Ini adalah catatan perjalananku pertama kali ke luar Indonesia, so isinya masih serba baru dan agak sedikit norak. Saat itu masih ada rute pesawat Air Asia dari Palembang menuju Johor Bahru dan belum berlaku kartu NPWP sebagai pengganti bebas biaya fiskal keluar negeri.

Hobiku banyak, dari sekian banyak hobiku itu selain hobi makan, nonton film, nulis novel, shopping, termasuklah hobi paling mahal yaitu travelling. Karena aku tipe orang yang tidak terlalu mau pusing mikirin duit (kalau ada duitnya), maka jadilah aku menjadi salah satu orang yang nggak punya bakat kaya, karena duit habis entah kemana. Ceritanya akhir tahun 2007, my sister Eyik punya rencana ke Malaysia mo ngurus kelanjutan S3nya, maka nekatlah aku mau ikut, buat ngabisin waktu liburanku dari tanggal 24 Desember sampai dengan 2 Januari.

Rencana mulai dijalankan, pesan tiket Air Asia untuk my sister sekali jalan, sedang buat aku pulang pergi, yang membuat semakin membengkak lah tagihan kartu kreditku. Total tiket kami berdua sekitar Rp 1.350.000,- itu karena aku pesennya jauh-jauh hari, yaitu pada saat hari pasporku jadi. Tiket pergi berdua Rp 730.000,- dan tiket pulang Rp 620.000,- dengan kurs ringgit saat itu Rp 2.700,-

Tiket beres, tinggal tunggu hari H, sambil tidak lupa juga menyiapkan segala sesuatunya, benda-benda yang termasuk kategori wajib dibawa adalah kamera tentu saja, selain paspor. Tidak ketinggalan baju-baju, sandal dan berbagai macam properti lainnya yang penting maupun yang tidak penting. Kami bakal menginap di apartemen milik temennya my sister di UTM, yang memungkinkan kami bisa mencuci pakaian, tapi aku tetap membawa cukup banyak persediaan baju buat persiapan kalau ternyata tidak bisa mencuci nanti.

Singkatnya tibalah hari kami berangkat, pesawatnya boarding jam 1 an, tapi kami sudah stay tune dari jam 10 pagi di Bandara, wah rajin ya.... maklumlah perjalanan pertama keluar negeri, jadi super semangat menjalaninya, dan kemudian inilah dimulai kisahnya ibarat perjalanan Sun Go Kong mencari kitab suci yang penuh cobaan dan rintangan, maka begitu juga dengan perjalanan kami ini.... hehe...

Pada saat check in dan mengurus bebas fiskal, untukku tidak jadi masalah karena alamat pasporku di Palembang maka aku bisa bebas biaya fiskal, tapi... my sister bermasalah dengan visa studentnya, dia sudah lama di sini tidak balik-balik ke Malaysia sono lebih dari 6 bulan, alamatnya juga bukan di Palembang lagi, so.... artinya dia harus bayar fiskal sebesar 1 juta.... waduh rugi banget rasanya duit 1 juta bakal melayang begitu saja. Kami tidak tau mengenai peraturan mengenai masa tinggal student yang kelamaan itu harus membayar biaya fiskal, akhirnya cari-cari akal buat “mangkir” telpon sana telpon sini cari bantuan tetap tidak berhasil. Akhirnya mengeluarkan jurus terakhir yaitu memasang tampang bloon dan masih tetap sok tidak berdosa tidak tahu peraturan itu. Setelah acara bujuk membujuk yang puanjang dan lamaaa, petugas keuangan di bandara akhirnya menyerah dan mengizinkan kami bebas fiskal hari itu. Alhamdulillah.... Setelah masalah fiskal selesai dan berterima kasih kepada si petugas yang super baik hati dan rasanya mendadak jadi ganteng..., kami naik menuju ruang tunggu penerbangan Internasional sambil bersyukur uang 1 juta tidak jadi melayang ke departemen keuangan.

