Hari terakhir di Madinah sebelum nanti ke Jeddah, seperti biasanya diawali dengan solat subuh berjamaah di Masjid Nabawi. Kali ini kami sudah sekalian pakai pakaian batik supaya tidak repot lagi bongkar koper yang sudah di packing rapi. Bawaan dari 1 koper kecil dan 1 koper besar bertambah satu lagi tas tambahan lipat yang sekarang sudah penuh oleh-oleh. Selesai solat subuh terakhir di Masjid Nabawi kami tidak langsung pergi, melainkan masih menikmati sunrise dan menunggu payung terbuka. Menjelang matahari mulai muncul, dengan suara getar pelan payung membuka sedikit-sedikit secara berkelompok. Kelompok yang di pinggir dulu, lanjut kemudian kelompok yang tengah, sampai semua terbuka. 

Sunrise di Masjid Nabawi


Agenda hari ini sesuai janji Ustad Muthawif, kami akan ke percetakan Al Quran dan Jabal Magnet. Kali ini berbeda seperti kemarin, jalannya agak keluar kota, jadi pemandangan dari bis bukan gedung-gedung dan bukit batu, tapi kebanyakan seperti padang pasir. Mobilnya berhenti karena ada rombongan unta lewat sepertinya sudah biasa, banyak unta-unta yang kami temui sedang healing sepanjang jalan. 

Percetakan Al Quran dan Jabal Magnet ini sepertinya juga mulai banyak dimasukkan ke dalam itinerary jemaah umroh. Sudah ada tur lain di Percetakan Al Quran ketika kami datang. Kami berkeliling melihat mesin pencetak Al Quran dan beberapa lemari yang berisi berbagai Mushaf Al Quran, termasuk Al Quran khusus braille. Ketika pulang kami masing-masing mendapat satu mushaf asli Al Quran untuk dibawa pulang. Al Quran ini tidak bisa sembarangan dimasukkan ke tas, harus hati-hati jangan sampai dibawa ke toilet atau dilangkahi.

Pemandangan dari bis


Oleh-oleh Al Quran


Lanjut ke Jabal Magnet, di sini kami akan melihat unta terlatih yang bisa ditunggang atau sekedar diajak berfoto. Jalan menuju ke Jabal Magnet sangat unik, sesuai namanya. Saat kendaraan menuju ke sana, berdasarkan informasi dari Pak Ustad Muthawif, sopir ngegasnya harus agak kencang pada satu lokasi, pulangnya malah sebaliknya, pada lokasi tertentu tadi, sopir tidak perlu ngegas karena mobil seolah-olah ditarik oleh magnet, unik ya... 

Sesampainya di lokasi yang banyak unta, banyak sekali jemaah dari tur lain yang juga sudah ada di sana. Bis bis besar berjejer dan seperti biasa, dimana banyak orang, terutama orang Indonesia, maka para penjual oleh-oleh juga banyak. Lengkap sekali, mulai dari abaya, kopiah, rumput fatimah, pensil alis, dan sebagainya. Pemandangannya jangan ditanya lagi, luar biasa indah... tanaman ada, tapi sepertinya jenis yang bisa bertahan dicuaca panas, dan tumbuhnya satu-satu. Selayaknya hewan di sana seperti unta yang juga tahan dengan cuaca panas.

Foto latar belakang seperti lukisan, model gaya standar


Untuk yang mau naik unta bisa, bayar tentu saja. Untuk foto juga bayar, tapi tidak sebesar kalau mau naik. Saya jangan ditanya apakah naik unta atau tidak, pasti tidak naik... 😎 Soalnya untanya tinggi, kalau jatuh bagaimana, walaupun ada pelatihnya, tapi kan tetap takut saya... 😄 Satu informasi yang bisa saya share mengenai unta, karena saya sudah pernah berdekatan adalah... bahwa unta baunya seperti kambing... 😁 Emang tidak sebau kambing sih, tapi ya mirip-mirip begitu... 😅

