Kami sudah siap jam 3 pagi menuju Masjid Nabawi. Peserta hari ini hanya cewek-cewek (setengahnya masih muda-muda) kecuali Ustad Muthawif dan Ustad Pak Haji. Satu yang tidak ikut yaitu nenek karena katanya dia sakit dan kelelahan. Di perjalanan, kami ketemu dengan seorang laki-laki Arab. Dia awalnya nanya kami dari mana, setelah kami jawab dari Indonesia, dia tiba-tiba teriak kencang dengan Bahasa Indonesia "Indonesia bagus, Indonesia keren!" awalnya kami kira memang dia ramah, tapi kalimat dia belum selesai "Indonesia kecil, Arab Saudi besar!!" lah ternyata orang gila loh, pertemuan kami dengan orang itu ditutup dengan sorakan "uuuu..." Yah anggaplah hiburan subuh-subuh supaya tidak mengantuk.


Walaupun letak hotel kami dekat, tapi saya yakin kalau datangnya menjelang azan, kami tidak akan kebagian tempat di dalam, pilihannya hanya tinggal di luar. Karena datang lebih awal, kami bisa mendapatkan tempat di dalam masjid kali ini. Ustad sudah berpesan nanti berkumpul di luar pintu 10 setelah selesai solat Subuh. Suasana Masjid Nabawi tentu saja berbeda dengan Masjidil Haram. Di sini ruang solat laki-laki terpisah dengan perempuan. Tapi banyak hal hal lain yang sama. Air zamzam asli hanya yang di dalam masjid, kalau yang di luar bukan air zamzam, tapi tetap bisa diminum. Askari dan Askar wanita juga ada di sini cuma tidak sebanyak di Masjidil Haram jumlahnya, seragam mereka sama seperti di Masjidil Haram, termasuk seragam petugas air zamzam juga sama seperti di Masjidil Haram. Al Quran dengan standar khusus juga ada di Masjid Nabawi. Askar wanita di sini juga sama pusingnya mengatur jemaah yang datang. Semakin mendekati waktu azan, masjid semakin penuh... Yang tidak kebagian tempat bisa juga solat di luar di bawah payung-payung yang belum terbuka. Ada ibu dari Indonesia di dekat kami yang duduk di pinggir dan pakai kursi, namun posisinya agak maju dari susunan shaf sajadah masjid. Kemudian datang ibu berkursi roda, kursi roda ditaruh di lorong, dia duduk di belakang ibu-ibu yang pakai kursi tadi. Jadi boleh dibilang satu sajadah 2 orang. Askar wanita sibuk melarang menyuruh pindah, ibu yang duduk di depan diam saja, ibu yang tadi berkursi roda tidak mau pindah, dia dari wajahnya orang timur tengah dan sudah tua, matanya berkaca-kaca...  karena mau kemana lagi, masjid sudah penuh, dan sepertinya dia ingin solat di dalam. Akhirnya askar wanita pergi membiarkan ibu-ibu tersebut. 

Kesempatan untuk memperbanyak ibadah lanjut lagi di Madinah di Masjid Nabawi yang pahalanya 1.000 kali lipat. Sambil menunggu, ada banyak waqaf Al Quran yang bisa dibaca. Solat subuhnya juga lama sama seperti di Masjidil Haram, suara imamnya pun bagus. Selesai solat fardhu juga sama seperti di Masjidil Haram selalu ada solat jenazah, jemaah ada yang lanjut ikut, ada juga yang tidak.

Di dalam Masjid Nabawi

Selesai solat kami lanjut berkumpul sesama jemaah perempuan satu tur, jumlahnya 25. Ketemu Ustad Muthawif di depan pintu 10 terus lanjut ke arah Raudhah di bagian depan Masjid Nabawi di bagian kiri. Kalau ada Muthawif perempuan enak bisa ikut juga ke Raudhah, karena kami tidak punya, maka Ustad Muthawif hanya bisa mengantar sampai batas antrian per grup. Anggota tur kami yang paling depan memegang kertas print an nama-nama kami yang disebut sebagai tasrih. Jadi sebelum masuk, kami harus didaftarkan dulu per grup serta ada jadwalnya. 

