Saya sudah pernah ke Singapura tahun 2007, 2008, dan 2015 (2 kali), namun dari semua kunjungan itu, selalu ada saja yang ketinggalan dan pengen dikunjungi lagi. Yah bisa juga disebabkan karena Singapura yang terus membangun juga sebenarnya. Tahun 2007 dan 2008 belum ada Marina Bay Sands, kemudian tahun 2015 belum ada Jewel Changi dan Gardens by the Bay. Jadi sekarang, mumpung ada waktu saya ke Singapura lagi demi untuk melihat Jewel Changi dan Gardens by the Bay sekalian ke Merlion malam hari dan Desi pengen joging di Merlion. Ke Merlion malam hari sudah kami wujudkan kemarin, sampainya siang, malam lanjut jalan. Hari ini jadwalnya Gardens by the Bay dan Sentosa Island. Ke Jewel Changinya besok, ya walau perjalanan kali ini kami ke Singapura naik ferry dari Batam, tapi kami tetap ke Changi demi mengunjungi Jewel. Untuk jogingnya rencana lusa pagi-pagi sekali, tapi karena saya lupa bawa baju training maka nanti saya cuma jadi bagian dokumentasi saja, tidak ikut joging.

Kami ke Gardens by the Bay pagi-pagi, saking lamanya blog ini ditulis sejak dari perjalanannya, saya lupa stasiun mana untuk ke Gardens by the Bay. Tapi tenang saja, stasiunnya di dekat Merlion dan mudah dilihat dari peta MRT.  Yang saya ingat dari Gardens by the Bay adalah tempat lokasi suting film Hitman: Agent 47. Selain itu rasanya juga ada di Drama Korea Little Woman yang menceritakan mengenai Anggrek. Turun dari kereta, stasiunnya sudah bernuansa tanaman dan bunga-bunga. Sepanjang menuju lokasinya, di kiri kanan terdapat kaca besar dan gambar bunga-bunga berwarna-warni. Untuk orang yang suka bunga dan tanaman pasti suka di sini.

Di antara Supertree Grove

Marina by Sands terlihat dengan jelas dari sini. Masuk ke Gardens by the Bay gratis, tapi jika ingin menggunakan fasilitas premium maka harus membeli tiket. Misalnya untuk naik ke jembatan dari satu supertree grove ke yang lainnya untuk melihat lebih jelas. Kami tidak membeli tiketnya, dan saat kami ke sana, hujan turun sehingga akses ke jembatan tersebut ditutup karena dianggap licin dan membahayakan. 

Sebelum ke area dalam


Marina Bay Sands di kejauhan


Setelah puas berfoto-foto di sela-sela berlindung dari hujan, kami lanjut menuju Sentosa Island. Menuju ke stasiun MRT, kami melewati patung bayi raksasa yang melayang serta beberapa spot keren lain yang fotoable sebagaimana tempat-tempat di Singapura biasa pada umumnya. Tidak banyak yang bisa dilihat di Sentosa Island kali ini. Dari beberapa stasiun monorel kami cuma berhenti cukup lama di Universal Studio. Pantai-pantai buatan di ujung stasiun sudan pernah saya kunjungi Desember tahun 2008 dan pasti sudah berubah drastis. Yang paling sedih tidak ada ada lagi Big Merlion dan kami tidak lama di area bekas Big Merlion karena ke Madama Tussauds kami juga sudah pernah tahun 2015. So ngapain jadi, cuma bengong di bola dunianya Universal Studio sambil ngeliatin turis-turis egois yang ngambil foto lama-lama di depan bola dunia dengan berbagai gaya, tanpa peduli orang lain juga menunggu dan pengen ambil foto juga 😌.... (curhat). Ada keluarga yang minta tolong ke saya untuk di fotoin, wah beruntung sekali mereka, karena hasil fotonya pasti bagus... kalau saya yang fotoin 😎. Setelah dengan baik hatinya saya bantu mereka, eh pas giliran saya foto, mereka gak mau pergi dari sana. Jadi kesimpulannya foto saya tidak ada yang memuaskan karena banyak orang di kanan kiri. 😅

