Hari kedua di Macau... Rencananya mau beli tiket ferry dulu ke Hong Kong, terus ke Macau Fisherman's Wharf terus lanjut ke The Venetian *korban drama Korea*... Kenapa nggak beli sekalian besok... Soalnya takut kehabisan tiket... Sekalian kami mempelajari transportasi menuju ke terminal ferry besok yang sudah berat nyeret koper. Ada dua terminal terminal ferry di sini... Yaitu di Macau outer harbour dan satu lagi di Taipa... Tujuan ferry ke Hong Kong juga dua... Yaitu Hong Kong island dan Kowloon. Karena kami menginap di Tsim Sha Shui maka kami berencana memilih tujuan Kowloon.

Pemandangan dari jendela hotel, luar biasa sepeda motornya semalaman di luar tapi aman.


Sebelum ke terminal ferry kami menuju ke warung Barokah... Kalo dari google maps cukup dekat dari hotel... Warungnya punya orang Indonesia dan memang benar-benar warung... Selain menyediakan makanan yang bisa makan di tempat dan bungkus seperti nasi goreng dan nasi campur... Di sana juga dijual berbagai macam makanan dan produk lain... Seperti emping... indomie bahkan sandal jepit.

Karena masih di pulau yang sama, tidak menyeberang, menuju ke ferry terminal kami naik bis no. 3 dari perhentian bis di depan Sofitel Hotel, dengan ongkosnya 3,2 MOP. Di Macau harus perhatikan nomor nomor bis yang berhenti di setiap perhentian, karena ada bis yang walau lewat, tapi kalau tidak ada nomornya pada perhentian tersebut, maka dia tidak akan stop. Bis juga tidak akan stop kalau tidak diminta stop oleh penumpang dengan memencet bel atau oleh calon penumpang di perhentian bis. Di setiap perhentian bis ada tiang yang di atasnya ada nomor-nomor bis yang berhenti dan ada data setiap perhentian, berbentuk tabung yang bisa diputar. Di bis pun ada petunjuk yang sama, jadi kita bisa menghitung berapa perhentian lagi tujuan kita. Selain itu juga ada suara yang memberi tahu perhentian berikutnya dalam dua bahasa.

Kami sampai di Ferry terminal, Macau Outer Harbour, Di sana juga menjadi pangkalan shuttle bis yang mengangkut secara gratis ke hotel-hotel seperti The Venetian dan City of Dreams. kami menyeberang jalan lewat bawah dengan turun dari eskalator yang disediakan.Pembelian tiket ada di lantai 2. Jeng jeng jeng... masalah kembali datang... cewek yang meladeni kami jutek minta ampun, dengan Bahasa Inggris yang menurut kupingku tidak jelas pengucapannya. Setahuku jadwal ke Kowloon itu banyak, dari pagi dengan jeda beberapa lama, tapi aku tidak hapal, salahku tidak ku print dan ku bawa atau ku buka di hp. Ternyata di board pemberitahuan untuk ferry yang datang hari itu, ferry dari Kowloon jumlahnya lebih sedikit daripada dari Hong Kong, itu artinya bakal sama saja kan untuk tujuan Kowloon besoknya. Jadi kami sangat buta untuk jadwal ke kowloon besok jam berapa. Aku pengennya pagi, tapi jangan terlalu pagi juga. Maka kumintalah dia menyebutkan jam jam keberangkatannya, jawabannya adalah.... "No i can't!!!" Apaa!!! dia tidak mau menyebutkan jadwalnya, maka kubilang lagi, kalau aku mau yang anytime tapi jangan terlalu pagi dan jangan terlalu sore, eh dia bilang tidak ada open tiket, ya... kami sudah tau, maksudku berikan jam berapa saja dia yang pilihkan. Eh lagi-lagi dia tidak mau dan nanya kami mau yang jam berapa? dia tidak mengerti kalau kami tidak tahu jam berapa saja keberangkatannya... sepertinya kesalah pahaman ini terus berlanjut dan tidak akan selesai-selesai... Anehnya si jutek begitu temannya lewat langsung bercanda dan kembali pasang tampang masam ketika melihat kami lagi. Setelah perdebatan yang alot dan semakin memanas akhirnya dia menyebutkan jam jam keberangkatan secara cepat, tapi tidak ada yang jelas, begitu kami ulangi ternyata salah lagi... Aku cuma mau yang sekitar jam 10 tapi entah kenapa tidak ada... akhirnya ada satu kata yang bisa kami tangkap yaitu jam 2 lewat 5 menit, dan daripada semakin darah tinggi aku langsung menyambar mau yang jam itu, harganya kalau tidak salah 160 MOP. Kampret kan... kami jadi besok siangnya ke Hong Kong dan sampainya pasti sore, trus kemana lagi kami, seharusnya bisa ke satu tempat jadi terancam tidak jadi.

