Jadi ceritanya, saya baru-baru ini melakukan perjalanan singkat satu hari, dari Palembang ke Jakarta dan sebaliknya. Perjalanan ini karena saya menghadiri pernikahan keponakan saya. Karena keadaan tidak memungkinkan untuk menginap, maka saya putuskan untuk pergi pagi dan pulangnya malam. Untuk pulang sengaja saya pilih penerbangan yang paling malam ke Palembang. Jadi perginya jam 8 pagi naik Super Air Jet dan pulangnya jam setengah 8 malam naik Citilink. 

Saya sudah beberapa kali naik Super Air Jet dan sudah 2 kali diganti jam penerbangannya, maka ketika mendapat pesan wa kalau jam pesawat saya dimajukan saya sudah tidak heran lagi. Saya berniat untuk mengubah jam pergi saya, tapi entah kenapa sulit sekali mengurus prosesnya, padahal dulu saat saya mengubah pesawat pulang saya dari Jakarta ke Palembang setelah dari Korea awal tahun ini, setelah pesawat saya dipindah ke Batik lewat Halim padahal kami landing dari transit Taipei di Soeta, lancar-lancar saja. Tapi sekarang dengan cara yang sama persis, entah kenapa tidak bisa. Akhirnya saya menyerah, dan memutuskan akan ikut jadwal yang diubah itu, tapi akibatnya pergi dari rumah jadi lumayan terburu-buru. Setelah urusan pesawat pergi beres, eh dapat wa lagi kali ini dari Citilink yang mengatakan pesawat saya diundur menjadi jam 8.20 karena alasan operasional. Baiklah... tambah malam saja saya sampai di rumah kalau begitu...

Hobi saya traveling, tapi saya sebenarnya tetap tidak suka naik pesawat. Tapi karena untuk pergi kemana-mana dalam jarak yang jauh harus naik pesawat, maka terpaksa harus saya jalani. Berdoa dan memohon keselamatan kepada Tuhan adalah hal yang wajib dilakukan setiap kali akan bepergian. Karena perjalanan kali ini tidak menginap, saya putuskan menyetir mobil sendiri ke bandara, entah nanti berapa biaya parkirnya kalau hampir seharian. Saya sampai di bandara tepat waktu, pesawat juga berangkat tepat waktu sesuai dengan jam yang sudah dimajukan. Karena saya tidak bawa bagasi, setelah landing saya keluar dengan cepat mencari taksi setelah sempat makan terlebih dahulu. 

Foto booth kondangan 


Mumpung sepi


Pulangnya naik gocar dari jam 6 kurang, sampai di bandar Soeta kira-kira satu jam kemudian, akibat macet saudara-saudara.... Di bandara Terminal 3 domestik, pengen makan nasi goreng Solaria, tapi ramenya minta ampun, jadi diganti beli Yoshinoya. Saya baru kali ini pulang dari Terminal 3 domestik, sebelumnya selalu internasional dan masuk dari sebelah kiri. Awal tahun ini ke Ho Chi Minh dapat gate 1. Sekarang tujuan domestik Citilink belok ke kanan, dapat gate 24 dari total 26 gate. Di mana itu, di sana.... yang paling ujuunggg... Jadi kalau ke gate 1 saya melipir ke paling ujung kiri, sekarang ke kanan juga bagiang ujung... Jalan kaki, terus jalan, jalan lagi... sambil nguap berkali-kali sudah ngantuk berat.

Terus apakah pesawatnya tepat waktu, ternyata delay lagi menjadi jam 8.50. Rasanya mau nangis, sampai di Palembang jam 10 an, sampai di rumah jam 11 an bakal jadinya... tapi mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan, dijalani saja.... berusaha berani nyetir sendiri pulang ini. Para penumpang mulai menumpuk, sudah mengantuk... orang di belakang menelpon dengan suara yang kuat, sibuk ngoceh sesuatu tentang bosnya dan didengar semua orang.

Setelah akhirnya bisa masuk pesawat jadi lumayan lega. Nah ini, hal yang tidak disuka dan sangat tidak diinginkan terjadi. Proses take off dan landing adalah proses yang berbahaya dan selalu membuat deg degan... Kali ini take off belum selesai dengan sempurna, pesawat mengalami turbulensi. Goncangannya lumayan kuat dan terjadi beberapa kali. Yang terparah satu kali, sampai badan pesawat terasa sekali turunnya, untung kemudian bisa kembali stabil. Jantung sudah tidak karuan rasanyanya, suara penumpang berseru ketakutan, doa-doa dipanjatkan termasuk oleh saya... dan saya sempat terpikir inilah akhir hidup saya. Namun Alhamdulillah berikutnya pesawat bisa terbang dengan baik dan aman sampai selanjutnya. 

Dari sekian banyak pengalaman saya naik pesawat, satu pengalaman yang buruk bagi saya adalah saat ke Jogja dan pesawat belok dengan tajam, sementara saya duduk di dekat jendela. Posisinya lurus dan saya bisa melihat candi prambanan di bawah saya saking tajamnya belokan pesawat, ibu-ibu di samping saya sudah berdoa komat-kamit saking takutnya bakal jatuh. Tapi pengalaman kali ini adalah yang terburuk. Bagi saya ini seperti diberi kesempatan kedua untuk hidup, saya benar-benar bersyukur kepada Tuhan masih terselamatkan dalam perjalanan ini. 

Alhamdulillah lagi, saya juga selamat sampai di rumah hampir tengah malam. parkir di bandara biayanya kena Rp 80.000,- muahal ya... tapi ya sudahlah kan memang lama parkirnya, daripada naik taksi lebih mahal. Hikmah yang bisa saya ambil dapat dalam perjalana kali ini adalah bahwa kita harus berserah diri, dan tetap harus memohon keselamatan dalam perjalanan. Namun hal ini tidak bisa membuat saya jadi jera naik pesawat, karena saya suka traveling. Untuk perjalanan berikutnya saya tetap berharap dilancarkan dan bisa sampai di tempat tujuan. 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...