Unta di Jabal Magnet

Pulang ke hotel sudah siang, dan koper sudah dikumpul. Selesai makan siang dan solat jamak Zuhur dan Ashar di Masjid Nabawi, kami berangkat ke Jeddah. Perjalanan ke Jeddah dari Madinah waktunya kurang lebih sama seperti ke Mekah, sekitar 6 sampai 7 jam. Kami akan sampai di Jeddah pada malam hari. Kali ini saya sebis duduk dengan Bu India, Bu India sama seperti saya ikut tur sendiri, beliau berangkat umroh diberangkatkan oleh anaknya, suaminya sudah meninggal. Ibu India ini, ibu yang pernah ikut saya pada saat sa'i dan tawaf sunat.

Seperti biasa saat di jalan, kami mendapat snack lusine dan 7 days buatan arab. Bis berhenti sekali di tempat yang berbeda seperti waktu perjalanan pergi ke Madinah dari Mekah. Perhentian ini standarnya sama, ada minimarket, toilet, pop mi seduh dan beberapa jajanan seperti kebab. Kami bertemu banyak bis dengan rombongan jemaah umroh dari berbagai negara yang sudah berpakaian ihram. Sepertinya mereka baru akan umroh dari perjalanan Madinah ke Mekah. Untuk mengambil miqat kalau dari Madinah lokasinya di Bir Ali.

Kami sampai di Jeddah sekitar jam 9 malam. Saat saya menulis ini, kabarnya seminggu setelah kami pulang, Jeddah dilanda banjir akibat hujan yang sangat lebat, semoga tidak ada korban akibat banjir tersebut, kasihan untuk jemaah yang baru atau akan pulang menuju bandara. Kemudian saat saya menulis ini juga sedang berlangsung world cup di Qatar, sudah mau memasuki final dengan finalisnya Argentina dan Perancis. Arab Saudi bisa mengalahkan Argentina di babak grup, dan kabarnya sehari setelah itu Arab Saudi libur merayakan kemenangan atas Argentina. Sayang saat itu saya sudah di Indonesia, kalau tidak, maka mungkin saya bisa merasakan euforianya juga...

Di Jeddah, bis berhenti di satu tempat untuk jemaah solat jamak Magrib dan Isya, makan malamnya nasi kotak di bis. Setelah beres makan dan solat, bis lanjut ke bandara. Memang sudah ada pihak tur yang akan membantu proses check in kami secara kolektif, tapi info dari Pak Ustad Muthawif kami harus bantu dorong troli berpasang-pasangan 1 troli 2 orang. Tidak perlu lihat koper siapa, pokoknya dorong saja. Kemudian kami juga mendapat kotak berisi galon air zamzam 5 liter, kotaknya ditempel stiker tur dan dicoret spidol sedikit untuk tanda. Saya mendorong troli dengan Bu India, setelah sampai di konter check in, sudah ada beberapa orang yang bantu dan troli sudah bisa kami tinggal. Ada tur lain yang jemaahnya cuma duduk-duduk sementara trolinya berbaris tidak dijaga, ditegur sama petugasnya agar jemaahnya juga ikut ngurus koper, seperti tur kami tadi...

Setelah mendapat boarding pass, kami akan masuk ke imigrasi dan ke ruang tunggu. Pesawat akan berangkat dini hari, dan saat itu sudah mendekati tengah malam. Kami berpamitan dengan Ustad Muthawif, karena memang dia tinggal di sana, yang ikut rombongan kembali ke Indonesia tentu saja Ustad Pak Haji dan Tour Leader. Banyak yang merasa berat berpisah dengan Ustad Muthawif, para bapak-bapak banyak yang memeluknya. Kami pamit dan bilang "Sampai bertemu lagi Tad, kalau ada nasib ketemu lagi di Arab Saudi, atau mungkin di Indonesia"... "Terima kasih untuk bimbingannya selama ini"... 

Bersambung Part 9...

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...