Setelah urusan tiket beres, kami memutuskan jalan kaki ke Macau Fisherman's Wharf. Kalau naik bis cuma satu perhentian, jadi kami putuskan jalan kaki saja. Mengikuti google maps kami akhirnya sampai di suatu tempat yang dari pagarnya tertulis nama tempat yang kami cari, lengkap dengan umbul-umbulnya, berarti sudah benar. Tapiiii gedung-gedungnya banyak dan memanjang, sementara gedung pertama yang kami lihat aku sangat yakin adalah hotel sekaligus kasino. Terus mana theme park yang ada coloseum mininya. Browsing tidak membantu, akhirnya aku nekat menuju pintu masuk hotel dan nanya ke petugas di sana. Dia menunjuk arah ke gedung-gedung sebelah kiri dan bilang jalan kaki sekitar 3 menit.

Salah satu pintu masuk Macau Fisherman's Wharf


Bagus ya pemandangan saat jalan kaki 3 menit


Ini Macau


Akhirnya kami sampai... theme park nya keren... bangunannya dibuat seperti reruntuhan kuno. Juga ada stadion mininya. Yah kayak di Roma kali ya.

Serasa di kerajaan kuno jaman dulu


Para tukang pijet


Alhamdulillah, kelihatan langsing akibat efek tiang


Panas ya


Ada satu lagi tempat yang wajib di kunjungi kalau ke Macau, yaitu The Venetian. Tuh kan gara-gara pengaruh film, suatu tempat bisa sangat terkenal. Lokasi syuting BBF drama Koreanya Lee Min Ho harus didatangi. Di depan pintu masuk Macau Fisherman's Wharf juga ada perhentian bis, malah jumlahnya dua. kami mempelajari rute bis yang lewat dan akhirnya yakin dengan satu nomor bis yang sayangnya aku lupa sekarang, akan bisa membawa kami menyeberang ke Taipa menuju Venetian. Ongkosnya lumayan mahal, lupa persisnya pokoknya lebih dari 10 MOP berdua. Kalau di Pulau yang sama hanya 3,2 MOP. Cukup lama kami menunggu akhirnya bis yang kami harapkan datang juga, begitu naik aku memasukkan uang koin yang cukup untuk kami berdua, si sopir kaget karena aku memasukkan uang lebih dari 10 MOP dan memberikan isyarat tangan menyeberang pulau. Tentu saja aku mengangguk karena aku sudah mempelajari rute bis itu dan yakin sekali. Tapi apa yang terjadi saudara-saudara, si sopir tidak bisa Bahasa Inggris menggoyangkan tangannya sebagai isyarat tidak ke sana dan kemudian mengusir kami turun juga dengan menggunakan isyarat tangannya. Baru kali ini kami dapat perlakuan seperti ini, sudah uangnya tidak bisa dikembalikan, kami tanpa dapat penjelasan yang pasti, diusir turun dengan tidak sopan. Luar biasa.... seharusnya orang-orang yang berhubungan langsung dengan turis memiliki kemampuan komunikasi yang baik dan dibekali sopan santun. Untuk saat ini... masalah keramahan... orang Indonesia tetap yang terbaik. Mood bagus sudah turun drastis, akhirnya kami memutuskan kembali dulu ke Hotel, sholat dan istirahat, baru mikir lagi. Kami kembali naik bis no.3 menuju Ponte 16.

