Tahun 2020 baru saja datang,... baru beberapa hari, dan sepertinya sudah jadi keharusan untukku menuliskan kisah travelingku setiap akhir tahun. Kuliah masih jalan, liburan pun tetap dimanfaatkan sebaik-baiknya mumpung ada waktu dan belum begitu sibuk dengan penelitian. Ah nggak mau ngomong yang serius di blog ini. Blog ini hanya untuk tempat mencurahkan cerita-cerita santai terkait hobi nomor satuku yang paling banyak ngabisin duit, dan bikin aku nggak bisa kaya.

Lanjut menelusuri negara-negara yang kali ini tetap masih di Asia, yaitu Korea Selatan dan Vietnam. Pengen sih ke Eropa, tapi nanti... karena butuh persiapan yang matang dari segi biaya dan lain-lain. Aku juga berjanji kediriku sendiri baru akan traveling lagi setelah aku Umroh dulu.

Pengennya sebenarnya ke Seoul saja, tapi karena ketiban tiket murah dengan transit terlebih dahulu di Ho Chi Minh, tentu saja bagi yang bermuka "cari cap paspor" seperti aku, sangat gembira menerima nasib ini... Selain transit ke Vietnam, tentu saja akan transit juga di Kuala Lumpur. Kali ini geng kami, aku dan Dilla bertambah satu lagi, sebut saja Mr. E yang akan ikut berjuang menyelesaikan "misi penting" menuju ke Korea. Trus, apa sih misinya, yaitu berburu lokasi drama-drama,.... hahaha...

Kalau bicara drama Korea, tentu saja banyak yang sudah kutonton, tapi tentu saja tidak semua lokasi akan didatangi, karena aku juga kalau dihitung-hitung bukan penggila drama Korea, yang menonton semua drama Korea, dan tahu seluk beluk "perdramaan"... *apa sih istilah ini*... drama yang kutonton juga tidak terlalu up to date, sesuai umur kan ya... Jadi aku masih mencatat drama-drama lama sebagai favoritku selain juga drama baru. Sejauh ini drama-drama favoritku adalah, All About Eve, Hotelier, Oh My Lady, You Are Beautiful, The Moon that Embraces the Sun, Goblin, Terius Behind Me, Memories of the Alhambra.... *banyak juga ya*. Aku juga anaknya lemah hati, kalau yang main semisal Hyun Bin, biasanya auto langsung suka sama dramanya. Jadi nonton drama, tergantung siapa yang mainnya.... hehe... seperti sekarang lagi tayang Landing Crush on You... langsung jadi favorit gara-gara pemainnya... *masih nonton episode 7...*

Balik lagi soal kisah traveling ke Korea, jadi mau ke mana saja? yang jelas harus ke istana-istananya... seperti Gyeongbokgung palace, Deoksugung Palace, dan Changdeokgung Palace. Juga tempat-tempat yang memang menjadi landmark Seoul seperti Namsan Tower dan Bukchong Hanok Village. Kemudian ke Myeongdong, Gwanghwamun Square, Cheonggyecheon Stream, Nami Island, Itaewon, Insadong, Ihwa Mural Village, Ewha Womans University, Hongdae, Namsangol Hanok Village, Dongdaemun Design Plaza, Namdaemun Market, dan kalau sempat pengen juga ke Korean Folk Village. Kebanyakan tempat-tempat yang disebut tadi dipakai di beberapa drama. Kemudian aku juga berminat mengunjungi beberapa lokasi drama Goblin yang mudah dicapai, seperti lokasi terowongan saat Goblin dan Malaikat Maut jalan sambil membawa daun bawang dan pagar istana saat Goblin pertama kali bertemu Malaikat Maut, serta jalan Anguk yang merupakan tempat Goblin ketemu dengan Eun Tak sambil hujan-hujanan... Banyak ya saudara-saudara... tapi nggak apa-apalah ya, kan kami cuma di Seoul, tidak rempong pindah-pindah mau ke Busan misalnya atau ke Jeju Island...

