 4 KLIA. Shuttle bus beroperasi 24 jam,  setiap 10 menit sekali.  Ternyata tidak semenakutkan yang kukira, walau tengah malam, tapi banyak yang menggunakan shuttle bus pindah ke KLIA 2.

Aku melihat ukuran suhu di layar dekat sopir bis, Ya Allah 28 derajat, aku sudah kembali ke habitatku, mulai berkeringat sementara aku masih pakai coat dan boots. Sesampainya di KLIA 2, aku langsung bongkar koper untuk menyimpan peralatan musim dinginku, membuka coat dan mengganti boots dengan sendal. Setelah kembali mengunci koper, sekarang saatnya mencari tempat penitipan koper.

Posisinya ada di dekat area kedatangan domestik sebelah kanan di level 2. Satu hari di cas 38 MYR, karena aku ke Brunei 2 malam, 3 hari, maka aku harus membayar 114 MYR. Ini lebih mahal sedikit dibanding bayar bagasi ke Brunei, tapi aku tidak harus seret-seret koper lagi.

Setelah beres, aku bisa tidur. Kali ini di mushola, nggak peduli lagi kalau sebenarnya nggak boleh tidur di Mushola. Kira-kira hampir jam 4, aku terbangun dan langsung beres-beres lagi. Malas mandi, hanya dandan dan ganti baju. Check In cuma ngeliat dimana gateku karena aku hanya bawa tas tangan dan tas pakaian dengan berat dibawah 7 kg. Pengen sarapan dulu di bumbu desa, tapi tidak sempat lagi, jadi aku masuk imigrasi dan ke ruang tunggu, rencananya sarapan di pesawat saja beli nasi lemak. Untuk sholat shubuh, waktunya sangat mepet, waktu sholat jam 6, sedangkan boarding sudah mulai dan kata petugasnya pintu ditutup jam 6 lewat 10 saat aku nanya. Jadiii... sholatnya dilakukan cepat-cepat, untung banyak surau di sekitar sana. Saat aku selesai, ada yang mau meminjam mukena terpaksa aku tolak, karena aku sudah mau berangkat, sementara mukena surau sudah habis dipakai pengunjung lain.

Perjalanan ke Brunei 2 jam 20 menit, karena aku baru dari perjalanan 7 jam lebih semalam, rasanya ini bukan apa-apa. Selesai sarapan di pesawat aku tidur karena ternyata aku sangat lelah. Saat pesawat akan mendarat, aku sibuk berpikir apa yang kulakukan sebenarnya. Travelling sendirian ke Brunei memang pernah terpikir olehku, tapi aku tidak menyangka bakal benar-benar terjadi. Jadi rencananya aku hanya akan ke beberapa tempat di Brunei. Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien, Pasar Kianggeh, Mall Yayasan Hassanal Bolkiah dan royal regalia museum. Semuanya bisa jalan kaki dari Jubilee hotel. Jubilee hotel juga ada service antar jemput airport, jadi aku tidak pusing mikirin transport, mengingat transport di Brunei susah.

Sesampainya di Brunei, banyak terparkir pesawat Royal Brunei. Rasanya semua pesawat yang kulihat Royal Brunei, yang lain cuma satu, Air Asia yang baru kunaiki. Setelah masuk terminal, proses imigrasi tidak terlalu cerewet karena aku menunjukkan kalau aku punya tiket pulang dua hari lagi. Selanjutnya menukar uang di money changer yang berada di lantai 2 dekat keberangkatan. Aku menukar sisa uang 5.000 Yen dan ditambah 100 Ringgit malaysia ke Dollar Brunei. Di sana menyebutnya dollar, padahal di uangnya tertera ringgit. Uang Singapura juga bisa dipakai di sana. Kurs rupiah ke dollar Brunei 10 ribu lebih, hampir sama seperti dollar Singapura.

