Saya menulis blog ini tepat setelah sebulan yang lalu saya umroh, dari tanggal 9 November sampai 18 November 2022. Pada tanggal 9 November jam 19.00 WIB pesawat berangkat dari Jakarta menuju Jeddah. Pesawat Saudi Arabian memiliki komposisi kursi 3 3 3, di bagian belakang pesawat ada tempat khusus untuk sholat. Tapi karena tidak ingin menggangu orang lain bolak-balik dari kursi saya, akhirnya saya sholat di kursi pesawat. Sholat Magrib dijamak dengan Isya, setelah memasuki waktu Isya. Untuk makan dikasih 2 kali, yang pertama adalah makan berat berupa nasi. Pilihannya ayam atau daging, saya pilih ayam dan rasanya enak sekali.  Tontonan di pesawat tidak banyak, saya cuma nonton satu film yaitu Fantastic Beasts and Where to Find Them : The Secrets of Dumbledore, sisa waktunya dipake tidur, Alhamdulillah tidak lupa minum obat setelah 8 jam dari waktu terakhir minum obat. 

Menu ayam


Roti dan Snack


Menjelang tengah malam kira-kira 2 jam sebelum mendarat, dapat lagi makanan berat. Kali ini roti dan beberapa snack. Cuma karena sudah terlalu mengantuk, saya tidak sanggup lagi untuk makan. Pada display layar di depan sudah ada informasi berapa lama lagi mendekati lokasi miqat di Yalamlam. Karena sudah sempat tertidur dan wudhu sudah batal, saya tayamum sebelum berniat untuk ihram. Pak Haji juga keliling-keliling di sekitar kursi kami untuk mengingatkan sebentar lagi untuk berniat umroh. Beberapa bapak-bapak dari travel lain sibuk ke wc belakang untuk berganti pakaian ihram. Setelah memasuki wilayah Yalamlam, kemudian saya berniat. Alhamdulillah tak lama kemudian pesawat mendarat dengan selamat. Setelah melihat tanah arab dari pesawat, satu yang saya sesali adalah…. Seandainya waktu bisa diputar beberapa tahun ke belakang, saat kedua orang tua saya masih ada dan sehat, saya ingin mengajak mereka juga ke tanah suci. Namun sekarang yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berdoa bagi mereka dan mengumrohkan mereka juga sebisa saya.

Mendarat di Jeddah, seperti layaknya memasuki sebuah negara, kami harus melewati imigrasi yang selalu tidak menyenangkan bagi saya. Karena menurut saya, petugas imigrasi semuanya jutek, kecuali eonni imigrasi yang seperti artis Kpop di Korea. Nama mahram dari travel sudah tertera di visa, namun sekarang tidak lagi diperiksa, jadi hanya seorang diri menghadapi petugas imigrasi yang jutek, masam, pemarah, jenggotan dan ganteng itu... 😅 Setelah berniat umroh dan menginjak tanah suci, bicara juga harus dijaga kan ya, tapi saya dan Desi sudah gatal mau berkomentar sepanjang antrian di imigrasi, cuma banyak tidak jadinya, dan gibahan yang sudah mau terlontar terpaksa ditelan lagi, takut nanti kebablasan dan sekalian segan juga karena Ustad, Pak Haji ada di belakang kami... 😁

Petugas di depan kami leletnya minta ampun, antrian di samping sudah banyak berkurang. Sebagian dari kami mau pindah ke line lain, dia marah. Jemaah umroh yang sudah tua dan tidak mengerti untuk menaruh jari pada alat scan juga kena semprot... tuh kan petugas imigrasi memang tidak ada yang sabar emang. Akhirnya kami keluar dari imigrasi urutan terakhir, koper-koper sudah diambil dan peserta sesama tur sudah entah kemana-mana. Di toilet sudah tahu kalau jangan sampai menggunakan sabun, tapi... saat lagi ngurusi kran air dengan  sensor otomatis di wastafel yang airnya tidak mau keluar-keluar, eh kesenggol kran sabun disebelahnya dan kena lah sabun ke tangan.... Sudah satu larangan umroh yang tidak sengaja dilakukan, jadi saya harus bayar dam sedekah nanti setelah tahalul selesai umroh.