Berdasarkan pengalaman tahun kemarin saat ke Jepang yang selalu nyasar, maka riset tahun ini lebih matang. Aku tidak mau lagi habis waktu dan tenaga mencari lokasi. Jadi bagaimana caranya, aku pakai google earth 3D untuk mencari lokasi-lokasi yang akan didatangi. Kalau jalannya masih jalan besar, pasti masih tertangkap google, kecuali kalau sudah masuk lorong yang kecil. Kemudian aku juga mencari di google earth, pintu exit yang pas dari subway Seoul, supaya kami nanti tidak salah nomor exit. Kan bakal lumayan gempor kalau sampai salah pintu keluar. Memang di Korea, google maps tidak bisa menunjukkan direction dari mana mau ke mana, harus menggunakan aplikasi lain, tapi kalau untuk menunjukkan posisi, google maps masih bisa. Aplikasi lain yang sangat penting untuk diinstal adalah KakaoMetro. Subway Seoul menurutku memiliki jalur paling ribet yang pernah kutemui selama ini, lebih ribet lagi dari Tokyo. Maka dengan bantuan KakaoMetro kerjaan jadi lebih ringan, cukup masukkan mau ke stasiun mana dan dari stasiun mana, akan muncul line mana yang harus ditempuh dan berapa kali akan transfernya. Jika linenya berupa angka, maka posisinya ada di bawah tanah dan memiliki frekuensi kedatangan kereta yang banyak, tapi kalau linenya memiliki nama selain angka, seperti Gyeongui Jungang maka posisinya di atas dan keretanya memiliki frekuensi kedatangan tidak sebanyak line berupa angka. Ini artinya kita akan menunggu kereta sambil menahan dinginnya udara Seoul. Line ini misalnya kita jumpai kalau akan ke Gapyeong sebelum ke Nami Island.

Persiapan lainnya sangat banyak. Tiket pesawat Vietnam Airlines sudah kami dapat beberapa bulan sebelumnya, dengan rute Kuala Lumpur - Ho Chi Minh (Saigon) dilanjutkan Ho Chi Minh - Seoul pp. Tiket Palembang - Kuala Lumpur pp juga segera dibeli supaya bisa lebih murah. Urusan tiket selesai, lanjut booking penginapan. Kami berminat menginap di Myeongdong, tapi karena saat tahun baru, hotel di Myeongdong penuh, maka kami geser sedikit ke Chungmuro, jaraknya hanya satu stasiun dan bisa jalan kaki. Kami booking 3 malam di Mizo hotel, dan lanjut 4 malam di Cheese Hotel, masing-masing 2 kamar. Mizo hotel sangat strategis, berada di tengah-tengah Myeongdong dengan gaya tradisional dengan kasur ondol, dan berada tepat di sebelah Etude House. Kemudian karena kami transit lebih dari 12 jam di Ho Chi Minh saat pulangnya, maka kami juga memesan kamar 1 malam Symphony Hotel di District 1, dilanjutkan 2 malam di Alor Botique di Bukit Bintang Kuala Lumpur. Di Ho Chi Minh kami rencana pengen keliling sedikit ke pasar Ben Than, Post Office dan Notre Dame, sementara di Kuala Lumpur, karena Dilla baru pertama kali ke sana, maka kami akan ngabsen di Petronas dan Dataran Merdeka.

Visa kami urus sebulan sebelum berangkat, pada Bulan November. Syaratnya kurang lebih sama seperti saat mengurus visa Jepang, bedanya misalnya menambahkan bukti pembayaran pajak. Alhamdulillah, setelah memenuhi semua persyaratan yang diminta, kami bertiga berhasil mendapatkan visa Korea Selatan. Persiapan lainnya adalah jangan lupa bawa pakaian musim dingin, aku membeli secara online beberapa coat, long john, dan adaptor universal. Untuk koneksi internet, kami memilih paket roaming Telkomsel selama sebulan sebesar Rp 425.000,- supaya tidak repot, karena paket tersebut bisa dipakai di Malaysia, Vietnam dan Korea. Jangan lupa juga siapkan aplikasi cuaca dan arah kiblat. Dari klook aku membeli beberapa voucher yaitu T Money, Transportasi pribadi dari bandara Tan Son Nhat ke hotel (karena kami sampainya sudah malam di Vietnam saat pulang nanti), Tiket kereta Arex Incheon Seoul pp, dan Combo N Seoul Tower. Khusus T Money sebenarnya bisa dibeli di minimarket Seoul, tapi aku kepalang pesan di Klook dan akan mengambilnya di Bandara KLIA 2, karena untuk yang pengambilan di Bandara Incheon sedang habis sesuai tanggal yang kuinginkan.

