Bangun subuh kaget, karena kamarnya gelap. Lho ada juga cerita mati lampu di Singapura. Bangunin DP dan katanya semalam ada seperti ledakan kecil tempat aku ngecas hp jadinya konslet. Terpaksa nelpon resepsionis, dan dia datang untuk membantu menghidupkan listrik di kamar kami. Ngeri deh, untung konsletnya nggak sampai ke seluruh hotel.

Hari kedua adalah hari yang padat, setelah sarapan pop mi kami keluar hotel jam 8 pagi, rencananya mau ke Merlion dulu demi DP. Aku sebenarnya sudah bosan, rencananya kalau masih punya waktu malam mau ke Merlion lagi, pasti suasananya sangat beda.

Naik turun MRT hari ini ringan, karena koper sudah diungsikan di hotel. Untuk ke Merlion seingatku stop di Clarke Quay. Begitu sampai, keluarnya kami ketemu jalan yang harus naik tangga secara manual sebanyak 90 anak tangga. Ini serius nyiksa deh kayaknya, feelingku kayaknya nih jalan salah. Benar saja, setelah keluar stasiun, nggak jelas dimana hotel Fullerton, setelah di cek pake waze ternyata salah besar lokasinya. Haha... si DP pasti kesel guide nya abal-abal, aku dua kali mengunjungi Merlion Park, sekali dengan my sister yang hapal jalan jadi aku nggak repot harus tau jalan, kedua dengan rombongan diantar sopir. Jadi jangan salahkan aku kalau sampai sekarang aku masih tidak tahu jalan menuju ke Merlion. Kemudian kami turun lagi ke stasiun MRT, dan kali ini ganti tujuan ke Raffles. Keluar stasiun bingung lagi kemana arah ke Singapore River. Berdasarkan feeling, peta dan nanya... akhirnya kami sampai.

Kami di Merlion Park


Setelah puas videoin, ngambil foto dengan latar di gedung duren, singapore flyer, marina bay sand serta merlion, kami lanjut lagi jalan menuju stasiun MRT untuk ke Sentosa, sebelumnya mampir sebentar beli es krim di depan Hotel Fullerton.

Yahhh... foto sama tiang ini lagi...


Lumayan, ada petunjuk ke stasiun MRT walau kecil banget...


Sesampainya di Harbour Front, kami menuju Vivo City di lantai 3 untuk naik monorail. Oh ya kami dapat pinjaman kartu Ez Link yang tinggal di top up sehingga tidak repot dua kali antri, antri tiket dan antri masuknya. Entah kenapa rasanya karena kejadian kemarin aku agak trauma masuk antrian. Antrian mau masuk monorail aja sudah panjang, tidak terbayang kalau harus antri dulu lagi untuk beli tiket karena sangat panjang juga.

Kami stop di stasiun yang lebih jauh dulu yaitu Imbiah. Suasana di depan Big Merlion sudah berubah lagi sejak terakhir aku datang. Bang Bruce Willis masih setia menunggu di bawah. Tapi kali ini kami sudah punya tiket untuk ketemu tokoh-tokoh lainnya di atas, setelah melewati 5 eskalator.

Suasana di depan Merlion Sentosa


Di Madame Tussauds kami menukarkan tiket yang didapat dari Matahari Mall, dan mulailah perjalanan kami di Madame Tussauds. Yang tidak kami ketahui berikutnya adalah, ternyata kami harus ikut tur dulu sebelum ketemu tokoh-tokoh yang kami incar untuk difoto. Kami digiring menuju suatu ruangan dan ternyata kami peserta terakhir, begitu kami masuk ruangan langsung ditutup. Jumlah rombongan saat itu kurang lebih 20 orang.