Foto lumayan di depan Universal Studio


Selanjutnya kami ke Vivo City untuk makan dan sholat. Sebelum sholat ada kejadian yang tidak diharapkan terjadi yaitu saya kebelet bab. Kesal kan, padahal saya selalu mengusahakan bab di hotel setiap pagi di hotel kalau saya sedang traveling untuk menghindari hal seperti ini, namun kalau sudah panggilan alam, mana bisa ditolak. Yang jadi masalah adalah, toilet di Singapura ini sudah menyamai toilet di Hong Kong, Jepang, Korea dan negara-negara non muslim lainnya yaitu tidak ada bidetnya. Seingat saya dulu tidak sulit mencari toilet dengan bidet di Singapura, namun sekarang dafaultnya sudah tidak pakai. Ada sih, tapi sedikit dan entah di mana saja. Jika di Korea akhir tahun lalu, kami sudah bawa bidet portable sendiri, kalau sekarang kan memang tidak bersiap karena tidak menyangka. Sambil menahan diri di Mushola, Desi baik hati bantu dengan nanya dengan warga lokal di sana, dimana toilet yang ada bidetnya. Kalau saya saat itu, yang jelas sudah pucat mungkin dan tidak bisa mikir lagi. Mbak nya baik sekali, dari mushola menunjukkan langsung toiletnya yang ada bidet. Katanya cari yang ada tanda tongkat (toilet untuk orang tua), selain ada banyak pegangan di sekitar toiletnya, pasti juga ada bidetnya. Posisinya paling sudut dan biasanya jumlahnya hanya satu. Thanks God, akhirnya melalui perantara Desi dan mbak baik, saya bisa menuntaskan hajat saya dengan lancar. Selesai sholat baru bisa tertawa, karena judul traveling kami kali ini seharusnya berjudul "Travel ala orang tua di Singapura". Ya soalnya semua fasilitas orang tua kami pakai, nggak mau capek bawa koper lewat lift khusus di stasiun MRT. Kemudian karena sudah tahu posisi liftnya, tetap malas pakai eskalator walau tidak bawa koper, dan sekarang toilet juga pakai fasilitas orang tua juga. Tapi tenang, kami tidak mengambil hak orang yang memang butuh, ini fasilitasnya kami pakai kalau sepi saja 😆. Di MRT pun kami tidak duduk di tempat duduk khusus kalau ada orang yang memang butuh.

Makan siang kami di Vivo city. Di sini terbagi menjadi dua area, yaitu halal dan tidak halal. Yang halal nampannya berwarna hijau, sementara yang tidak berwarna hitam. Di area  yang halal saya ingin makan makanan Jepang yang sepertinya menarik, yaitu Chicken Omu Curry. Saya pernah makan kari Jepang di negaranya langsung Tahun 2019 tepatnya di Coco Ichibanya Akihabara. Nah kali ini saya tertarik pengen makan lagi karena platingnya. Nasi ditutup dengan telur dadar seperti pulau, kemudian daun selada disusun seperti tanaman di pinggir pulaunya, ayam karage saya lihat seperti bebatuan, dan terakhir kuah kari nya seperti laut yang berwarna coklat. Selain vlog travel, saya sebenarnya juga punya vlog masak, dan resep ini sudah saya coba recook dan hasilnya sangat saya sukai. 

Chicken Omu Curry

Dan ini Chicken Omu Curry versi vlog saya di warannie


Setelah makan, saya masih lanjut membeli Yong Tau Fu untuk dibungkus. Heran deh kalau lagi traveling, saya dan Desi ini sama kompaknya sudah ngitung jadwal makan berikutnya akan makan apa, bukan hanya untuk malam ini dan besok pagi, tapi sudah mikir besok lusa mau makan apa... 😁. Kemudian selain jadi gila beli Old Chang Kee terus, saya juga banyak membeli Mie Salted Egg padahal di Palembang ada... 😓. Selain makanan, di Daiso saya juga membeli beberapa benda. Daiso kalau di Jepang defaultnya 100 JPY nah kalau di Singapura berapa ya saya lupa, he he... pokoknya dalam SGD dan kalau tidak tertulis maka harganya segitu, jika tidak maka sesuai harga yang tertulis. Benda yang maha penting yang saya beli diantaranya adalah  sutil, dan sendok kayu untuk keperluan vlog masak 😇. Di sana juga untuk pembeliannya sudah mandiri, gak pake orang lagi di kasirnya. Mereka hanya mengawasi, bayarnya bisa cash atau cashless. Awalnya saya bego kan ya pada proses pembayarannya, lama-lama akhirnya bisa juga walau sempat salah meletakkan posisi uang kertas saat mau membayar. Puas belanja dan makan, kami balik ke hotel. Sebelum ke hotel, masih sempat jajan es krim halal yang ada di sebelah hotel. Baru kemudian istirahat untuk perjalanan selanjutnya besok.

Perintilan yang dibeli di Daiso


Es krim dekat Hotel di Jalan Besar

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...