Untuk meminimalkan kesalahan informasi lagi, kali ini sebelum keluar hotel, aku nanya dulu ke resepsionis bagaimana ke Venetian. Bisa sih sebenarnya naik shuttle bis, tapi kami dekat dengan banyak perhentian bis jadi sepertinya tidak apa-apa kalau naik bis asal pasti. Kami disarankan oleh resepsionis naik bis di depan Kam Pek Community Center naik bis no 26A, tapi dia tidak menyebutkan stop di mana, maka saat di depan perhentian bis 26A, aku nanya lagi di toko tempat aku beli minum dan dia ngasih tau berhenti di Est. Do Istmo/COD kalau tidak salah aku ingat sekarang. Sepertinya ada banyak perhentian bis di Venetian, dan itu salah satunya. Resepsionis tadi ngasih tau, kalau kami ketemu City of Dream nyebrang jalan saja untuk ke Venetian. Saat bisnya belum datang kami ketemu keluarga dari Indonesia yang juga mau ke arah Venetian, maka barenglah kami bersama mereka. Untunglah ternyata informasinya kali ini benar, kami sampai di depan City of Dream. Kami pisah dengan keluarga tadi yang memilih turun satu perhentian sebelum kami.

The Venetian dari luar


City of...


... Dreams


Sebelum masuk ke Venetian, kami memutuskan mempelajari cara pulang ke Ponte 16 sambil memutar-mutar petunjuk data di tiang perhentian bis. Karena kami terus menyebut Ponte 16, Ibu-ibu tua disebelah kami yang lagi nunggu bis baik hati menolong... Dia ngasih tau, kalau mau ke Ponte 16 harus nyebrang dulu dan nunggu perhentian bis di sana baru bisa, bukan naik dari tempat kami berdiri sekarang... Duh makasih banyak ya bu, ibunya baik deh dan hebat, kenapa hebat... karena dia menjelaskan semua informasi itu dengan Bahasanya dia, dengan dibantu isyarat tangan dan kami bisa sangat mengerti... hehe... *sungkem sebelum nyebrang jalan...*

Jangan ke sana yah... itu menuju ke kasino


Grand Canal...


Dengan gondolanya...


Lagi ya fotonya...


Beli egg tart


Di Grand Canal ternyata banyak orang Indonesia yang juga termakan pengaruh drama Korea BBF, kenapa seperti itu, soalnya mereka kebanyakan cewek, dan tertarik mau nyobain naik gondolanya... Kalau aku perginya sama suami, aku pasti naik gondola, tapi karena kenyataannya tidak, maka aku malas, karena tidak romantis sama sekali.

Di sungai buatannya ada banyak koin-koin di dasarnya. Aku menduga ini semacam keisengan keinginan untuk kembali lagi ke sana maka melempar koin. Aku juga melempar koin, tapi koin rupiah, karena koin Macau dibutuhkan untuk naik bis. Beli egg tart pun aku minta kembalian koin, tapi jadinya bete karena tetap dikasih uang kertas. Belum pernah coba sih naik bis bayar pake uang kertas, nggak tau bisa apa nggak.

The Venetian dari luar saat malam


Pulangnya sudah malam, berkat petunjuk si ibu baik, kami telah berada di jalan yang benar. Tapiiii nunggu bis 26A itu lama dibanding bis nomor yang lain. Kalaupun ada... penuhnya minta ampun... baru pada bis yang ketiga kami bisa naik itupun setelah lebih dari sejam an... Capeknya minta ampun...

Kode dan rute bis


Sampe di Ponte 16, kami ke Lau Lang Islam Restaurant lagi, makan sebelum kembali ke hotel. Kembali ketemu orang-orang Indonesia yang berkunjung di sana... ah sayang besok kami sudah cuss ke Hong Kong... Kejadian -kejadian di Macau tentu saja ada yang jelek juga ada yang bagusnya... tapi semuanya menjadi pengalaman baru bagiku.

video youtube

Lanjut Part 4, kembali ke Part 2

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...