Hari ketiga di Seoul masih akan explore tempat-tempat wisata paling umum dan sudah pernah saya datangi. Kalau hari pertama nambah rumah Lee Min Ho, hari kedua nambah Petite France nah hari ini belum tau mau nambah tempat apa yang belum. Yang jelas mulai besok baru mencoba ke tempat baru yang belum pernah saya datangi dan beresiko tersesat. Selama beberapa hari ini semuanya lancar karena saya sudah kunjungi sebelumnya. Jadwal hari ini mengunjungi Gyeongbokgung Palace, Bukchong Hanok Village, Insadong dan Itaewon. Kalau sempat mau ke DDP malamnya, karena kabarnya kalau malam gedung DDP lampunya bagus. Beda dengan Dila dan Ezar, Desi ini tidak tertarik saeguk, jadi mengunjungi palacenya cuma Gyeongbokgung dan gak perlu sewa hanbok. Saat 4 tahun lalu, kami juga dengan itinerary yang sama, malah sempat ke Gwanghwamun Square dan Cheonggyecheon Stream. Tapi sekarang sudah beda, karena udah semakin jompo ya, jadi tidak bisa banyak-banyak tempat sekali jalan. Desi sih sampai saat ini menurut saja, karena saya sudah bilang: ok saya yang menyusun semuanya tapi saat di jalan ikuti saja jangan banyak protes. Desi sampai hari ketiga masih percaya sama saya, ya mau bagaimana lagi, dia baca sign di stasiun antara nomor pintu exit sama nomor jenis line kereta saja gak bisa bedain... 😆. Tahu nomor exit stasiun ini penting, karena kalau salah, jalannya bakal lumayan jauh karena stasiun subway itu luas.
Foto yang sangat saya suka
Dinding Istana
Salju yang masih tertinggal di Gyeongbokgung Palace
Satu tempat yang masih membuat saya penasaran karena foto di spot paling diinginkan semua orang di Bukchong Hanok Village belum saya dapatkan. Saat saya ke sana, ramai luar biasa dan tidak ada kesempatan foto sendirian, ditambah ada mobil pick up parkir membuat foto jadi tidak maksimal. Menuju Bukchong Hanok Village kami tetap menggunakan line 3 dan turun 1 stasiun di Anguk exit 2. Saat sampai di sana syukurlah dapat juga foto yang lumayan, bisa sendirian tanpa banyak orang lalu lalang. Saking serunya foto di sana mumpung bisa, saya sampai ditegur Ayi ayi yang juga ingin foto tapi terganggu karena suara saya yang sedang mengambil foto Desi dan selalu menyebut "Satu Dua Tiga" berulang-ulang. "Could you please give us thirty second!" katanya, karena mereka mau ambil video wefie. Setelah saya diam sebentar dan mereka selesai, hanya salah satu yang mengucapkan terima kasih, sisanya langsung pergi... Berusaha maklum ya, walau nggak enak juga kena tegur begitu. Sesama turis memang harus saling toleransi, namun kalau saya... berusaha mencari kesempatan sendiri saat orang lain sudah selesai. Biasanya banyak juga kok yang maklum kalau ada yang lagi foto, menahan diri untuk jangan lewat dulu misalnya. Coba kalau mereka ramah, saya mau kok ngajari cara ngambil video atau foto yang bagus (sok bisa)... atau malah saya yang ngambil gambar mereka juga mau kalau diminta tolong. Desi itu ahlinya ngambil foto dan sudah nular juga ilmunya ke saya. Orang yang minta tolong fotoin ke kami pasti puas dengan hasilnya. Teman saya di kantor malah ada yang senang sekali kalau saya yang fotoin saat acara liburan kantor karena katanya bagus... 😂
Strawberry mahal Korea
Dari Insadong lanjut Itaewon. Desi pengen ke sana, katanya mumpung di Korea masa tidak ke Itaewon. Itaewon adalah surga makanan bagi kami tentu saja, karena banyak makanan halalnya. Naik subway pindah ke line 6 warna coklat ganti stasiun di Yaksu lanjut 3 stasiun dan keluar lewat pintu exit 3. Kami menuju Masjid untuk sholat dijamak seperti biasa dan kemudian makan malam di Eid. Ya ini tidak salah tulis, kami makan malam... makan siangnya mana... saking serunya hari ini, tidak ketemu tempat makan jadi makan siang dirapel dengan makan malam. Di depan Masjid ada street food halal, jadi kami membeli odeng dan bungkus beli kimbab serta tteokbokki untuk sarapan. Di Eid saya makan dakgalbi dan Desi membeli samgyetang. Puas-puasin makan makanan khas Korea versi halal di sana. Side dish juga ada, seperti di Busan Jib, salah satunya tentu saja kimchi. Saya pengen makan dakgalbi gara-gara nonton vlog Kimbab Family saat Waseda Boys datang dimasakin Dakgalbi, jadi pengen tahu rasanya.
Makan malam kami di Itaewon
Pulangnya tentu saja sudah capek, tapi saya mengusulkan satu tempat lagi mumpung malam, karena kabarnya kalau malam gedung DDP sangat bagus. Jadi kami membawa barang belanjaan sekalian makanan demi melihat gedung DDP. Naik subway turun di stasiun Dongdaemun History & Culture Park. Dari Itaewon dipilih saja salah satu alternatif karena stasiun menuju DDP ini adalah interchange antara line 2 hijau, 4 biru dan 5 ungu. Dari Itaeweon kami lanjut menggunakan line biru, tapi pintu terdekat ke DDP sebenarnya adalah line hijau. Jadi kami turun dari line biru lanjut ke line hijau bukan ganti kereta tapi numpang ke luar melalui pintu exit 1 di line hijau. Walau capek dan rempong bawa bawaan banyak, tapi kami tidak menyesal ke DDP, karena ternyata bukan hanya lampu gedungnya yang kami dapatkan, tapi kebetulan ada pertunjukkan video mapping terjadwal selama akhir tahun. Kami masih di sana saat jam 19.30 dimulai pertunjukan video mapping yang ditembak ke gedung DDP lengkap dengan musiknya selama 5 menit. Super kerennnn pokoknya....
Lanjut part 5