Kami harus berdiri satu baris ke belakang, tidak boleh terpisah. Juga jangan sampai ada orang lain nyelip, karena nanti akan dihitung jumlahnya saat masuk. Lagi sibuk antri, eh payung Masjid Nabawi kebuka dong... buru-buru ambil hp dan merekamnya. Lama ya payungnya kebuka, kami sudah disuruh maju, terpaksa merekamnya stop dulu. Nanti besok-besok masih ada kesempatan. Sesampainya di antrian paling depan, sepertinya ada kesalahan pada tasrih kami, kami disuruh keluar lagi dari barisan. Kami yang dibelakang ikut saja sambil kebingungan. Ustad menghampiri kami nanya kenapa keluar lagi, ternyata kata mbak yang paling depan tasrih kami tanggalnya salah, bukan hari ini setelah di scan petugasnya. Yah... gagal bisa masuk ke Taman Surga pagi itu.... 😌 

Kasihan Ustad Mutahwif kami, dia jadi nggak enak dan berjanji akan tetap mengusahakan agar kami bisa masuk, Kami menunggu di dekat sana sambil duduk-duduk, sementara Ustad kami mengurus tasrih yang salah tanggal itu. Terus apa yang kami lakukan, hari makin siang dan belum sarapan sama sekali. Yang bisa kami lakukan ya cerita-cerita sambil foto-foto dong... Saya pakai baju putih tidak takut duduk melantai karena lantainya sangat bersih. Memang ya untuk hal yang sangat berharga, pasti berat dan usahanya harus kuat. Seperti kata Desi, ini hadiah nunggunya bukan kipas angin, tapi bisa berdoa di Raudhah, tempat yang mustajab untuk berdoa, hal yang sangat dinantikan dan luar biasa. Raudhah disebut taman surga yang merupakan tempat diantara rumah Nabi Muhammad dulu dengan mimbarnya. Sekarang rumah Nabi sudah menjadi makamnya bersama Abu Bakar Ash Siddiq dan Umar bin Khattab. Rekomendasi solat oleh Ustad Muthawif yang bisa dilakukan setelah Solat Tahiyatul Masjid di Raudhah adalah Solat Taubat dan Solat Hajat. Karena sebaiknya sebelum berdoa meminta sesuatu, kita mengingat dosa kita dulu. Tapi saya tidak yakin bisa melaksanakan ketiga solat itu jika berhasil masuk nanti, karena waktunya sangat sedikit dan belum lagi doanya. Jadi harus dipilih yang mana yang akan saya kerjakan.

Hari semakin siang, di grup wa dapat info kalau nenek akan datang bergabung, nenek diantar dari hotel untuk bergabung dengan kami yang sedang menunggu, setelah nenek datang, Ustad Muthawif juga datang dengan gembira membawa tasrih yang tanggalnya sudah diperbaiki. Alhamdulillah ya, ini memang sepertinya rejeki nenek, kami tidak boleh meninggalkan satupun anggota tur untuk ke Raudhah, ditakdirkan harus saling menunggu dan bersama-sama nampaknya. Anggota tur yang sudah batal kemudian berwudhu lagi, dan kemudian kami kembali antri untuk masuk Raudhah.

