Nami Island timeeee..... Hari ini adalah salah satu hari dengan jadwal favoritku. Kami akan ke Nami Island... yeayyy... *loncat dari genteng* Sebelum kami ke Nami Island, kami akan pindah hotel dulu ke Cheese Hotel di Chungmuro. Niat awalnya mau naik metro saja, cuma di Myeongdong banyak tangga dan ada beberapa lantai yang tidak menggunakan eskalator. Sementara lift untuk orang tua dan yang berkebutuhan khusus. Maka jadinya kami pindah hotel jalan kaki saja. Kira-kira kalau dari peta jaraknya seperti ke cable car lebih sedikit. Mencari Cheese Hotel juga tidak sulit, karena sudah kulihat dari google maps 3D, jadi tidak pake acara tersesat lagi. Stasiun subway dekat sekali dengan Cheese Hotel, nomor exit 7, juga ada yang lift, tapi ingat ya lift hanya untuk orang tua dan berkebutuhan khusus. Kalau bawa koper saat pulang nanti mau ke bandara boleh nggak ya.... 😁 *ngomong sama lift* Kami melewati toko-toko termasuk Starbucks, nah Dilla dan Mr. E pasti senang di sini, tapi Chungmuro cenderung sepi, tidak seramai Myeongdong. Hotel kami letaknya di gedung belakangnya. Saat kami datang, tentu saja masih sangat pagi dan belum bisa check in, resepsionis dipanggil dengan menggunakan bel, dan kami memastikan akan check in nanti sore, serta menitipkan koper-koper dan tas-tas tambahan. Oennienya tersenyum melihat tas tambahanku yang pakai gembok, aku bilang isinya nggak ada yang berharga, hanya pakaian, terus dia jawab ngejleb banget, nggak apa-apa... bagi wanita justru pakaian yang terpenting... duh dia pengertian banget ya ternyata... hahaha... terus aku izin memakai toilet karyawan karena mau pakai long john dulu. Tadinya aku hari ini mencoba untuk tidak pakai long john, tapi sepanjang jalan menuju Hotel Cheese tadi, ternyata anginnya terlalu dingin, dan aku nggak sanggup kalau tidak memakai long john.

Dari stasiun Chungmuro, kami berangkat ke Nami Island, perjalanannya bakal sejam lebih, karena lokasinya di luar kota. Destinasi utama adalah ke Nami Island, tapi kalau masih ada waktu dan tidak kemalaman, kami juga berencana ke Petite France dan Morning Garden Calm. Menuju ke stasiun Gapyeong, ada banyak alternatif, kami ditunjukkan rute oleh KakaoMetro menggunakan subway metro line 4 warna biru muda, kemudian 2 kali trasfer ke line GJ dan G. Lumayan jauh dan stasiun yang dilewati banyak. Kalau line GJ dan G jalurnya di atas dan keretanya tidak sebanyak kereta dengan line berupa angka. Jadi.... saat menunggu kereta terasa sekali dinginnya. Untung seperti di Jepang saat menunggu Shinkansen, ada ruangan tertutup yang bisa digunakan untuk menunggu. Dan tau gak sih, di metro yang sudah di luar kota Seoul, ada yang jualan loh di kereta. Ahjumanya berjualan peralatan musim dingin dan lain-lain, seperti sarung tangan dan deker lutut dan pinggang. Malah dia bisa presentasi sepanjang jalan di kereta. Yang beli lumayan banyak, dan aku sih sebenarnya tertarik juga beli yang untuk lutut, tapi malu karena yang beli kebanyakan orang tua.... hehe...

Saat pindah kereta lagi yang kedua, stasiunnya mirip seperti rel kereta di film Train to Busan, tapi aku yakin bukan di sana lokasi syutingnya, karena sepertinya kereta KTX tidak lewat di sana. Sampai di stasiun Gapyeong, kami pindah naik bis. Ini adalah satu-satunya kendaraan darat selain kereta yang kami pakai selama di Korea. Memang ya, negara maju itu keretanya sudah sangat terintegrasi, jadi turis kere yang bergantung pada kereta jadi terbantu. Rekorku tidak pernah naik mobil adalah di Hong Kong selalu kereta, sementara di Jepang aku sekali naik mobil saat salah turun terminal di Narita sehingga jadi naik shuttle bus, dan sekarang menuju Nami menggunakan Bus untuk keliling-keliling dari Gapyeong jadinya dua kali jika dihitung bolak balik. Posisi bis ada di jalan depan pintu keluar stasiun. Tiket bisnya beli di supirnya, harganya 6.000 KRW, karena sudah penuh kami jadi berdiri, malas mau nunggu lagi, lagian perjalanannya sebentar kok. Di sepanjang jalan ternyata bis nya ada pemandu yang menjelaskan rute bis akan ke mana saja. Jadi tiket yang kami beli tadi bisa digunakan seharian termasuklah ke Nami Island, Petite France dan Morning Garden Calm. Yang menariknya oennie pemandu menyebut "one day ticket" dengan menyanyikannya "one day ticket, one day ticket..." sehingga membuat penumpang bis tertawa. Tidak sampai 10 menit, kami sudah sampai ke lokasi kapal ferry menuju ke Nami Island. Jalan sedikit menyusuri tempat parkir dimana banyak bus-bus tur terparkir menunjukkan betapa populernya tempat ini sebagai tujuan wisata di Korea. Seperti yang diketahui, ada gerbang bertuliskan imigrasi yang bukan imigrasi yang sebenarnya saat akan membeli tiketnya. Tiket kapal ferry dan Nami Island seharga 13.000 KRW.