Welcome to Jeddah

Ternyata orang-orang Arab Saudi tidak semuanya jutek, saat kami sudah mau keluar bandara, beberapa petugas menyambut dan mengatakan selamat datang. Bis sudah menunggu di tempat parkir. Ustad Muthawif kami sudah menyambut. Berbeda dengan tour leader dan Pak Haji yang ikut dari Indonesia, Muthawif biasanya tinggal di Arab Saudi. Untuk membedakan Muthawif dan Pak Haji pendamping kami, saya akan panggil Ustad Muthawif dan Ustad Pak Haji pada postingan ini... 😁 Di bis selama perjalanan selama satu jam dari Jeddah ke Mekkah, Muthawif membimbing membaca talbiyah, doa-doa dan memberikan informasi-informasi penting. Pesawat sampainya jam 1 an, dari pengambilan bagasi dan lain-lain sampai ke Mekkah dan masuk ke hotel ternyata tetap tidak terkejar juga untuk Sholat Subuh di Masjidil Haram. Akhirnya diputuskan sholat di kamar masing-masing, siap-siap satu jam, kemudian sarapan dan berkumpul untuk briefing di depan lift lantai 7. Satu kamar isinya 4, saya sekamar dengan Desi, ibunya dan satu lagi Ibu Ida namanya. Pemandangan kota Mekkah dari jendela hotel masih gelap, banyak bukit-bukit batu diantara gedung-gedung. Suara dari Masjidil Haram terdengar jelas karena hotel kami berjarak cukup dekat dan ada toa di dekat hotel. 

Pemandangan Kota Mekah dari kamar hotel


Sesuai dugaan, koper kecil saya fix tidak bisa dibuka. Setelah lapor ke Ustad Muthawif, koper saya dicongkel pakai obeng. Akhirnya saya bisa mengambil sendal dan kaos kaki untuk umroh hari ini. Mandi diperbolehkan sebelum menjalankan umroh, tapi tidak bisa pakai sabun. Pakai make up saja tidak boleh, kata Ibunya Desi dan Ibu Ida kita harus seperti baru lahir tanpa riasan apapun. Yah mau bagaimana lagi, demi ibadah harus rela walau muka sebenarnya sembab dan kuyu kecapekan. Ruang makan ada di lantai M, lantai paling dasar G. Liftnya banyak, tapi Masya Allah manusia juga luar biasa banyak di hotel kami, semuanya dari Indonesia. Memang sepertinya hotel kami ini langganan dipesan untuk orang Indonesia. Sarapannya lumayan enak, masakannya juga masakan Indonesia. Petugas di ruang makan juga dari Indonesia semua. 

Briefing sangat penting dilakukan sebelum kami berangkat ke Masjidil Haram. Kami dibagikan alat komunikasi tour guide system agar masih bisa mendengar Muthawif saat pelaksanaan umroh. Susah kan menghapal semua doa saat tawaf dan sa'i, mau buka buku doa juga tidak bisa dan repot pasti. Kami dikasih masing-masing receiver dan earhook yang tidak boleh hilang, jadi walau terpisah dengan jarak tertentu kami masih bisa mengikuti doa dari Muthawif. Untuk yang berkursi roda, lokasi tawafnya berada di lantai 2 sementara sa'i di tengah antara bukit Safa dan Marwah. Dari rombongan kami ada 2 nenek yang akan menggunakan kursi roda dengan petugas yang sudah ditunjuk. Setelah semua siap, pagi-pagi kami berangkat. 

Memasuki Masjidil Haram, sendal harus dilepas, itulah pentingnya membawa tas sendal, dan sebaiknya tas sendal juga bisa dikaitkan ke bahu seperti tas biasa, agar tidak merepotkan untuk dipegang. Sebenarnya bisa meletakkan alas kaki pada rak yang disediakan, tapi kita kan nanti belum tentu keluar pada pintu yang sama. Saat melihat Ka'bah perasaan saya campur aduk, alhamdulillah.... akhirnya saya datang juga ke Masjidil Haram, tempat impian semua umat muslim di dunia. Sebelum memulai umroh, kami meminum air zamzam dulu yang sudah tersedia di sana, minumnya sambil melihat Ka'bah. Start tawaf di sudut Hajar Aswad, setelah sejajar dengan lampu hijau. Sebisa mungkin kami harus tetap berdekatan sesama satu rombongan, sambil mengikuti bacaan-bacaan muthawif. Tempat favorit semua jemaah umroh tentu saja Hajar Aswad, banyak sekali yang berebut untuk bisa menciumnya. Pokoknya setiap kali melewati sudut Hajar Aswad, siap-siap saja berusaha ekstra keras untuk tetap berdekatan dengan rombongan, karena banyak sekali orang yang tiba-tiba datang berusaha mendekati Hajar Aswad. Kepadatan ini mulai dari Hajar Aswad, pintu Ka'bah sampai Maqom (jejak kaki) Nabi Ibrahim. Setelah itu baru agak lega berjalan mengelilingi Ka'bahnya. Tempat mustajab berdoa selain di multazam, tempat antara Hajar Aswad dan pintu Ka'bah adalah Hijr Ismail. Tapi tempatnya ada pagarnya dan jarang dibuka untuk jemaah umroh. 