Alhamdulillah ya, akhirnya kami bisa masuk juga ke Raudhah. Di pintu dalam, kami mendapat satu botol kecil air zamzam yang ada tulisan tidak diperjual belikan. Kemudian duduk berbaris lagi untuk menunggu giliran masuk. Jangan sampai salah ya untuk masuk ke Raudhah. Areanya tidak terlalu luas, jadi harus dipastikan kita masuk ke area yang tiangnya berbunga-bunga, kalau tidak itu bukan wilayah Raudhah. Kalau dulu sajadahnya beda warna merah dan hijau, tapi kalau sekarang sudah hijau semua seingat saya. Begitu sudah dipersilahkan masuk, semua berlari berebutan mencari tempat. Begitu saya pastikan saya masuk ke area yang tiangnya berbunga, saya membentang sejadah secukupnya asal bisa rukuk, duduk dan sujud walau sempit. Saya hanya sempat Solat Tahiyatul Masjid dan Solat Taubat, Solat Hajatnya tidak sempat saya kerjakan karena takut keburu diusir dan saya belum memanjatkan doa saya maupun doa-doa yang dititipkan ke saya. Saya putuskan saya harus taubat dulu sebelum meminta sesuatu kepada Allah. Tidak perlu saya tulis spesifik ya doa saya apa saja isinya yang saya panjatkan saat itu, yang jelas saking saya bersungguh-sungguhnya saya menangis. Ini wajar kan, karena semua orang juga menangis di sana. Selama berdoa saya tidak perduli lagi orang-orang lewat di depan saya, sampai ada yang megang kepala saya saat lewat saking sempitnya. Saat sudah selesai dari sana saya puas, semua yang saya ingin sampaikan sudah disampaikan di sana. Sebelum keluar saya sempatkan mengucapkan Assalamualaika ya Rasulullah ke arah Makam Nabi Muhammad, Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk berziarah ke Makam Nabi Muhammad saat itu...

Terdampar mau masuk Raudhah


Pulangnya baru terasa lapar, tapi sarapan hotel sepertinya sudah habis, jadi kami harus beli makan sebelum pulang ke hotel. Saking hebohnya mau masuk Raudhah, salah satu anggota tur ada yang ketinggalan tas dan ditemukan oleh anggota tur yang lain. Saat kami semua sudah selesai, mbak yang kehilangan tas belum muncul, mungkin dia masih mencari tasnya, padahal tasnya ada di kami yang menunggu. Untung tak lama, dia muncul dengan muka yang khawatir yang langsung kami sambut dan tanya apakah dia sempat ke Raudhah, dan untung dia tetap bisa ke Raudhah yang kemudian dapat sorakan lega dari kami semua. Saat sesi foto bersama di depan pintu Raudhah, mbak yang kehilangan tas kami suruh ke depan... 😁

Pulangnya jalan kaki ke hotel ternyata jauh ya saudara-saudara. Perjalanan makin lama karena baru sadar foto dengan payung Masjid Nabawi yang terbuka lebar baru sedikit. Jadi sesi foto-fotonya lanjut lagi. Selain payung, di halaman Masjid Nabawi juga banyak kipas angin yang mengeluarkan uap air untuk mendinginkan cuaca. Pasti mahal sekali ya perawatan kipas dan payung di sana. Nenek pulangnya numpang semacam mobil golf seperti di bandara dengan didampingi beberapa ibu-ibu dari tur kami, Ustad Muthawif dapat reward ikut juga di mobil itu. Saat mereka lewat kami dapat dadah-dadah lambaian tangan dari mereka... Ngeselin kan ya... 😅

