Hobi saya traveling, tapi pekerjaan saya memungkinkan saya hanya bisa cuti Lebaran dan Akhir Tahun. Karena libur lebaran adalah waktu untuk keluarga, maka waktu untuk liburan yang lebih khusuk hanyalah akhir tahun. Dannnn... yang namanya libur akhir tahun itu sudah pasti high season... tiket dan hotel mahal, rame di mana-mana, serta kalau pergi ke negara 4 musim, koper terpaksa bertambah berat karena harus membawa pakaian tebal musim dingin. Nah... tahun ini, saya dapat rejeki nomplok, yaitu dapat waktu libur satu minggu.... *horeee!!, langsung cek dompet..* Yah namanya rejeki itu kan tidak perlu berbentuk materi, bagi yang gila jalan seperti saya, dapat waktu itu sama dengan dapat uang....

Jadi, kemanakah saya??? kalau mau yang jauh, sudah telat karena waktunya sudah mepet dan persiapan tidak akan cukup waktunya. Pengen di Indonesia saja, mencoba Kereta Whoosh ke Bandung dan kereta Panoramic ke Jogja asyik juga.... Perginya sama Desi lagi, dan keputusan akhirnya ternyata adalah ke Singapura, via Batam... Loh kenapa Singapura lagi, lewat Batam lagi, bukannya sudah pernah kami jalani di Akhir Tahun 2015 plus tambah Kuala Lumpur dan Phuket?... Tenang ini percobaan adu nyali lewat imigrasi Singapura lewat Batam kalau bukan saat High Season bagaimana bentuknya. Waktu tahun 2015 kan pergi pagi dari Palembang, antri dimana-mana, sampai hotel Singapura sudah malam. Nah kali ini kami pp Batam dan Singapura, dan menginap semalam dulu di Batam. Masih ada whishlist saya yang belum tercoret di Singapura, saya belum pernah ke Merlion pada suasana malam, belum ke Jewel dan Garden by the Bay...

Penginapan yang kami pilih di Batam adalah sebuah resort, namanya Nongsa Point Marina. Tempatnya diujung Pulau Batam. Hitung-hitung healing di tempat sepi dan mengumpulkan energi sebelum menghadapi ramenya Singapura. Pesannya online, dengan pilihan kamar menghadap ke laut atau taman... saya pilih yang menghadap ke taman karena yang menghadap laut lebih mahal. Menghadap taman saja rate nya sudah 1 juta lebih semalam. Tapi harga segitu sangat worth it... kamarnya bersih dan pemandangannya indah. Sementara untuk di Singapura, hotelnya sudah pasti kecil dan muahal juga, dengan harga yang tidak jauh berbeda dengan di Nongsa, kami hanya dapat kamar dengan luas setengahnya. Tapi emang bedanya saat keluar hotel sudah kotanya dan banyak makanan disekitarnya, beda dengan di Nongsa yang jauh dan tidak bisa pesan makanan online. 

Persiapan dari Palembang tidak terlalu banyak. Koper juga cuma bawa yang ukuran 20 inci. Tidak bawa tas tambahan karena memang tidak niat beli oleh-oleh. Nukar uang SGD sedikit, serta beli paket internet Singapura juga tidak semahal kalau beli paket Asia. Selain beli tiket pesawat ke Batam, ferry ke Singapura juga sudah dibeli dengan harga sekitar 350 ribuan. Kami berangkat tanggal 12 Agustus dan kembali tanggal 17 Agustus, dengan rincian 1 malam di Batam dan 4 malam di Singapura.

Berangkat sebelum subuh dari rumah , karena pesawatnya take off jam 6 pagi naik Lion. kami sampai di Batam jam 7 an, naik Taksi ke Nongsa sekitar 40 menit. Sampai di sana, Alhamdulillah kami sudah bisa check in. Rencananya kalau memang tidak bisa, kami hanya akan titip koper dan akan ke kotanya. Tapi karena sudah bisa masuk, maka tidak jadi keliling kota, selain karena ongkos taksi juga lumayan mahal bolak balik kota ke hotel.