Saat manasik, kami dijelaskan sama Pak Haji tempat-tempat mana dan doa apa yang sesuai. Ada yang untuk bertobat, ada yang untuk memohon harta, dan satu lagi untuk permintaan tahta. Khusus untuk tahta posisinya ada di rukun Yamani. Yah berhubung saya gak pengen jadi walikota juga kan ya, maka doa saya saat di rukun Yamani adalah agar bisa segera diluluskan S3 nya saja... 😎 Minta jodohnya di mana? saya mintanya sepanjang tawaf... 😅

Doa dari rukun Hajar Aswad sampai Yamani sama, tapi khusus dari rukun Yamani ke Hajar Aswad doa yang dipanjatkan adalah doa sapu jagat. Kalau kata Pak Ustad Muthawif yang ujung-ujungnya dipanggil dengan panggilan akrab "Tad" oleh rombongan tur kami, istilah doa sapu jagat hanya sebutan dari orang Indonesia. Sepanjang tawaf juga harus konsen dengan bacaan dari Muthawif sendiri, karena banyak sekali rombongan lain yang dekat dengan kita juga berdoa keras-keras. Kalau tidak konsen, bisa-bisa jadi bingung dan keikut bacaan rombongan lain, yang kadang kalau jemaahnya laki-laki semua, saking besarnya suara mereka, jadinya malah mendominasi. Setiap kali melewati Hajar Aswad, terus terang saja saya takut kejepit mengingat kejadian baru-baru ini di Stadion Kanjuruhan dan Itaewon. Mana yang kita hadapi banyak laki-laki yang badannya tinggi-tinggi dan besar-besar. Tapi tetap harus bisa, karena ini ibadah dan saya percaya pasti bisa melakukannya. 

Setelah selesai tawaf 7 putaran, kami pindah agak ke belakang, tapi tetap menghadap ke Ka'bah. Lokasinya di depan Multazam. Sholat sunat tawaf 2 rakaat dan doa dipimpin Ustad Muthawif. Saya tidak menangis ketika pertama melihat Ka'bah seperti kakak perempuan saya yang umroh beberapa tahun lalu, tapiiii.... begitu Ustad doanya sudah mengenai orang tua, saya akhirnya nangis juga. Siapa yang bisa kuat kalau sudah mengenai orang tua. Setelah doa, Desi bisa minta maaf langsung kepada kedua orang tuanya, sementara saya cuma bisa melihat dengan iri. Pemandangan yang saya lihat selama di sana adalah bahwa semua orang yang datang ke sana adalah orang-orang yang berserah diri kepada Allah, mereka berdoa memohon ampunan dan juga memanjatkan sesuatu. Mereka bisa sholat di mana saja selama masih ada tempat, tidak peduli penuhnya jemaah lain, tinggal penjaganya saja... askari yang cerewet ngatur sana sini agar tertib.

Selesai tawaf umroh pertama


Lanjut sa'i dengan start Bukit Safa. Kali ini saya bersama dengan Bu India karena ibunya agak susah berjalan, jadi saya bantu. Tawaf 7 kali  di dekat ka'bah jaraknya tidak sejauh rute sa'i. Walau Bukit Marwah kelihatan tapi kaki rasanya luar biasa capek saat melakukan sa'i. Setelah melewati lampu hijau, para laki-laki harus berlari-lari kecil, kami tambah ketinggalan jadi harus mempercepat langkah. Kalau kata Desi sih ini bukan apa-apa dibanding dulu Siti Hajar yang mencari air untuk Nabi Ismail. Yah bener juga sih, ini sudah dikasih enak lantainya bagus dan rata masih saja mengeluh capek... 😓

Setelah bolak balik 7 kali dari Bukit Safa ke Marwah, kami selesai melaksanakan sa'i. Dari Bukit Marwah kami keluar dan mulai tahalul. Yang bapak-bapak saling menggunting rambut, ibu-ibu juga. Maka selesailah umroh hari itu, dan kami sudah bebas dari larangan saat ihram, sudah bisa kalau mau pakai wewangian dan mandi pakai sabun. 

