Hari H akhirnya tiba, kami akan ke Phuket.... horeee..... Check out pagi-pagi dari hotel menyebalkan dan mencari taksi untuk ke bandara. Ternyata sudah hotelnya tidak memuaskan, resepsionisnya tetap mau untung banyak. Kami dicarikan taksi dan katanya ongkosnya 130 MYR. Okeh... kami bayar karena memang tidak tau pasaran ongkos taksi ke bandara, dan ternyata.... sopir taksi kami yang sudah tua dan bawa taksinya super pelan itu, argonya masih jalan, dan angka menunjukkan 70 MYR begitu kami sampai di bandara. Jadi kesimpulannya si resepsionis untung banyak hari ini, semoga dia rejekinya lancar dan dibukakan jalan yang benar nantinya... Daripada nyumpahin lebih baik kami berbesar hati....

Selesai drop bagasi, kami nyari sarapan dulu eh makan siang ... apapun namanya whatever lah. Dikatakan makan pagi sudah kesiangan, tapi dikatakan makan siang belum nyampe waktunya. Sepertinya kami sudah terbiasa dengan jadwal makan yang berantakan ini, semoga maag tidak kambuh nanti, dietttt!!!.... nggak jelas lagi.... Jarang makan, tapi sekali makan, makannya buanyakkk....

Celingak celinguk nyari makan, pilihan kami benar-benar menunjukkan kami cinta Indonesia atau lebih tepatnya kami sangat tidak kreatif. Kami makan di Bumbu Desa, dan memesan makanan perpaduan makanan Indonesia dan minuman Malaysia.

Nasi kuning dan teh tarik.


Selesai makan, masih banyak waktu. Tapi karena sudah tidak ada lagi yang perlu dikerjakan kami menuju gate L2. Bandara KLIA2 berbentuk letter H, tapi Hnya landscape bukan portrait. Kaki-kaki dan tangan-tangan huruf H itulah dimana para pesawat pada parkir nyari penumpang.... hehe.... Gate L adalah ruang tunggu yang lumayan dekat setelah melewati imigrasi, tinggal belok kanan dan sampai. Tapi sayangnya karena kami terlalu cepat jadi pintunya masih dikunci. Jadi kami menunggu dengan duduk-duduk di luar. Nah seandainya mendapat gate P atau Q, maka celakalah kami, karena itu artinya harus menyeberang sky bridge yang merupakan pinggang dari huruf Hnya yang jaraknya lumayan jauh.

Semakin mendekati waktu boarding, daerah di sekitar kami semakin ramai, dan kami sudah merasakan aura Phuket, sebab kenapa.... sebab penumpang-penumpang yang akan naik pesawat dengan kami semuanya bule. Ya ada sih yang Asia, bahasa mereka kedengaran Jepang atau Korea gitu, sisanya adalah bule. Waktunya tiba, pintu dibuka dan masuklah kami ke ruang tunggu. Waktu tunggunya tidak lama, beberapa saat kemudian kami sudah dipersilahkan masuk ke pesawat.

Perjalanannya memakan waktu kurang lebih satu jam. Saat hendak mendarat sudah benar-benar terlihat kayak Bali. Bandaranya di tepi laut, begitu mau mendarat kanan kiri adalah laut, begitu keliatan pantai, langsung mendarat. Gila tuh orang-orang di pantai bawah, nggak takut dihinggapi pesawat....

Masuk imigrasi Thailand udah merasa kalau kami adalah orang asing. Hanya kami berdua yang berkerudung, emang sih penampilan warga lokal mirip sama orang Indonesia, tapi kalau mereka ngomong udah langsung beda, lain halnya di Singapura dan Malaysia dimana banyak orang yang masih memakai Bahasa Melayu.

Selesai urusan imigrasi, kami ditawari sim card gratis, true move yang sepertinya memang ditujukan untuk turis. Kartunya gratis tapi pulsanya kosong. Untuk top up bisa dilakukan di sevel atau family mart. Urusan selanjutnya adalah taksi, untuk yang privat ongkosnya bisa mencapai 800 THB ke Patong, tapi kalau mini van yang berisi 10 orang, hanya 180 THB. Tentu saja kami memilih yang murah, walaupun harus menunggu penumpang lain sampai hitungannya cukup. Kami juga ditawari paket menuju pulau-pulau, tapi kemahalan dan kami yakin ada yang lebih murah bisa kami temukan di Patong.