Di ruangan pertama ada seorang pemandu yang menggunakan Bahasa Inggris dengan bersemangat menceritakan sejarah Singapura sambil sesekali berinteraksi dengan peserta. Entah berapa lama dia mengoceh selanjutnya kami beralih ke ruangan berikutnya. Ruangan yang berkonsep seperti bioskop dengan 4 layar kecil seperti bingkai foto dengan masing-masing layar berisi seorang tokoh dan mereka saling berbicara seperti lukisan Harry Potter. Sementara mereka mengobrol, ada satu layar besar memanjang ke bawah yang terletak di samping yang menayangkan foto peta dan visual-visual lainnya yang seperti menerangkan kisah perjuangan Singapura dulunya, semua pertunjukannya dilengkapi dengan musik yang sesuai dan ruangan yang digelapkan. "Bioskop" tersebut memiliki kursi teater, panggung diganti peti-peti dan kotak-kotak yang memberikan kesan di masa lampau.

Selesai dari pertunjukan tadi kami pindah ke ruangan lain di lantai 2, Kami ketemu lagi pemandu berikutnya yang berdiri di samping kolam kecil buatan, lengkap dengan jalanya. Entah dia ngoceh apa yang jelas pikiran sudah tidak konsen karena merasa pertunjukannya lama sekali dan sudah tidak sabar ke tujuan sebenarnya. Setelah dari itu kami pindah ke dua ruangan lagi dengan beberapa layar kecil yang juga entah menceritakan apa, karena aku tidak menyimak. Selanjutnya pindah ruangan yang gelap lagi, dimana kali ini si pemandu berinteraksi dengan patung yang seolah-olah bicara. Kemudian pindah lagi melewati ruangan dengan patung-patung yang menceritakan kehidupan masyarakat. Seperti anak yang main layangan, ibu-ibu yang berjualan dan lain-lain. Untuk ke ruangan selanjutnya kami diminta menunggu, sepertinya pemandu berikutnya belum siap. Beberapa saat kemudian kami masuk ke ruangan dengan deretan kursi dan layar besar. Pemandu menceritakan tentang perang yang dulu terjadi di Singapura, layar menunjukkan pesawat terbang dengan ledakan-ledakan seperti di film Pearl Harbour. Kali ini si pemandu agak lebay, selesai pertunjukan dia lari ngajak kami seolah sedang dikejar musuh. Kami sih nyantai ngikutin dia... si pemandu lebay melucu garing dengan bersembunyi di sela dinding yang ada tanaman rambat. Di kegelapan dia mengarahkan senter ke mukanya dan mengucapkan selamat jalan kepada kami yang lewat.

Kemudian kami menonton pertunjukan yang modern. Singapura masa kini, menggunakan dinding sebagai media untuk video mapping. Keren deh pokoknya, dilengkapi dengan musik membuat aku tertarik. Dan kemudian kami sampai ke "danau" yang melingkar yang lebarnya seukuran satu perahu. Perahu tersebut kursinya dua dua, dengan penumpang kalau tidak salah berjumlah 6 untuk satu perahu. Luar biasa deh pengelolanya kreatif bikin tempat seperti itu di gedung yang dari luar biasa saja. Tur air dimulai... di sekeliling "danau" itu banyak patung-patung entah siapa saja, juga miniatur merlion yang menyemburkan air dan semburannya stop begitu ada perahu lewat dibawahnya. Juga ada Marina Bay Sand serta ada pesawat di atas kami. Oke kali ini aku sangat tertarik.....

Selanjutnya perjalanan sesungguhnya dimulai, taraaa.... yang pertama kali menyambut kami adalah Pak Soekarno... Sebagai turis narsis yang lebih mementingkan foto ketimbang pengalaman, maka kami punya standar tersendiri untuk satu foto. Fotonya baru ganti objek kalau sudah dapat yang bagus... Dan ternyata DP lebih parah.... standar dia jauh lebih tinggi daripada aku... kalau foto, latar belakangnya juga harus utuh, seperti Merlion yang gedung-gedung di belakangnya nggak boleh kepotong. Foto tidak boleh blur dan syarat lainnya. Jadi tidak heran kalau untuk satu foto bisa sampai 10 kali dan semuanya dikali 2 berhubung kami berdua....