Kaos kaki khusus tawaf saya tidak jadi dipakai, karena tadi buru-buru takut ketinggalan rombongan. Rencananya akan dipakai umroh kedua saja. Jadinya pakai kaos kaki biasa warna putih. Dan tahu tidak sih.... selesai tawaf dan sa'i saya sudah siap-siap melihat tapak kaki kaos kaki saya akan berwarna coklat, ternyata tetap putih dengan sedikit kotor saja.... luar biasa ya petugas kebersihan di Masjidil Haram, lantainya benar-benar bersih karena selalu dijaga kebersihannya. Kemudian bicara mengenai lantai, ubin di Masjidil Haram menggunakan ubin khusus yang tidak panas diinjak walau siang. Istimewanya lagi adalah susunannya semua menghadap Ka'bah secara melingkar. Jadi kalau Ka'bah tidak terlihat seperti saat sa'i, lihat saja posisi ubin di lantai, pasti tau di mana arahnya. 

Selain doa untuk diri sendiri, kami juga menerima jastip doa... 😅 Ada yang minta dipanggil ke sana juga, minta cepat punya momongan, dan hal lain-lain. Jastip jastip tersebut sampai saya catat saking banyak dan takut lupa. Semuanya saya usahakan bisa disampaikan baik di depan Ka'bah maupun nanti di Madinah. Semoga semuanya bisa diijabah, baik doa saya maupun doa orang-orang lain, aminnn... 

Jadwal hari itu kosong dari pihak tur setelah melaksanakan umroh. Pengennya sih istirahat setelah bersih-bersih, karena semalam istirahatnya cuma di pesawat. Tapi ini kan di Mekkah, rugi sekali menyia-nyiakan kesempatan untuk beribadah dengan pahala 100.000 kali lipat. Ibadah harus dimaksimalkan mumpung lagi di sini. Untuk sholat berjamaah Zuhur kami sudah tidak dapat, pertama kali merasakan sholat berjamaah di Masjidil Haram adalah saat Ashar. Sudah mandi, ganti baju, makan siang dan istirahat sebentar, kami berempat teman sekamar berangkat menuju Masjidil Haram.

Luar biasa ya animo para jemaah umroh yang datang ke sana, jumlahnya luar biasa banyak. Menjelang waktu sholat para askar sudah mulai memblok beberapa tempat, telat sedikit sudah tidak bisa masuk. Kami memang berhasil masuk masjid, tapi untuk ke area Ka'bahnya sudah ditutup. Untuk jemaah perempuan pakaiannya bebas, tapi untuk laki-laki harus memakai pakaian ihram kalau mau masuk ke area Ka'bah, jadi untuk yang tidak menggunakan pakaian ihram mereka sholat di lantai atas. Askari laki-laki tersebar di mana-mana, mereka memakai baju loreng yang ganti-ganti warna setiap hari. Sementara askari perempuan berjaga di area perempuan, pakaian mereka serba hitam dari atas sampai bawah, mereka juga memakai sarung tangan dan penutup muka sampai mata... Kalau lagi ngatur-ngatur, kata-kata mereka tidak bisa dimengerti, intinya larangan jangan sholat disitu, jangan ini jangan itu... "laa.... laa..." kata mereka kalau sudah melarang. "Hajjah... hajjah..." mereka mamanggil jemaah perempuan, saya pernah dipanggil sister, malah kadang-kadang kalau sudah ketemu jemaah Indonesia yang susah diatur mereka sudah memanggil "Ibu..." Ya kadang bingung juga, banyak juga jemaah yang berdebat dengan para askari yang tinggi besar, putih, brewokan dan ganteng-ganteng itu... karena dilarang sholat di sana, terus ke mana.... kasih info dong tempat yang boleh... Kami yang sudah tidak bisa mendekati Ka'bah, terpaksa masuk ke area wanita yang sudah di blok, tempatnya sudah sempit dan kami dapat tempat paling ujung di belakang. Kalau lambat sedikit tidak membentang sajadah, orang lain bisa menyerobot. Tiba-tiba datang satu ibu yang wajahnya dari timur tengah duduk di depan kami... Lah bagaimana ini mau negur kasihan, ibunya sudah tua dan sakit karena batuk terus, sementara kami berempat jadinya tidak bisa sholat dengan tempat sesempit itu. Akhirnya ibu Ida nyuruh aku untuk nyempil di satu tempat antara jemaah yang sepertinya berasal dari Pakistan. Desi ke depan diantara ibu-ibu Uzbekistan, Bu Ida pindah juga tak jauh dari sana, tinggal ibunya Desi yang duduk di tempat asal. Khusus untuk tempatku sempit sekali. Saat sholat sampai tidak bisa duduk bersimpuh tahiyat akhir. Harus sabar luar biasa memang demi pahala yang diincar. Mengutip kata-kata Mbak Desy yang dulu sudah pernah ke sana, kita harus siap-siap dengan kemungkinan rukuk dan sujud yang tidak sempurna karena banyaknya orang-orang yang juga mau sholat. 