Kami beruntung karena tidak perlu menunggu lama untuk naik ke ferry, walaupun berdiri. Ferrynya persis seperti di film Jilbab Traveler, banyak bendera-bendera terpasang di sepanjang kapal. Bendera Indonesia tentu saja ada dong, secara warga +62 adalah salah satu negara yang turisnya paling banyak ke Nami Island. Sepanjang di Nami Island, banyak ketemu saudara sebangsa dan setanah air. Nami Island juga ramah bagi turis muslim, ada restoran halal Asian Cuisine di dekat perpustakaan, sementara Musholla ada di lantai 2.

Pemandangan kece di Nami Island


Indonesia paling atas...


Setelah sholat kami makan di Asian Cuisine.  Mr.E pesan menu mi seafood Jjamppong yang sudah pasti tidak akan bisa kumakan, Dilla pesan mi hitam Jajangmyeon yang kucicip sedikit karena pengen tahu rasanya, sementara aku pesan nasi ayam kari karena aku bosan makan mi terus tiap sarapan. Di depan Asian Cuisine ada penjual bakpau hangat yang berjualan di rumah tradisional seperti di drama-drama Saeguk, tapi sayang tidak kufoto. Bakpaunya isi kacang merah dan enak sekali dimakan panas-panas saat udara dingin.

Jajangmyeon Dilla


Bakpau terenak yang kumakan


Untuk mencari lokasi jajaran pohon Winter Sonata, kami sempat salah baca peta, ternyata posisinya di ujung. Jadi, begitu turun dari ferry, ikuti saja jalan dengan banyak pohon di sisi kiri kanannya, lewatlah berbagai spot menarik untuk berfoto, juga termasuk tempat-tempat makan seperti Asian Cuisine kemudian nanti belok kanan, sudah kelihatan pohon-pohon yang dimaksud. Patung Winter Sonata berada tak jauh dari sana. Kukira bakal antri untuk berfoto dengan patungnya, ternyata memang antri, tapi hanya 1 dan 2 orang, yang sengsara itu adalah mau berfoto di jajaran pohon ginkgonya. Sama seperti Bukchong Hanok Village, manusia di mana-mana, susah mau cari spot yang agak sepi, nunggunya lama. Ada sepasang suami istri, minta supaya aku fotoin mereka, tapi hasilnya sama sekali nggak bagus, karena terlalu banyak orang di kiri kanan. Untuk kami, demi foto, kami sabar, dan akhirnya berhasil juga mendapat foto yang (lumayan) sepi manusia.

Foto wajib di Nami Island


Patung Bae Yong Joon yang terkenal


Ada rumah tradisional juga


Jualan payung 4 musim Pohon Ginkgo di Nami Island


Setelah mendapatkan foto-foto yang diinginkan, baru kami ikhlas untuk pulang. Hari sudah sore, sehingga kami memutuskan akan langsung pulang saja, tidak sempat lagi mau ke Petite France dan Morning Garden Calm daripada terburu-buru mengingat jarak Seoul yang jauh. Pulangnya harus antri untuk naik kapal ferry. Walau sudah sore, wisatawan yang datang tetap banyak. Dalam perjalanan pulang di kapal ferry akhirnya kami duduk. Aku mengingatkan Dilla untuk jangan lupa mengambil foto di gerbang imigrasi, karena kelupaan saat datang tadi.

Pintu gerbang di dekat counter tiket


Kalau mau pulang, jangan lupa menunggu bisnya di seberang jalan saat datang. Karena kalau menunggu di tempat yang sama saat turun dari bis waktu datang tadi, rutenya baru berangkat dari Gapyeong menuju destinasi berikutnya, jadi bukan yang menuju Gapyeong. Tunjukkan saja tiketnya dan nanti saat turun tiketnya akan diminta kembali oleh petugasnya.

Hari sudah malam saat kami sampai di Chungmuro. Seperti biasa musim dingin membuat malam lebih cepat datang dan pagi hari muncul lebih siang. Selesai urusan check in di Cheese Hotel kami mengambil koper dan tas pakaian menuju kamar masing-masing. Luar biasa capek, setelah bersih-bersih dan istirahat, nonton tv N. Ini hari Sabtu dan yang diputar adalah drama Hyun Bin. Mulanya aku tidak tahu drama apa itu, karena memang aku sebenarnya bukan penggemar drama Korea yang fanatik, jadi aku tidak akan mencari, tapi kalau ketemu yang bagus, ya jelas mau nontonnya. Aku dapat penjelasan dari Dilla kalau Dramanya adalah Crash Landing on You, yang ceritanya tentang cewek Korea Selatan tidak sengaja ke Korea Utara karena insiden paralayang, ketemu tentara di Korea Utara yaitu Hyun Bin. Yah... gimana ya, langsung tertarik dong... ini adalah episode ke-5 tapi sayang.... nggak ada sub title nya... 😅 jadi dikira-kira saja sedang menceritakan apa. Seneng dong sekarang nonton langsung drama Korea di negaranya asalnya, apalagi Hyun Bin yang main, dan lebih seneng lagi karena besok masih ada lanjutannya.... Pulang nanti di Palembang, kalau mau nonton lanjutannya terpaksa pakai jurus andalan.... download... dan kalau mau subtitlenya masih harus nunggu lagi beberapa jam setelah dramanya tayang... Biasalah... kegiatan biasa yang kulakukan dulu untuk drama-drama yang masih on going, seperti waktu Goblin Desember tahun 2016 tayang.

Adegan Crash Landing on You Ep.5



Lanjut part 6

Video youtube


0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...