Payung Masjid Nabawi terbuka lebar di siang hari


Sarapan kesiangan kami diputuskan akan dibeli di toko kebab di samping hotel. Tapi yang dibeli bukan kebab, tapi ayam dan kentang, kebabnya dibeli lain hari. Di samping hotel juga ada toko baju yang banyak abaya bagus-bagus, serta ada juga toko kurma. Sambil menunggu makanan kami masuk ke toko kurma. Saya mau beli kurma Sukari yang saya cicip di Masjidil Haram, selain itu banyak varian lainnya seperti kurma Ajwa, tapi tidak saya beli. Kurma olahan juga ada, kurma yang tidak pakai biji lagi, tapi tengahnya kacang, ada juga yang dikasih wijen. Boleh dibilang di sana surganya kurma. Selain itu saya juga beli coklat dan kacang, penjualnya super ramah dan lancar berbahasa Indonesia. Halal-halal katanya saat kami mencicipi. Kata-kata halal juga diucapkan kalau sudah sepakat mengenai harga. Tapi penjual di sana awalnya ramah lama-lama ngeselin juga karena kami diusahakan tidak stop belanjanya, ditawari yang lain terus, uang riyal oke, uang Jokowi juga oke... Akhirnya bisa stop setelah saya ngomong, hotel kami di sebelah, nanti pasti balik lagi. Sebenarnya saya tertarik beli kurma muda yang versi enak dimakan. Tapi kemasannya kotak besar 2 kilo, tidak akan muat di koper saya. Kurma muda ada versi untuk obat yang biasanya dikeringkan, ada yang versi mentah seperti yang saya temui di Masjid Ji'ronah, nah yang saya maksud adalah kurma muda yang masak, warnanya hijau seperti anggur, kalau digigit krenyes garing berair, saya sempat cicip punya Amel waktu di Mekah. Setelah makanan yang dipesan selesai di toko sebelah, kami pulang ke hotel. Makanan yang kami beli isinya ayam kentang ditambah roti pipih khas timur tengah. Sementara makan siang bisa di hotel, menunya berbeda dengan hotel di Mekah yang khas Indonesia, di Madinah hotelnya makanannya ada khas timur tengahnya seperti nasi briyani dan lauk seperti ayam yang dimasak kari. Selain ayam kami juga pernah makan ikan patin, ya sepertinya ada pemasok khusus di sana ya yang menjual ikan patin.

Makanan beli di samping hotel


Nasi Briyani di hotel


Hotel di Madinah ini juga super ramai. lift juga banyak tapi manusia juga banyak. Tapi bedanya dengan hotel di Mekah, hotel kami di Madinah ini tamunya dari berbagai negara. Ada yang dari Uzbekistan, dan bahkan saya dan Desi pernah ketemu yang dari Palestina. Mereka ramah sekali yang dari Palestina, ketika kami dari lantai ruang makan, ketemu rombongan mereka di lift saat mereka baru datang. Walau mereka Bahasa Inggrisnya tidak lancar tapi mau berkomunikasi dengan orang asing. Yang laki-laki sibuk nanya saya turun di lantai berapa, saya jawab 2 kali untuk turun di lantai 10 sampai dia mengerti. Yang perempuan buru-buru narik saya saat pintu lift mau menutup. Mereka cerita baru sampai di Madinah, saya jawab kalau saya sudah dari Mekah. Saat saya bilang saya dari Indonesia mereka langsung memberi saya jempol.... "Indonesia good..." kata mereka... Alhamdulillah ya, sepertinya Indonesia bernilai positif bagi orang-orang Palestina.

Jadwal hari itu hanyalah berkeliling di seputaran Masjid Nabawi. Waktunya dari setelah Ashar sampai Magrib. Karena hotel kami dekat, justru kami jadi telat terus datang ke Masjid saat azan. Solatnya selalu di luar.... Tapi tenang... solat di luar tidak panas karena ada payung dan kipas serta tetap masih ada sajadah hijaunya. Kalau soal tempat solat saya tidak pilih-pilih, tidak harus dekat Desi terus, karena orang di sana baik-baik. Ada ibu-ibu dari India yang langsung bantu membentangkan sejadah saya saat saya datang, jadi saya tidak mau pindah walau Desi manggil-manggil ngajak pindah ke dekat dia yang tempatnya lebih luas.

Tur sore seputar Masjid Nabawi kami keliling-keliling dari pintu 328 ke taman apa saya lupa, lanjut ke Masjid apa saya lupa juga.... 😁 kemudian masuk ke Masjid Nabawi dari pintu depan. Banyak informasi yang disampaikan oleh Ustad seputar tempat dan hal-hal lainnya seperti pernikahan Fatimah anak Nabi Muhammad dengan Ali bin Abi Thalib, sampai ke cerita bekas lubang sumur yang ada di Masjid Nabawi di dekat tempat sepatu yang dimana saya lupa lagi... 😅 Duh kalau penjelasan Ustad ada ujiannya, sudah pasti saya tidak lulus ini...