Karena Telkomsel Roaming Asia Australia tidak berlaku di Brunei, aku terpaksa beli kartu baru. Namanya progresif, dan harganya muahal... 25 BND. Aku minta yang 10 BND untuk seminggu, tapi katanya nggak ada lagi. Duh... untuk kartu saja sudah mahal ya... gimana yang lain. Tapi karena terpaksa akhirnya aku beli juga, setelah dapat sambungan telpon dan internet, aku menelpon hotel Jubilee minta dijemput.

Area kedatangan bandara Brunei


Pemandangan dari airport ke hotel


Pemandangan kota


Sesampainya di hotel, aku dapat kamar di lantai 5, harus kasih deposit 20 BND... ya ampun keluar duit lagi.... Untung aku tidak perlu mikir transport dan makanan di sana tidak mahal-mahal jadi aku merasa tidak perlu harus ambil uang lagi di atm. Hotelnya bergaya lama, tapi semuanya lengkap. Aku berencana banyak-banyak istirahat selama di Brunei, tapi sebelumya aku mau cari makan dulu. Nasi katok seharga 1 BND dan berkunjung ke pasar Kianggeh.

Di bawah, di dekat resepsionis juga ada minimarket tempat aku membeli air minum. Kemudian dengan GPS aku mulai mencari pasar kianggeh dan nasi katok. Kesialanku dimulai, dijalan aku ketemu orang sedeng yang tiba-tiba ngajak ngomong pakai bahasa Melayu kalau orang yang pakai jaket hitam itu keliling-keliling dari tadi, dia menunjuk seseorang. Ya karena aku orang pendatang, aku cuma sedikit menanggapi dan senyum, kemudian berbelok kanan. Ternyata jalanku salah, seharusnya aku belok kiri, baru mengamati pasar kianggeh yang dekat sungai dan sepertinya wisata sungai memang digalakkan di Brunei, eh si mamang muncul lagi menegur, kali ini aku lewat saja menuju pasar kianggeh kemudian membeli nasi ikan teri dan telur seharga 1 BND, masih belum puas aku mau nyari nasi katok untuk sekalian makan malam, pake GPS akhirnya ketemu. Tapi yang bikin emosi tuh orang ada lagi, kali ini dia nanya aku orang mana, kujawab sekilas aku orang Indonesia, dan soal dia menyebut ketemu aku terus aku jawab hanya kebetulan. Saat aku memesan nasi katok, dia lewat sambil bilang dia lapar belum makan. Tuh kan gengges banget, kalau kukasih nasiku nanti dia makin mengganggu, maka aku cuma cuek dan memutuskan akan langsung pulang ke hotel. Dan tebak saudara-saudara, dalam perjalanan pulang dia melewati aku dan bilang ketemu lagi ke 4 kalinya... terus dia ngoceh apa soal ngambil mobil mau ke mall atau apa entah tidak kusimak, begitu dia berbelok,  aku lari menuju hotel. Di hotel untuk pertama kalinya aku berpikir untuk pulang saja, aku tidak merasa nyaman sendirian dengan kondisi hari itu. Aku beberapa kali travelling sendirian ke Surabaya dan Jogja, tapi tidak pernah merasa takut seperti itu.

Nasi katok 1 BND


Akhirnya aku sholat dan berpikir jernih, bahwa aku tidak akan terpengaruh dengan kejadian seperti ini. Kuanggap ini sebagai pengalaman dan bagian dari travelingku. Saking aku capeknya selesai aku makan nasi katok, yang merupakan nasi ayam dengan saos, aku tertidur dan terbangun malamnya. Saat akan makan nasi telurnya sudah basi, padahal kelihatannya enak. Acara TV kupikir akan dikasih channel khas Brunei, ternyata tidak, aku cuma dikasih dua channel, Fox movies dan Fox life. Jadi kalau tidak nonton film seperti iron man dan black panther, aku nonton masterchef US dan Greys Anatomy sampai bosan.

Lanjut Part 11

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...