Saking nafsunya rasanya mau foto dengan semua patung, tapi karena sadar ternyata patungnya banyak sekali, jadi kami yang awalnya foto dengan semua patung akhirnya jadi milih-milih. Ruangan pertama adalah tokoh Dunia, ada Soekarno, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, Barrack Obama, Ratu Elizabeth dan lain-lain.

Dengan Soekarno


Di ruangan kedua adalah atlet-atlet, kami foto diantaranya dengan David Beckham yang sedang sit up, Muhammad Ali, Yao Ming, Ronaldo, dan Tiger Woods.

Gila Yao Ming tingginya...


Kostum Messi


Yang gila-gilaan adalah beberapa ruangan yang berisi artis-artis... dari Bollywood sampai Hollywood, Shahrukh Khan, Amita Bachan, Katy Perry, Taylor Swift, Michael Jackson, Beyonce, banyak banget.... sampai nggak bisa disebutin satu persatu... Beberapa dari mereka juga dilengkapi dengan properti khusus, seperti rambut palsu, topi dan kacamata yang bisa kita pakai...

Wawancara dengan Oprah Winfrey...


Ketemu Bang Tom Cruise


Sama Tante Madonna


Karena sadar sudah siang, kami lapar dan masih banyak tempat yang harus dikunjungi, termasuk museum trick eye. Akhirnya kami cabut setelah sampai di patung terakhir. Sialnya di luar hujan, nekat kami mencari jalan melewati hujan dan turun menuju stasiun monorail menuju Waterfront.

Kami tidak ke Universal Studio, tapi masih sempat foto dengan bola dunianya. Kami menuju ke museum trick eye, dan lagi-lagi bisa ditebak kami harus antri lagi.... OMG. Okeh, antri ini memang harus dimaklumi daripada kami sesak napas di dalam sana kebanyakan orang.

Setelah berhasil masuk, rumusnya sama di Madame Tussauds, satu objek foto harus berkali-kali motonya supaya dapat hasil yang bagus. Spotnya banyak sekali sampai membuat kami kembali lupa diri.

Saia tidak mau terjun...


Kasihan gadis kecil penjual korek api kedinginan...


Ini apa ya...


Hore naik Merlion...


Santai dulu ya...


Setelah puas, lelah dan lapar kami kembali ke Vivo City dengan seperti biasa antri untuk masuk ke monorailnya. Kali ini kami makan di Vivo City, makan pertama kami secara resmi di Singapura setelah semalam cuma makan makanan beku dari Seven Eleven serta tadi pagi makan pop mi yang difasilitasi hotel untuk pemanas air di kamar, dan menu yang kubeli adalah ayam goreng sama ikan asin.... Luar biasa deh puasnya, kapanlagi makan ikan asin di Singapura, yang kurang adalah lalap daun ubi rebusnya.

Kembali akrab dengan MRT kami ke Chinatown. Aku hanya beli sedikit suvenir di sana karena terus terang aku sudah bosan, sementara DP kukasih pesan, jangan terlalu banyak beli barang, ingat bagasi kami yang hanya 25 kg bagi dua untuk ke Phuket sekali jalan.

Habis dari Chinatown kami iseng ke Orchard, keluar stasiunnya kami di Wisma Atria, bingung lagi mau keluar dari sana lewat mana jalannya. Kaki sudah sangat pegal, tapi perjuangan belum selesai.... Misi hari ini harus tuntas. Akhirnya ketemu juga jalan keluar setelah nanya ke bagian informasi. Nggak belanja apa-apa, cuma DP kutunjukin Lucky Plaza, dan mall-mall lain serta arah tempat hotel kami menginap dulu saat Bulan September.

Balik ke hotel sudah malam, rencana mau ke Merlion lagi saat malam dibatalkan karena kaki sudah minta istirahat, makan malamnya bisa ditebak, karena susah nyari makanan halal, lagi-lagi ke Seven Eleven beli makanan beku, kali ini aku beli ayam hainan yang rasanya aneh bagiku

video youtube

Lanjut Part 3

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...