Tanggal 27 Desember 2019 adalah Hari Jum'at. Karena Mr.E harus sholat Jum'at, maka jadwal kami hari itu dimulai di Itaewon. Kami keluar hotel agak siang, naik metro Seoul berdasarkan KakaoMetro naik kereta biru muda line 4 sebanyak 4 stasiun, transit di Samgakji, lanjut pindah line 6 berwarna coklat sebanyak 2 stasiun ke Itaewon exit 3. Menuju ke kawasan Masjid Itaewon lagi-lagi jalannya nanjak. Lelah deh, kemarin-kemarin sudah jalan menanjak menuju cable car Namsan Tower, trus di Bukchong Hanok Village, dan sekarang di Itaewon. Sepertinya besok-besok bakal ketemu lagi tempat yang harus dituju yang jalannya menanjak. Kami berjalan mengikuti peta, dan tanpa kesulitan yang berarti tak lama kemudian kami sudah sampai di Itaewon.

Kami datang terlalu cepat, Masjid masih sepi, jadi kami jalan-jalan dulu disekitar Masjid. Ada banyak rumah makan di sana yang menjual makanan halal. Orang-orang di sana yang kami jumpai juga kebanyakan muslim, kebanyakan sepertinya dari timur tengah. Di depan Masjid juga ada yang jual tteokbokki, kimbab dan odeng yang halal. Karena kami sudah mencoba kimbab di Myeongdong, di sana kami membeli tteokbokki dan odeng. Aku makan odeng sambil berdoa jangan sampai alergiku kumat. Makannya enak banget, dingin-dingin ngemil makanan panas. Mau duduk di sana nggak bisa, karena sudah dipenuhi pengunjung sekeluarga dari Malaysia. Btw, sepertinya memang khusus Hari Jum'at para tour guide akan menjadwalkan Itaewon bagi anggota tur yang muslim, soalnya banyak sekali rombongan tur yang kami temui di sana, sampai-sampai kami tidak kebagian tempat untuk makan di Restoran EID dan Restoran Makan karena sudah penuh dan harus reservasi sehari sebelumnya. Jadi... ujung-ujungnya kami makan nasi Briyani yang porsinya jumbo, sampai kekenyangan... Yang aku suka selama di Itaewon adalah... toiletnya ada showernya, baik di rumah makannya, apalagi di Masjidnya. karena selama di Korea rasanya benar-benar tidak tuntas bersih-bersih cuma pakai tissu, selalu berbersihan ulang kalau sudah sampai hotel. Selesai jum'atan, kemudian giliran para ibu-ibu yang sholat di Masjid Itaewon, karena ramai jadi harus sabar antri untuk ambil air wudhunya dan juga sholatnya. Tidak di Indonesia, tidak di Korea sepertinya sendal jepit memang merupakan barang berharga, di sanapun ada tulisan kalau sendal tidak boleh dibawa keluar dari area wudhu.

Masjid Itaewon


Jualan tteokbokki, kimbab dan odeng di depan Masjid Itaewon


Odeng enak


Tteokbokki yang benar-benar pengen kumakan


Lanjut kemudian ke stasiun city hall line biru exit 3 untuk ke istana berikutnya, yaitu Deoksugung Palace. Tapi sebelum ke istananya, kami menuju ke luar pagarnya dulu, karena merupakan tempat lokasi Drama Goblin *Goblin lagi.....* yaitu saat Goblin bertemu Malaikat Pencabut Nyawa. Cuma sayang di sudut pagar tersebut sedang ada renovasi, jadi fotonyo tidak bisa penuh sesuai dramanya, hanya sebagian yang dapat, sisanya ada penutupnya.

Jalan menuju ke pagar palace lokasi Goblin


Ini tempatnya, yang sebelah kanan, sedang renovasi.


Ini jalan dekat gerbang masuk istananya


Tiket masuk istananya sebesar 3.000 KRW, isi dalamnya kurang lebih sama seperti Gyeongbokgung Palace. Hanya saja turisnya di sana tidak seramai di Gyeongbokgung Palace dan sepertinya tidak ada ceremony jadwal pergantian penjaganya.

Deoksugung Palace


Pohon yang masih berdaun, tak gugur oleh musim dingin...


Di dekat pintu keluar Deoksugung Palace terdapat semacam tempat terbuka yang sepertinya sedang ada bazar makanan. Di sana juga ada tulisan I Seoul U yang harus kami dokumentasikan. Di keramaian itu juga terdapat area ice skating yang luar biasa ramai. Juga sedang ada semacam game dengan 2 tim, permainan yang kalau diketik di google dengan kata kunci "game played on ice with flat stones and brooms" maka namanya adalah curling. Dijelasin sedikit sih mengenai teknis mainnya, cuma aku masih tidak mengerti... hahaha...

Curling


I Seoul U


Peta Itaewon


Peta Deoksugung Palace dan Seoul Plaza


Pulangnya, karena kami besok sudah akan pindah hotel ke Chungmuro, maka diputuskan akan mulai belanja di Myeongdong, kali ini metro Myeondong exit 7. Kalau Dilla sih sudah dari hari pertama belanja, aku memang niatnya baru mau belanja hari ini sekalian langsung packing untuk pindah hotel. Kami pindah hotel karena, pada saat tahun baru, sudah kehabisan kamar di Myeongdong. Tapi Chungmuro dekat kok dari Myeongdong, hanya 1 stasiun metro, bahkan bisa jalan kaki, kalau malas naik turun tangga di stasiun metro.

Aku memang tidak membuka jastip, tapi ada juga beberapa rekan dan mantan mahasiswaku yang menitip untuk dicarikan sesuatu. Rasanya mau gila masuk ke toko-toko di sana, murah-murah dibanding di Indonesia. Di Nature Republic, beli mask sheet yang isinya 60, beli 1 paket gratis 1 paket, jadi aku bagi 2 dengan Dilla. Kemudian di Tony Moly juga kena bujukan oennienya beli krim tangan 1 paket gratis 1 paket lagi. Untuk krim tangan, aku beli lagi di Saem yang harganya lebih mahal tapi enak dipake. Di Etude beli moistfull, yang kalau beli 1 seharga 20.000 KRW, sementara kalau beli 2 jadi 30.000 KRW, jadi tentu saja aku beli 2 dong. Di Etude juga aku beli 3 lipstik, 2 eyeliner dan 2 eye shadow. Karena kemakan omongan oennienya katanya kalau lebih dari 50.000 KRW potongan bebas pajaknya lebih besar, dengan cuma ngasih lihat paspor. Tuh kan... mudah sekali yang namanya membujuk perempuan kalau belanja kosmetik, mereka juga berdiri di depan tokonyo, memberikan sample product dengan syarat kita mau masuk ke toko mereka. Jadi rencananya sengaja beli banyak juga sebagai oleh-oleh ke keluarga, teman-teman, juga beberapa mahasiswa, tapi hanya khusus cewek.

Sebagian hasil kunjungan ke toko-toko di Myeongdong


Kalau tidak ingat masih harus bertahan beberapa hari lagi di Seoul dan Won semakin menipis, bisa-bisa aku borong semua produk yang mereka tawarkan.... uh seandainya ada Myeongdong ya di Palembang... hahaha... 😅 Habis ini pulang ke Palembang, mau beli lagi harus cari jastip, atau beli online jadinya...

Lanjut part 5

Video youtube

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...