Hari ketiga, berdasarkan jadwal yang sudah direvisi berkali-kali, kami akan ke Genting. This is my second time to Genting, and i am so excited... Kebangun jam 6 (jam 5 waktu Indonesia... #red)... langsung sholat dengan mata masih mengantuk, sisa perjuangan semalam gara-gara tidak bisa tidur. Hari ini tanggal 25 Desember dan Bukit Bintang bukan maen ramenya. Pindah hotel dengan harapan kamarnya cukup kedap, bukannya suara.... malah sinyal yang nggak bisa masuk. Mau apa-apa terpaksa buka pintu sedikit *nggak ada jendela yang bisa dibuka*, atau terpaksa nongkrong di lorong demi sesuap,.... segenggam.... atau apalah kata yang tepat namanya untuk si sinyal....

Keluar hotel masih sepi, orang-orang masih pada bobo. Cari sarapan akhirnya kami memutuskan untuk makan di KFC dan kami akhirnya ketemu cowok pada hari ini. Tapi sayang cowok yang satu ini sama sekali tidak masuk kriteria kami yang mencari cowok keren nan baik, dia... tepatnya cowok mabuk sisa perjuangan semalam yang masih berkeliaran, baterenya juga masih kuat dan belum sempat tidur. Rara yang paling ketakutan, karena tuh orang terus ngeliatin dia. Akhirnya aku mengambil inisiatif untuk mengajak yang lain cepet-cepet ngantongi burger dan membawa teh masing-masing, kemudian keluar mumpung tuh orang masih sibuk makan. Sambil menuju stasiun monorel, kami terus menoleh kebelakang takut diikuti lagi. Ah cape deh... nggak asyik banget pagi-pagi sudah bete diikuti orang gila.



Naik monorel kami menuju KL Sentral untuk naik bis menuju ke Genting. Sesampai di sana dapat kabar buruk, antrian bis berikutnya adalah jam setengah 12. Gila... jam berapa lagi sampai di Genting, belum lagi nanti antri untuk naik skywaynya, bisa kesorean sampai disana. Akhirnya setelah melewati perdebatan yang panjang antara kami dan orang-orang di sana, akhirnya kami memutuskan untuk naik taksi. Memang mahal, tapi dari segi waktu kami bisa hemat, dan si uncle supir taksinya setuju untuk menyetopkan kami untuk sekedar berfoto-foto di Istana Negara dan Batu Caves. Akhirnya bakal ke Batu Caves juga setelah kemarin tidak jadi. Tapi aku sudah pesan ke mereka sebelumnya, nggak pake acara naik tangga, cukup eksis di bawah saja.



Saat di Istana Negara, yah seperti di Grand Palace Bangkok, disini juga banyak turis. Cuma sayang nggak boleh masuk ke dalam, cuma boleh foto-foto di luar. Spot yang paling diminati adalah penjaga yang sedang naik kuda, tapi sayang saat itu penjaganya ngantuk, jadi fotonya nggak keren. Spot yang laris lainnya adalah tulisan Istana Negara, dan Huruf I nya menjadi miring gara-gara Rara terlalu bersemangat memegangnya. Setelah kami berempat mendapat kesempatan foto semua, kami buru-buru ngacir sebelum kena semprot penjaga.



Di Batu Caves juga sebentar, yang penting ada foto dengan patung Dewanya. Setelah Rini puas memberi makan burung di sana, kami langsung cabut menuju ke Genting. Perjalanan ke Genting kali ini adalah mimpi buruk untukku. Si Uncle mengemudinya zig zag, udah jalannya serem, cuacanya berkabut yang sangat parah. Saat stop sebentar di toko coklat akhirnya aku muntah juga. Setelah lega isi perut dikeluarin semua, saat naik taksi lagi, buru-buru pesan ke unclenya jangan ngebut-ngebut yang membuat si uncle jadi merasa bersalah dan akhirnya nyetirnya kemudian jadi lambat. Sampe di atas, giliran Rara yang panik, dia takut naik skyway. Setelah dibujuk-bujuk akhirnya dia mau juga, sementara aku berdoa semoga antriannya tidak sepanjang beberapa tahun lalu. Setelah naik ke atas.... Surprise.... antriannya tidak ada, semua orang yang baru datang bisa langsung naik ke sky way. Aku celingak celinguk tidak percaya.... ini memang belum jam 11 pagi dan ruangan yang diberi pembatas seperti maze untuk antri panjang itu kosong melompong. Ini sungguh tidak adil sungutku mengingat perjuangan panjang kami beberapa tahun lalu yang tua ngantri berjam jam dari sejak naik dari eskalator. *Ini gimana sih, masih nyinyir padahal sudah dikasih enak*