Setelah memberikan deposit Rp 500.000,- kami diantar ke kamar di lantai 2. Suasananya enak sekali di sana, benar-benar tenang. Kalau mau berenang bisa, mau melamun di teras sambil menghadap taman juga bisa, atau pilihan terakhir yaitu tidur... hahaha... Coba, jauh-jauh liburan malah tidur, tapi emang sepertinya saat itu bagi saya benar-benar saatnya istirahat setelah melewati rutinitas selama ini. Saking enaknya tidur, mau bangun untuk makan siang saja susah sekali. Akhirnya makan siangnya jadi kesorean, makannya di restorannya. Saya pesan rawon karena lagi pengen makan itu setelah melihat fotonya. Soal harga makanan, sudah pasti lebih mahal. Kalau mau pesan online sebenarnya bisa, tapi jaraknya jauh dan harus kita urusi sendiri, tidak bisa lewat pihak hotel. 

Rawon di Nongsa Point Marina Batam

Jalan-jalan di sekitar resort sangat menarik, langsung menghadap ke laut. Kalau dilihat di peta, resort tersebut mengahadap ke Singapura langsung. Ada juga tertambat beberapa kapal kecil di dermaganya, mungkin bisa ke Singapura lewat sana secara pribadi, tapi pasti lebih mahal kan ya. Lagi asyik foto-foto hujan turun dengan derasnya... Jadi kesimpulannya acara healingnya bonus air hujan...

Kolam renang yang bersih


Pemandangan laut 1


Pemandangan laut 2


Bulan Agustus di Nongsa Point Marina Resort Batam


Malamnya kami makan dibelikan sama adik Desi yang emang juga tinggal di Batam. Menghabiskan waktu di Batamnya sebentar sekali, mungkin lain waktu saya bisa ke sini lagi dengan waktu yang lebih panjang. Untuk besok pagi, saya sudah memesan sarapan jam 6 dan taksi jam 7 untuk ke Batam Center. Perjalanan selanjutnya bukan untuk istirahat, tapi untuk nambahin jejak kaki di Singapura.

Lanjut Part 2

video youtube

Jadi ceritanya, saya baru-baru ini melakukan perjalanan singkat satu hari, dari Palembang ke Jakarta dan sebaliknya. Perjalanan ini karena saya menghadiri pernikahan keponakan saya. Karena keadaan tidak memungkinkan untuk menginap, maka saya putuskan untuk pergi pagi dan pulangnya malam. Untuk pulang sengaja saya pilih penerbangan yang paling malam ke Palembang. Jadi perginya jam 8 pagi naik Super Air Jet dan pulangnya jam setengah 8 malam naik Citilink. 

Saya sudah beberapa kali naik Super Air Jet dan sudah 2 kali diganti jam penerbangannya, maka ketika mendapat pesan wa kalau jam pesawat saya dimajukan saya sudah tidak heran lagi. Saya berniat untuk mengubah jam pergi saya, tapi entah kenapa sulit sekali mengurus prosesnya, padahal dulu saat saya mengubah pesawat pulang saya dari Jakarta ke Palembang setelah dari Korea awal tahun ini, setelah pesawat saya dipindah ke Batik lewat Halim padahal kami landing dari transit Taipei di Soeta, lancar-lancar saja. Tapi sekarang dengan cara yang sama persis, entah kenapa tidak bisa. Akhirnya saya menyerah, dan memutuskan akan ikut jadwal yang diubah itu, tapi akibatnya pergi dari rumah jadi lumayan terburu-buru. Setelah urusan pesawat pergi beres, eh dapat wa lagi kali ini dari Citilink yang mengatakan pesawat saya diundur menjadi jam 8.20 karena alasan operasional. Baiklah... tambah malam saja saya sampai di rumah kalau begitu...