Perjalanan menuju Patong sangat menarik. Yang paling menarik perhatian tentu saja tulisan keritingnya. Setelah kuperhatikan tulisan Phuket dalam tulisan Thailand seperti ejaan nina dalam huruf latin. Ditengah perjalanan, mobil berhenti di kantornya mini van yang membawa kami. Kami turun untuk didata lokasi hotelnya, sekalian mereka promosi menawarkan paket tur mereka yang lagi-lagi kami tolak. sesampainya di Patong, kami didrop di pinggir jalan karena letak hotel kami masuk ke dalam dan jalannya sempit. Dan ternyata.... sopir menurunkan kami di lorong yang salah, begitu kami jalan masuk dengan menggeret koper kami yang sudah berpengalaman diajak tersesat, kami tidak menemukan The Belle Resort, letaknya setelah ditanya ke orang-orang ada di lorong satunya setelah melewati Mc D. Cara baca nama hotelnya juga ternyata salah, Belle dibaca beww .... baru mereka tahu dimana.... *banting koper*

Yah tapi nggak apa-apalah, jalannya dikit juga, dan kami ternyata dihibur dengan fasilitas hotel yang sangattttt...(t nya banyak).... memuaskan.... Hotelnya lumayan sedang, bersih dan nyaman. Kamarnya lebih luas dari di 85 Beach Garden, TV kabel, pemanas air minum, kamar mandinya oke, showernya tanpa cela, ada pengering rambut. Padahal, dari 4 hotel yang kami pesan dalam perjalanan kali ini, hotel inilah yang termurah, kami beruntung mendapatkan harga kurang dari 200 ribu rupiah per malamnya. Yang kurang hanyalah ketiadaan lift itu saja. Lantai atasnya terbuat dari kayu, jadi kalau jalan kami nggak bisa cepat-cepat karena akan bikin keributan.

Hari ini kami tidak punya acara khusus, pokoknya mau cari pulsa dulu dan kemudian makan. Sisanya kami sepakat akan istirahat karena kami merasa sudah sangat capek dalam 4 hari ini harus bangun pagi dan jalan kaki jauh. Hitungan langkah kami sudah luar biasa kalau dihitung dari pedometer. Kakiku sudah lecet, kalau nginjak kamar mandi yang basah, pedih banget. Jalan hari ini juga jadinya dipakein hansaplast, dan pake kaos kaki supaya lecetnya tidak bertambah.

Keluar cari makan, kami beruntung ada satu tempat makanan halal di dekat hotel yang bisa kami kunjungi. Pemiliknya bapak-bapak yang mukanya mirip temen kuliahku dan sangat ramah, kami pesan kangkung dan tomyam ayam berhubung dedek alergi seafood... minumnya teh Thailand dingin dan panas pake myu.... alias milk.... *Les spelling sama Mario Maurer*

Saia dengan minuman teh dikasih myu...


Ayamnya tenggelam susah dicari...


Habis makan, ke family mart. Beli pulsa, makanan kecil dan air minum, karena minuman di hotel kurang banyak. Aku langsung patah hati karena ternyata pulpy orange di sana tidak ada label halalnya. Selain itu susah cari makanan kecil yang halal, hanya beberapa. Makanan beku di sana sudah pasti tidak ada yang halal, kasirnya yang berkerudung sangat tidak merekomendasikannya.

Keluar dari sana nyebrang cari obat, dua butir obat sakit kepala yang kubawa dari rumah sudah kumakan kemarin dan akan habis kumakan malam ini, jadi aku butuh obat sakit kepala baru untuk jaga-jaga. Selain sakit kepala, tenggorokan rasanya kering dan badan rasanya mau demam. Duh nggak lucu banget jauh-jauh ke Phuket nyicip rumah sakitnya. Urusan obat selesai, kami nyari paket tur untuk besok, ada banyak pilihan di sana, tapi kami menjatuhkan pilihan kepada kios di depan toko obat yang orangnya sangat ramah. Ada banyak pilihan, untuk ke Phi phi island maupun James Bond Island. Naik kapal besar, sedang atau speedboat, harganya juga bervariasi. Dasar kami cewek, pelit, dan hemat.... tawar menawar berlangsung alot. Untung penjaga kiosnya periang dan tidak mudah tersinggung kami tawar semurah-murahnya. Akhirnya karena tidak ada kata sepakat, kami ambil brosurnya dan janji balik lagi kalau sudah mikir-mikir.

Balik ke hotel saatnya istirahat, keputusan kami sudah bulat. Tidak sempat kalau mau ke Phi Phi Island besok dan lusa ke James Bond Island, kami harus pilih, karena sepertinya fisik tidak mengizinkan. Besok kami akan istirahat setengah hari, bangun siang dan jalan-jalan di Patong saja. Lusa yang baru ikut tur, daripada besok kami maksa jalan jauh lagi, bisa-bisa kemudian kami tur ke rumah sakit.

Lanjut Part 5

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...