Belum selesai mengambil napas lega, dapat kabar buruk lagi saat mau masuk ruang tunggu. Pempek kami yang merupakan bawaan wajib untuk oleh-oleh temen-temen my sister disana tidak boleh masuk dengan cukonya ke kabin pesawat,....Oh My God, gimana coba makan pempek tanpa cuko... ternyata peraturan ini ada karena katanya baru-baru ini ada isu bom cair. Salah strategi banget, coba deh tadi dimasukkan ke bagasi pasti aman dan bisa dibawa lengkap pempek plus cuko, so… pempek kami akhirnya jadi sendirian masuk ke pesawat tanpa cukonya. Ya udah, jadinya pasrah saja, mau bagaimana lagi, paling nanti bikin cuko lagi sesampainya disana, yang pastinya  rasanya tidak sesedap aslinya.

Saat di pesawat ngisi form masuk Malaysia dulu, ada pertanyaan mengenai apakah pertama kali masuk Malaysia, yang dengan berat hati ku isi jawaban ya.... Perjalanan menuju Johor Bahru memakan waktu sejam lebih, sesampainya di sana kembali menemui hal yang menyebalkan. Pas datang langsung dihadang Imigrasi, bukannya mendapatkan ucapan selamat datang (serasa orang penting).... tapi malah langsung ditanyain tiket balik,..... Ya ampyun.... ramah sekali, ini kan kesannya jadi nanyain tamu yang datang kerumah kapan pulangnya. Okey deh, sekarang aku ngerti kenapa hubungan Indonesia Malaysia selalu panas, terutama mengenai permasalahan TKI yang tidak selesai-selesai kalau begini caranya. Kembali lagi ke muka petugas imigrasi tadi yang males banget ngeliatnya, dengan sebelnya kukasih print out tiket Air Asia ku buat balik nanti lewat Kuala Lumpur. Setelah dia puas, aku dipersilahkan lanjut jalan sementara my sister aman-aman saja melewati imigrasi dengan paspor dan visa studentnya. Setelah petugas Imigrasi selesai memeriksa, di pintu keluar, semua koper masih harus dibongkar entah kenapa, benar-benar penyambutan yang baik kepadaku khususnya, mentang-mentang orang Indonesia banyak TKI, lagian TKI kan mendatangkan keuntungan buat mereka…… hidup Indonesia (emosi mode on). Selesai semua urusan akhirnya kami keluar juga dari bandara, kami dijemput teman-temen my sister, Mbak Irma dan Kak Isal, naik mobil kancil yang jenis mobil ini kecil dan hanya cukup untuk 4 orang. My sister dan teman-temannya langsung cipika cipiki, akhirnyaaa.... Selamat datang di Malaysia....




Hari pertama nggak kemana-mana, karena sampenya sore, cuma malamnya sempat cari makan di luar, sementara kami menginap di apartemen Mbak Irma di lingkungan UTM. Makanan Malaysia agak aneh menurutku, aku dipesenin ayam tumis sayur yang entah namanya apa nggak tau, seingatku ada ikan terinya juga dan super asinnnnn serta teh tarik (nih dia yang agak oke). Walaupun makanannya tidak sesuai selera tapi karena laper dimakan juga sampai habis, oh baru kerasa makanan Indonesia is the best, cie... langsung kangen makan pindang, keluar deh sok nasionalismenya.... hahaha...



Hari kedua juga belum begitu berkesan, karena my sister masih kangen teman-temannya disana, jadi kami belum kemana-mana, lagian di Johor rasanya nggak ada apa-apa, tapi pas sorenya sempat jalan-jalan sebentar, dipinjemin mobil buat ke Bandar (kotanya) buat tukar duit. Ampun deh Dolar Singapura Rp 6.700,- saat itu, aku merasa uangku langsut menciut drastis setelah dituker ke Ringgit dan Dolar Singapura. Jalan-jalan ke mall nya sebentar lihat-lihat plus beli barang-barang sedikit. Nemu coklat yang kurasa nggak ada di Palembang dan beli banyak (padahal pas pulangnya ternyata nemu coklat yang sama di PS), kemudian juga sempat ke Vincci beli sandal, rugi eh kalau nggak kesana, secara Vinci disana murah di banding Indonesia. Pas pulangnya mampir ke Danga Bay, nongkrong disana sebentar sambil melihat-lihat gedung-gedung Singapura nun jauh disana.



Lanjut part 2 dan part 3...

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...