Untuk penukaran uang, di Palembang bisa didapat Won Korea dan tentu saja Ringgit Malaysia. Untuk Dong Vietnam, aku menyiapkan US Dollar untuk ditukar di sana, dan baru kali ini aku ke negara dimana uang Rupiah ternyata lebih kuat. Uniknya lagi, saat aku di sana, ternyata mereka tidak memakai uang koin, hanya uang kertas, paling kecil 1.000 VND dan aku pernah mendapat pecahan paling besar, sebesar 500.000 VND.

Singkat cerita kami berangkat tanggal tanggal 24 Desember 2019, naik Air Asia jadwal pagi ke Kuala Lumpur. Seperti biasa satu pesawat dengan jemaah umroh. Next trip, aku Umroh ya Allah... aminnn... Imigrasi Malaysia seperi biasa selalu ramai, keluar dari imigrasi, jalan-jalan cantik dulu di KLIA 2. sempat makan di subway siangnya dan lanjut di food courtnya saat sore. Sempat juga beli chatime... *ya ampyun, di OPI juga ada*, ambil kartu T Money, sementara Dilla sempat-sempatnya beli tas di Vincci, sementara Mr.E lebih banyak nyari cemilan.

Makan di Food Court KLIA 2


Jam 5 kami pindah ke KLIA, naik kereta KLIA transit seharga 2 MYR. Lumayan tidak repot gotong koper seperti kalau mau naik shuttle bus. Di KLIA Dilla packing lagi memasukkan tas yang baru dibeli, supaya tidak repot bawa berbagai bawaan. Bagasi Air Asia ku saat pergi 20 kg, pulangnya nanti 25 kg, sementara untuk Vietnam Airlines mendapat 30 kg bagasi. Pesawat Vietnam Airlines ke Vietnam memiliki komposisi kursi 3 3, sementara yang ke Seoul dream liner dengan format 3 3 3, untuk urusan makan, tidak lupa kami memesan makanan halal.

Pesawat ke Ho Chi Minh berangkat jam 8 malam, kami menuju gate keberangkatan dengan menggunakan aero train. Tapi sebelumnya kali ini ada kejadian lucu di imigrasi. Seperti biasa antrian imigrasi lumayan panjang. Ada beberapa jalur dan semuanya panjang. Gate keberangkatan itu jaraknya cukup jauh, jadi harus masuk imigrasi secepatnya supaya tidak terlambat. Tengah kami berdiri manis menunggu di antrian, tiba-tiba seorang cewek muncul di belakang kami dengan berurai air mata dan mata merah mengucapkan "Can I go first..." sambil tersedu-sedu, disambung beberapa kata yang tidak jelas menjelaskan kenapa dia harus cepat masuk. Karena dia sudah di acc oleh orang-orang di belakang kami, ya kami sih nggak masalah, karena kasihan juga, sepertinya pesawatnya sudah mau berangkat dan dia ketinggalan. Setelah melewati kami, dia melakukan hal yang sama kepada semua orang-orang di depan kami. Ya udahlah ya, kami ikhlas, satu orang juga didahulukan, kasihan siapa tahu bisa membantu dia. Eh tengah kami ngobrol lagi di antrian, muncul lagi satu oknum. Kali ini bapak-bapak ngoceh nggak jelas, permisi atau bukan entahlah tiba-tiba dia sudah melewati antrian untuk berada di paling depan. Kali ini kami tidak ikhlas, karena si bapak gak pake permisi yang sopan, dan gak pake acara nangis-nangisan... Belum selesai ngomongin si Bapak tadi, muncul lagi orang ketiga, seorang aktor kali ya, kali ini sambil sok sok an nelpon, ngomong ke orang-orang kalau dia sudah ditunggu temannya. Bule di belakang kami agak kesal memperbolehkan sambil bilang "You Go!!" kepada si aktor, sementara cewek di depan kami berkomentar, kalau oknum ketiga ini aktingnya kurang meyakinkan. Luar biasa ya, baru kali ini aku ketemu dengan 3 orang yang berhasil melewati antrian imigrasi dengan berbagai alasan.