Naik skyway, Rara buru-buru duduk di tengah dan memeluk Cheri sambil memejamkan mata. Aku dulu pertama naik juga ngeri, tapi sekarang tidak lagi, malah asyik. Di tengah jalan akhirnya Rara mau bangun untuk sekedar berfoto, kemudian setelah itu mejem lagi sambil kembali memeluk Cheri.... Untung tidak kuceritakan kepada Rara kalau kadang-kadang tuh benda stop sendiri di tengah-tengah, dan lama baru balik jalan lagi, bisa-bisa dia tambah histeris. Sayang pemandangan diluar cuma itu-itu aja, nggak ada monyet, apalagi cowok cakep yang lewat di bawah sana.

Sesampai di Genting kami hanya memiliki pilihan permainan yang terbatas, karena outdoornya sedang dalam perbaikan yang memakan waktu lama. Kabarnya akan dibuat Century Fox dan selesai 2016. So kami cuma muter-muter didalam dan salah satunya sempat ke Snow World.



Karena sedang Natal, maka kami mendapatkan kue-kue selama didalam, kami juga dapat suvenir satu kantong yang berisi banyak makanan. Lumayan, rejeki emang nggak boleh ditolak. Hari masih jam 3 sementara tiket bis kami jam 5, setelah muter-muter sampe bosan, juga sudah makan, dan karena sudah mati gaya, akhirnya kami pulang. Saat naik skyway lagi-lagi kami tidak antri, dan lagi-lagi Rara langsung memeluk Cheri seperti tadi. Saat sudah jalan tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara tangis anak dibelakang kami yang histeris karena ketakutan, waduh si Rara punya saingan kali ini. Tempat duduk dibelakang kami diisi sepasang suami istri yang masih muda, dengan dua anaknya. Yang kecil digendong ibunya, sementara yang besar, cowok, kira-kira 5 tahun sama ayahnya, yang sedang menangis mau turun. Duh keluarga yang bikin iri, ibunya cantik, ayahnya ganteng, anaknya juga cakep. Rini langsung turun tangan mengeluarkan keahliannya, dia cepat-cepat mengeluarkan makanan dari Snow World tadi supaya si anak cakep mau diam. Tapi sayang si anak tidak mempan dibujuk, dia memang menerima permen yang dikasih Rini, tapi tetap menangis. Si Ibu sudah membujuk dengan mengajak anaknya untuk bilang "Alhamdulillah", si anak emang nurut, dia bilang "Alhamdulillah" trus abis itu nangis lagi. Kami sebenarnya menahan senyum, karena dia tetap mengikuti ucapan-ucapan ayah ibunya walau merasa tertekan. "Sikit lagi, sikit lagi" si Ayah meyakinkan, kami juga sebenarnya sudah seperti orang gila saat itu, dalam usaha membujuk si anak supaya diam, kami melambai-lambaikan tangan kepada setiap orang yang berpapasan dengan kami dan berkali kali bilang "Hore!" supaya suasana ramai, walau entah apa yang di hore kan...Setelah sampai di tujuan, sebelum berpisah, mereka menunggu kami untuk sekedar mengucapkan terima kasih. Duh leganya melihat si anak cakep sudah berhenti menangis, semoga dia nggak kapok main ke Genting setelah besar nanti. Kelegaanku bertambah setelah kemudian melihat antrian skyway menuju ke Genting. Untung kami sudah kembali, karena kali ini antrian ular naga panjangnya itu baru muncul sekarang....okey... welcome to the jungle....



Lanjut part 4

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...