Hobi saya traveling, tapi saya sebenarnya tetap tidak suka naik pesawat. Tapi karena untuk pergi kemana-mana dalam jarak yang jauh harus naik pesawat, maka terpaksa harus saya jalani. Berdoa dan memohon keselamatan kepada Tuhan adalah hal yang wajib dilakukan setiap kali akan bepergian. Karena perjalanan kali ini tidak menginap, saya putuskan menyetir mobil sendiri ke bandara, entah nanti berapa biaya parkirnya kalau hampir seharian. Saya sampai di bandara tepat waktu, pesawat juga berangkat tepat waktu sesuai dengan jam yang sudah dimajukan. Karena saya tidak bawa bagasi, setelah landing saya keluar dengan cepat mencari taksi setelah sempat makan terlebih dahulu. 

Foto booth kondangan 


Mumpung sepi


Pulangnya naik gocar dari jam 6 kurang, sampai di bandar Soeta kira-kira satu jam kemudian, akibat macet saudara-saudara.... Di bandara Terminal 3 domestik, pengen makan nasi goreng Solaria, tapi ramenya minta ampun, jadi diganti beli Yoshinoya. Saya baru kali ini pulang dari Terminal 3 domestik, sebelumnya selalu internasional dan masuk dari sebelah kiri. Awal tahun ini ke Ho Chi Minh dapat gate 1. Sekarang tujuan domestik Citilink belok ke kanan, dapat gate 24 dari total 26 gate. Di mana itu, di sana.... yang paling ujuunggg... Jadi kalau ke gate 1 saya melipir ke paling ujung kiri, sekarang ke kanan juga bagiang ujung... Jalan kaki, terus jalan, jalan lagi... sambil nguap berkali-kali sudah ngantuk berat.

Terus apakah pesawatnya tepat waktu, ternyata delay lagi menjadi jam 8.50. Rasanya mau nangis, sampai di Palembang jam 10 an, sampai di rumah jam 11 an bakal jadinya... tapi mau bagaimana lagi, tidak ada pilihan, dijalani saja.... berusaha berani nyetir sendiri pulang ini. Para penumpang mulai menumpuk, sudah mengantuk... orang di belakang menelpon dengan suara yang kuat, sibuk ngoceh sesuatu tentang bosnya dan didengar semua orang.

Setelah akhirnya bisa masuk pesawat jadi lumayan lega. Nah ini, hal yang tidak disuka dan sangat tidak diinginkan terjadi. Proses take off dan landing adalah proses yang berbahaya dan selalu membuat deg degan... Kali ini take off belum selesai dengan sempurna, pesawat mengalami turbulensi. Goncangannya lumayan kuat dan terjadi beberapa kali. Yang terparah satu kali, sampai badan pesawat terasa sekali turunnya, untung kemudian bisa kembali stabil. Jantung sudah tidak karuan rasanyanya, suara penumpang berseru ketakutan, doa-doa dipanjatkan termasuk oleh saya... dan saya sempat terpikir inilah akhir hidup saya. Namun Alhamdulillah berikutnya pesawat bisa terbang dengan baik dan aman sampai selanjutnya. 

Dari sekian banyak pengalaman saya naik pesawat, satu pengalaman yang buruk bagi saya adalah saat ke Jogja dan pesawat belok dengan tajam, sementara saya duduk di dekat jendela. Posisinya lurus dan saya bisa melihat candi prambanan di bawah saya saking tajamnya belokan pesawat, ibu-ibu di samping saya sudah berdoa komat-kamit saking takutnya bakal jatuh. Tapi pengalaman kali ini adalah yang terburuk. Bagi saya ini seperti diberi kesempatan kedua untuk hidup, saya benar-benar bersyukur kepada Tuhan masih terselamatkan dalam perjalanan ini. 

Alhamdulillah lagi, saya juga selamat sampai di rumah hampir tengah malam. parkir di bandara biayanya kena Rp 80.000,- muahal ya... tapi ya sudahlah kan memang lama parkirnya, daripada naik taksi lebih mahal. Hikmah yang bisa saya ambil dapat dalam perjalana kali ini adalah bahwa kita harus berserah diri, dan tetap harus memohon keselamatan dalam perjalanan. Namun hal ini tidak bisa membuat saya jadi jera naik pesawat, karena saya suka traveling. Untuk perjalanan berikutnya saya tetap berharap dilancarkan dan bisa sampai di tempat tujuan. 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...