Selesai sholat Ashar saya dan Desi terpisah dari ibunya Desi dan ibu Ida. Desi mau ketemu kakak sepupunya Amel yang juga kebetulan sedang umroh dan berada di Mekah. Habis sholat jemaah umroh bisa meminum air zamzam sepuasnya, siapkan botol kosong kalau ingin isi refil. Malah ada jemaah yang bawa botol ukuran besar, penjaga air zamzamnya yang berpakaian krem muda tidak marah, malah membantu mengisi botol-botol para jemaah... Petugas kebersihan juga selalu siaga bersih-bersih, ada petugas laki-laki dan perempuan, pakaian mereka berwarna biru. Untuk membayar dam, boleh ke mereka, seperti dam saya yang harus dibayar karena tidak sengaja kena sabun di bandara. Luar biasa ya para pekerja di Masjidil Haram ini, bekerja langsung di rumah Allah, pahalanya pasti sangat besar...

Kami keluar sebentar dan setelah ketemu Amel, dia ngajari ilmu cara mengambil tempat untuk sholat menghadap Ka'bah. Di Area setelah pintu 3, walaupun sudah ditutup area seputar Ka'bah tapi tempat yang masih ada atapnya, dengan pagar lemari-lemari pendek tempat Al Quran dan pemandangan langsung ke Ka'bah boleh untuk jemaah perempuan. Begitu askar membuka blok, kami langsung masuk, dan cepat-cepat membentang sajadah di barisan kedua dengan alhamdulillah pemandangan langsung Ka'bah. Kalau mau lebih puas lagi, dan mendekati Ka'bah tanpa penghalang lemari, harus datang lebih cepat lain kali, sebelum para askari menutup area.

Sholat menjelang Magrib, menghadap Ka'bah


Jadi, alhamdulillah ya sholat Magribnya kali ini melihat Ka'bah. Suasananya sangat berbeda, apalagi saat azan... Ya Allah akhirnya saya menikmati juga saat-saat seperti ini.... Ini adalah pemandangan yang tidak setiap hari saya lihat. Setelah azan, sambil menunggu sholat, ada ibu-ibu di depan saya yang membagi-bagi kurma. Sepertinya banyak memang yang berbuka puasa saat itu. "I give you three..." katanya. Kurmanya enak sekali, jenisnya kurma sukari... saya tidak terlalu memfavoritkan kurma karena terlalu manis, tapi yang ini beda... kurma sukari tidak terlalu manis dan rasanya garing... okeh... sejak saat itu saya menetapkan kalau saya suka kurma sukari dan akan membelinya nanti... 

Sholat Magrib dengan mengikuti Imam Masjidil Haram harus siap-siap menerima pembacaan ayat yang panjang saat rakaat pertama dan kedua. Tapi justru ini yang membuat saya terkagum-kagum, walau capek berdiri lama.... tapi mendengar bacaan ayat yang merdu rasanya menjadi tenang dan betah. Al Fatihah aminnya juga cuma amin pendek, tidak seperti di Indonesia yang kalau amin kencangnya bukan main, apalagi kalau banyak anak-anak yang ikut sholat. 