Melewati imigrasi kami naik aero train menuju gate keberangkatan. Sholat Magrib dan Isya dijamak. Musholanya sangat luas dan bagus, memiliki pemandangan jendela menghadap ke arah pesawat-pesawat besar yang sedang parkir.

Mushola di gate keberangkatan KLIA


Pesawat menuju Ho Chi Minh berukuran kecil dengan komposisi tempat duduk 3 3. Berangkat jam 8 malam, sampai di sana kira-kira 2 jam kemudian. Waktu Ho Chi Minh sama seperti waktu Indonesia bagian barat atau lebih lambat sejam dari Malaysia.

Pemandangan dari Vietnam Airlines sebelum berangkat.


Walaupun hanya 2 jam, tapi kami tetap mendapatkan makan, lengkap dengan roti dan buah. Minum juga ditawari berbagai macam jenis minuman. Kalau soal rasa, yaaaa.. enaklah ya... namanya makan di pesawat.

Makan di Vietnam Airlines


Sampai di Ho Chi Minh harus buru-buru untuk mengejar pesawat berikutnya. Bandara Tan Son Nhat seperti Soekarno Hatta jaman dulu, pesawatnya parkir agak jauh, jadi penumpang harus naik bis untuk bisa masuk ke terminal utama. Ternyata penumpang yang transit sangat banyak, sedangkan kami hanya punya waku 2 jam sebelum nanti jam 12 malam, pesawat ke Seoul berangkat.

Sempat ngeri juga kalau bakal ketinggalan pesawat, sementara di area imigrasi, orang yang mau keluar juga tidak kalah banyaknya dengan yang antrian transit. Saking semua mau buru-buru, orang di depanku hanya meletakkan handphone tanpa wadah pada saat pemeriksaan metal detector dan pemeriksaan bawaan penumpang, akibatnya handphonenya jatuh dan dia bingung nyarinya di mana. Karena aku lihat aku kasih tahu kalau posisinya jatuh ke bawah. Kemudian dia mengucapkan terima kasih dan lanjut ngoceh kalau setiap tahun selalu seperti ini.

Pindah pesawat, kali ini ukurannya lebih besar, pesawat jenis dream liner dengan kursi 3 3 3. Karena ini penerbangan malam, sudah pasti mau tidak mau harus tidur di pesawat. Pinggang rasanya kaku, nyari posisi pewe untuk tidur tidak dapat-dapat, untung ahjussi di sebelahku tidak ikutan rese. Sudah mau tidur, makanan datang. Rasanya malas sekali kalau mau makan, tapi karena ini sudah dipesan yang halal, jadi dipaksakan untuk dimakan, walau masih kenyang juga tadi makan di pesawat sebelumnya. Tidur tidak nyenyak, nonton film juga malas, rasanya perjalanannya lama sekali.

Menjelang Subuh, pesawat sudah mendekati wilayah Korea kalau dilihat dari peta di layar depan kursi. Saat melewati Jeju Island, kami melihat lewat jendela lampu-lampu di bawah sana... Dilla yang duduk di samping jendela, tapi aku masih bisa melihat pemandangan di luar sana. Yah lumayan lah ya, walau belum ke Jeju, paling tidak aku sudah pernah melihatnya dari atas, walau gelap dan cuma lampu-lampunya doang... hahaha...

Tanggal 25 Desember 2019 pagi, pesawat mendarat dengan selamat di Incheon.... Selamat datang di Korea....

Lanjut Part 2

video youtube

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...