Kalau yang umrohnya sudah lama, pasti bingung kalau tau nomor pagar Masjid Nabawi 300 an, karena ini baru diubah. Jadi pintu pagar Masjid Nabawi kode angka depannya 3, misalnya hotel kami dekatnya dengan pintu 328. WC kodenya 2, misal yang dekat pagar 328 adalah WC 221. WC dipisah perempuan dan laki-laki tentu saja. Cuma herannya ada WC yang ketika saya dan Desi masuk tidak ada WCnya saat turun eskalator, melainkan langsung ke parkir mobil di bawah tanah. Sepertinya tidak semua WC berfungsi. Untuk lokasi, tenang WC di Masjid Nabawi lokasinya di halaman Masjid, tidak jauh di luar seperti Masjidil Haram, jadi yang batal wudhunya tidak perlu jalan kaki jauh. Untuk pintu Masjid, angkanya mulai dari satuan, seperti kami solat subuh tadi masuk dari pintu 9. Jadi kesimpulannya penomoran ini dibedakan supaya tidak tertukar angka antara pintu Masjid, penamaan WC dan pagar Masjid.

Menjelang Magrib, kami dapat anugrah melihat payung di Masjid Nabawi menutup. Keren sekali loh, menutupnya bisa barengan dan tidak numpuk begitu, perhitungannya sangat tepat sekali antara jarak payung satu dengan yang lainnya. Solat Magribnya kami dapat tempat di luar masjid tepatnya kali ini di samping. Malas kemana-mana jadi kami lanjut menunggu Isya. Peserta tur sepertinya sudah banyak yang belanja, habis solat kemungkinan bakal belanja lagi. Toko-toko di seputaran Masjid Nabawi ini banyak sekali, orang Indonesia memang luar biasa sekali rasa pedulinya terhadap sesama. Rasa peduli ke keluarga dan teman yang ditinggalkan di Indonesia sehingga harus dikasih oleh-oleh... 😎😓 Saya belum pernah nemu penjual yang tidak bisa Bahasa Indonesia, semuanya bisa.... luar biasa ya... 

Oh ya ada satu cerita hari ini. Saking banyaknya pintu Masjid Nabawi, kali ini Bapak Desi yang tersesat. Mungkin karena kebaikan Desi menemukan anak-anak di Masjidil Haram waktu itu, maka sekarang dibalas ada orang baik yang membantu Bapak Desi. Bapak Desi lupa patokan pintu yang mana untuk ke hotel kami, hp nya tidak mengaktifkan roaming jadi tidak bisa dihubungi dan menghubungi siapapun. Sebenarnya ada kan informasi nomor tour leader dan info hotel di name tag kami, tapi name tag Bapak Desi hilang. Untung beliau ingat nomor Ibunya Desi, sehingga bapak yang baik tadi bisa wa ngasih info kalau Bapak Desi ada di depan hotel apa di pintu 330. Jadi, ibunya Desi segera menghubungi tour leader kami untuk menjemput Bapak Desi. Emang sih jaraknya cuma 2 pintu, tapi kan kalau lupa dan baru sehari di sini ya pasti bingung juga ya.

Tidak perlu takut jalan-jalan malam atau subuh di seputar Masjid Nabawi, karena suasana selalu ramai, tapi tetap harus hati-hati juga, kalau bisa tetap ada laki-lakinya, itulah sebabnya adik Desi sering ikut kami kalau lagi jalan. Gedung-gedung di sekitar Masjid Nabawi tingginya sama, kebanyakan toko dan hotel. Kalau mau belanja murah bisa ke BinDawood. Saya koleksi uang kertas pecahan kecil dan koin-koin riyal. Agar mendapatkan uang sennya, saya jadi sengaja beli barang yang harganya ada komanya agar dapat koin sen. Malam ini akhirnya saya bisa tidur agak lama. Nanti solat Subuh selanjutnya tidak perlu bangun jam setengah 2 atau jam 3, menjelang azan juga bisa, tidak perlu mandi, siap-siap sebentar dan melipir sedikit sudah sampai.

Bersambung Part 7...

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...