Selesai sholat magrib tidak mau keluar lagi, kami malah maju untuk solat Isya... kali ini maunya sholat langsung mengadap Ka'bah tanpa penghalang. Saat mau membentang sejadah, mbak-mbak dari Malaysia protes karena saya mengambil tempat dia, akhirnya saya terpisah dari Desi dan Amel, pindah ke barisan di belakangnya. Luar biasa ya... ini benar-benar jadi cerita, kami di Masjidil Haram dari waktu Ashar, tidak pulang lagi ke hotel, sampai waktu Isya... Kerjaan sambil nunggu, ya baca Al Quran atau hanya sekedar bercerita. Mendekati waktu sholat, area di dekat Desi dan Mbak dari Malaysia agak lowong, jadi saya bisa pindah ke tengah-tengah mereka. Mbak yang dari Malaysia itu bercerita kalau ini adalah perjalanan dia kesekian kalinya untuk umroh. Kali ini dia umroh sendiri tanpa suami dan anak-anak, katanya lebih enak menjalankan umroh saat masih muda, karena memang melaksanakan umroh harus dengan fisik yang mendukung. Memang kasihan melihat orang tua yang datang, karena pasti akan banyak jalannya. Di sana juga ada kursi-kursi lipat kecil yang bisa dipakai untuk jemaah umroh yang susah duduk bersimpuh dan berdiri. Kursi-kursi ini kadang jadi rebutan kalau dilihat ada yang nganggur. Biasanya nanti selesai sholat, petugas akan menyusun dan mengambil kursi-kursi ini lagi.

Sebelum waktu sholat, tawaf terus dilakukan, baik oleh mereka yang sedang umroh atau yang sedang tawaf sunat. Namun menjelang waktu sholat, askari akan memasang tali pembatas dan yang tawaf dihentikan dulu sementara. Kami tepat berada di depan rukun Yamani, dan doa saya tentu saja adalah "Ya Allah tamatkanlah saya S3 tahun depan... " karena ini juga Malam Jum'at saya juga sempat membaca yasin untuk kedua orang tua saya. 

Selesai sholat Isya kami akan kembali ke hotel, cape pake banget. Selesai waktu sholat, blok blok yang dipasang dibuka kembali, dan jemaah dari luar masuk seperti air banjir saking banyaknya. Sepertinya banyak yang memilih waktu malam untuk tawaf supaya lebih tenang dan tidak panas. 

Pemandangan selesai sholat Isya


Minum air zamzam


Hotel sudah menyediakan makan 3 kali sehari. Makan malam seperti waktu makan siang dan pagi selalu ramai. Semua harus makan di tempat, kecuali yang sakit boleh bawa ke kamar dengan menggunakan piring plastik. Penjaga ruang makan agak cerewet karena banyaknya orang yang mau bawa makanan ke kamar padahal tidak sakit. Petugas lain juga sibuk berteriak-teriak meminta orang yang sudah makan untuk gantian dengan yang belum makan. Pokoknya heboh, kita serasa bukan di Arab Saudi... tapi seperti di Indonesia saja, karena semua menggunakan bahasa Indonesia atau daerah masing-masing.

Makanan di hotel


Obat penahan periode saya tetap diminum dengan teratur. Setiap minum obat, saya selalu berdoa memohon kepada Allah agar diberikan kesempatan untuk suci, alhamudulillah umroh pertama sudah selesai saya laksanakan tanpa ada masalah. Namun tetap saya memohon agar tetap suci untuk ibadah-ibadah lainnya termasuk di Masjid Nabawi di Madinah nanti. Sebenarnya saat pelaksanaan umroh, sa'i boleh dilaksanakan tidak dalam keadaan suci atau sudah batal wudhunya. Tapi untuk tawaf benar-benar harus suci dan dalam keadaan berwudhu. Selama di Masjidil Haram, mazhabnya sudah pindah bukan lagi ngurusi masalah supaya jangan kesenggol yang bukan mahram, tinggal ngurusi diri sendiri saja supaya tidak buang angin dan sebab-sebab lainnya.

Cita-cita saya malam itu sederhana saja, selesai makan dan mandi serta berberes saya ingin tidur yang tenang dan agak lama sampai pagi, mengingat belum tidur dengan benar sejak dari turun dari pesawat. Namun apa daya, di grup chat wa, Pak Haji menginfokan kalau kami diajak untuk tawaf sunat nanti. Berkumpul jam 1.30 ditempat kumpul lantai 7, setelah tawaf sunat lanjut tahajud di Masjidil Haram dan lanjut ibadah lainnya sampai Solat Shubuh... Okelah jadi rencana tidurnya diganti saja pagi setelah pulang sholat subuh kalau begitu... 

Bersambung Part 3...


0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...